IMPLEMENTASI
PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI KEGIATAN ORGANISASI SISWA
SEKOLAH DASAR (ORSISDA) DI SD NEGERI 01 API-API KABUPATEN PEKALONGAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan karakter sebenarnya bukan hal yang baru bagi
masyarakat Indonesia. Bahkan sejak awal kemerdekaan, sampai sekarang telah
banyak langkah-langkah yang sudah dilakukan dalam kerangka pendidikan karakter
dengan nama dan bentuk yang berbeda-beda. Bapak pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa pendidikan merupakan upaya
menumbuhkan
budi pekerti (karakter), pikiran dan tubuh anak, agar anak dapat tumbuh dengan
sempurna. Dengan demikian karakter merupakan bagian integral yang sangat
penting dalam pendidikan[1],
sehingga tidak boleh dipisahkan dalam isi pendidikan kita. Sampai saat
ini pendidikan akhlak
(karakter) masih digabungkan dengan mata pelajaran agama dan diserahkan
sepenuhnya kepada guru agama, sehingga wajar hingga saat ini pendidikan karakter belum menunjukkan hasil yang optimal. Hal ini terbukti dari fenomena
sosial yang menunjukkan perilaku yang tidak berkarakter, misalnya sering
terjadinya perkelahian antar pelajar, banyak pelajar yang membolos, tidak
disiplin, melanggar hukum, tidak sopan kepada guru dan sebagainya.
Begitu juga yang terjadi di SDN 01 Api-Api yang secara
geografis termasuk sekolah pesisir dimana mayoritas siswanya berasal dari
keluarga nelayan. Sudah menjadi perbincangan publik bahwa masyarakat pesisir
utara kabupaten Pekalongan, khususnya daerah Wonokerto dan sekitarnya yang
mayoritas bermata pencaharian sebagai nelayan memiliki karakter keras, kurang
sopan, kurang disiplin, dan susah diatur sehingga berpengaruh juga kepada
karakter anak-anak mereka. Oleh karena itu kemerosotan karakter siswa di SDN 01
Api-Api bisa dimaklumi karena sebagian besar siswa di SDN 01 Api-Api berasal
dari keluarga nelayan yang kurang mendapat perhatian dan bimbingan dikarenakan
kesibukan orang tua dan tingkat pendidikan orang tua yang rata-rata masih
rendah. Karakter-karakter yang kurang baik dari siswa di SDN 01 Api-Api antara
lain, sering membolos, terlambat masuk sekolah, berkata jorok dan kasar, senang
berkelahi, merusak fasilitas sekolah, tidak disiplin dalam berseragam, dan sebagainya.
Dengan melihat berbagai fenomena kemerosotan karakter siswa di SDN 01 Api-Api
tersebut maka oleh Guru Agama Islam bersama Waka Kesiswaan menggagas dan
memprakarsai sebuah program penanaman nilai-nilai karakter melalui kegiatan
siswa berupa ORSISDA sejak tahun 2015. ORSISDA ini dimaksudkan mendidik siswa
dalam berorganisasi dengan menanamkan nilai-nilai karakter kepemimpinan dan
suri teladan yang baik serta diharapkan mampu menjadi contoh dan menebarkan virus
kebaikan untuk siswa lainnya.[2]
Dalam sebuah jurnal yang ditulis oleh Patricia J. Harned dikemukakan beberapa
usaha dalam mengajarkan pendidikan karakter di sekolah yaitu dengan melibatkan
siswa untuk belajar memimpin, belajar mengenali lingkungan, belajar melakukan
sesuatu secara bersama, dan sebagainya.[3] Dengan berpedoman pada jurnal Harned
tersebut usaha yang dilakukan oleh pihak SDN 01 Api-Api dengan membentuk
ORSISDA merupakan bagian dari usaha menanamkan nilai-nilai pendidikan karakter
kepada siswa. Oleh karena itu dengan melihat latar belakang tersebut peneliti tertarik
meneliti dan mengeksplorasi bagaimana sebenarnya penanaman nilai-nilai pendidikan
karakter yang digerakkan melalui kegiatan ORSISDA di SDN 01 Api-Api.
B.
Rumusan Masalah
Sesuai judul dan latar belakang masalah, penulis dapat merumuskan
pokok masalah sebagai berikut :
1.
Bagaimana implementasi kegiatan ORSISDA di
SDN 01 Api-Api ?
2.
Bagaimana implementasi penanaman
nilai-nilai pendidikan karakter melalui
kegiatan ORSISDA di SDN 01 Api-Api ?
C.
Tujuan Penelitian
Bertolak dari latar belakang dan perumusan masalah,
maka tujuan penelitian yang hendak dicapai oleh peneliti ialah :
1.
Mengeksplorasi implementasi kegiatan
ORSISDA di SDN 01 Api-Api.
2. Mengeksplorasi implementasi penanaman
nilai-nilai pendidikan karakter melalui kegiatan
ORSISDA di SDN 01 Api-Api.
D.
Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan yang dapat
diambil dalam penelitian ini ialah :
1. Kegunaan teoritis dari penelitian ini, diharapkan dapat memperkarya wawasan pemikiran tentang penanaman nilai-nilai pendidikan karakter di tingkat Sekolah
Dasar.
2. Kegunaan praktis dari penelitian ini, diharapkan penelitian ini memberikan kontribusi untuk meningkatkan
peran
ORSISDA dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan
karakter kepada siswa-siswa di SDN 01 Api-Api.
E.
Tinjauan Pustaka
Dalam mengeksplorasi penelitian terdahulu tentang pendidikan karakter di
lembaga pendidikan, peneliti mengambil beberapa literature penelitian sebagai
berikut:
1. Penelitian yang dikerjakan oleh Zulnuraini dengan
judul Pendidikan
Karakter: Konsep, Implementasi Dan Pengembangannya di Sekolah Dasar di Kota Palu yang
termuat dalam jurnal DIKDAS, No.1, Vol.1, September 2012. Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan pendekatan kualitatif. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa guru belum
memahami hakikat tentang konsep pendidikan karakter. Nilai karakter yang diutamakan
pelaksanaannya di sekolah disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta masalah
yang sering terjadi di sekolah sehingga dapat diidentifkasi nilai yang sangat
dibutuhkan di sekolah yaitu: nilai jujur, menghargai prestasi, kerja keras,
tanggung jawab, cinta tanah air, kreatif, disiplin, gemar membaca, rasa ingin
tahu.[4]
2. Penelitian Disertasi yang
dilakukan oleh William G. Thmpson dengan
judul The
Effects of Character Education on Student Behavior pada Faculty of the Department of
Educational Leadership and Policy Analysis East Tennessee State University tanggal December 2002. Metode
penelitian yang digunakan eksperimen. Hasil penelitianya “it appears that the character
education program may have had a positive effect on the behavior of the
students in the study based on the perceptions of the teachers, parents, and
students. The disciplinary records of the students included in the study
support this conclusion. However, other factors may have affected student
behavior as much as, or even more, than the character education program”.[5]
F.
Kerangka Teori
Karakter menurut Thomas Lickona yang dikutip oleh Siti
Julaiha adalah sifat alami seseorang dalam merespons situasi secara bermoral. Sedangkan
pendidikan karakter adalah pendidikan untuk membentuk kepribadian seseorang
melalui pendidikan budi pekerti, yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata
seseorang, yaitu tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati
hak oranag lain, kerja keras dan sebagainya. Pendidikan karakter bukan sekedar
mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah, lebih dari itu, pendidikan
karakter menanamkan kebiasaan (habituation) tentang hal yang baik
sehingga peserta didik menjadi faham (kognitif) tentang yang benar dan yang
salah, mampu merasakan (efektif) nilai yang baik dan biasa melakukannya
(psikomotor). Pendidikan karakter menekankan pada habit atau kebiasaan
yang terus menerus dipraktikan dan dilakukan.[6]
Begitu juga Nursyamsi yang mengutip pendapat Thomas Lickona, bahwa karakter
yang baik pada seseorang itu adalah bahwa ia mengetahui kebaikan, menginginkan
kebaikan, dan melakukan kebaikan. Kebaikan pikiran, kebiasaan hati, dan
kebiasaan perbuatan yang dilakukan, faktor inilah yang membentuk kematangan
moral pada diri seseorang.[7]
Nilai-nilai karakter yang dikembangkan, menurut Character Count
di Amerika yang dikutip oleh Siti Julaiha dari Heri Gunawan mencakup 10 karakter utama, yaitu dapat
dipercaya, rasa hormat dan perhatian, tanggung jawab, jujur, peduli, kewarganegaraan, ketulusan, berani, tekun, dan integritas. Sementara itu Ari Ginanjar Agustian
menyatakan karakter positif terdapat dalam asma al-husna (nama-nama
Allah yang baik), ia merangkum menjadi tujuh karakter dasar, yakni: jujur,
tanggung jawab, disiplin, visioner, adil, peduli, dan kerjasama. Selanjutnya
Kemendiknas dalam buku Panduan Pendidikan karakter mengidentifikasi 80 butir
nilai karakter yang dikelompokkan menjadi lima, yaitu:
1.
Nilai-nilai perilaku manusia dalam hubungannya dengan Tuhan YME.
2. Nilai-nilai perilaku manusia dalam hubungannya dengan diri
sendiri, meliputi (jujur, bertanggung jawab, bergaya hidup sehat, disiplin,
kerja keras, percaya diri, berjiwa wirausaha, berpikir logis, kritis, kreatif
dan inovatif, mandiri, ingin tahu, cinta ilmu).
3. Nilai-nilai perilaku manusia dalam hubungannya dengan sesama
manusia, meliputi (sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain, patuh pada
aturan-aturan sosial, menghargai karya dan prestasi orang lain, santun,
demokratis).
4.
Nilai-nilai perilaku manusia dalam hubungannya dengan lingkungan,
serta
5. Nilai-nilai perilaku manusia dalam hubungannya dengan kebangsaan
berupa (nasionalis dan menghargai keberagaman).[8]
Sedangkan menurut
Dinas Pendidikan Riau setidaknya ada 18 nilai-nilai dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa yang dibuat oleh Diknas, sebagai
berikut:
1. Religius, yaitu sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran
agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup
rukun dengan pemeluk agama lain.
2. Jujur, yaitu perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan
dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan,
dan pekerjaan.
3. Toleransi, yaitu sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama,
suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari
dirinya.
4. Disiplin, yaitu tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh
pada berbagai ketentuan dan peraturan.
5.
Kerja keras, yaitu tindakan yang menunjukkan perilaku rajin bekerja dan pantang
menyerah.
6. Kreatif, yaitu berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara
atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7. Mandiri, yaitu Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada
orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8. Demokratis, yaitu cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai
sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9. Rasa ingin tahu, Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk
mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat,
dan didengar.
10. Semangat kebangsaan, yaitu cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang
menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan
kelompoknya.
11. Cinta tanah air, yaitu cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang
menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan
kelompoknya.
12. Menghargai prestasi, yaitu sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan
sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati
keberhasilan orang lain.
13. Bersahabat / komunikatif, yaitu sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta
menghormati keberhasilan orang lain.
14. Cinta damai, yaitu sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan
sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati
keberhasilan orang lain.
15. Gemar membaca, Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang
memberikan kebajikan bagi dirinya.
16. Peduli lingkungan, yaitu sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan
pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk
memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
17. Peduli sosial, yaitu sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang
lain dan masyarakat yang membutuhkan.
18. Tanggung jawab, yaitu sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat,
lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.[9]
Sedangkan Deny Setiawan mendeskripsikan nilai-nilai pembangunan karakter bangsa yang telah dirumuskan Depdiknas sebagai berikut:
No
|
Nilai karakter
|
Indikator
|
1
|
Taqwa
|
1. Mengucapkan doa setiap
memulai dan mengakhiri suatu pekerjaan.
2. Bersyukur atas setiap
nikmat yang diberikan Allah
3. Mengerjakan setiap
perintah agama dan menjauhi larangan-Nya.
4. Menyesal setiap
membuat kesalahan dan segera mohon ampun kepada Tuhan.
5. Menolak setiap ajakan
untuk melakukan perbuatan tercela.
|
2
|
Jujur
|
1. Berkata benar (tidak
bohong).
2. Berbuat sesuai aturan
(tidak curang).
3. Menepati janji yang
diucapkan.
4. Bersedia menerima
sesuatu atas dasar hak.
5. Menolak sesuatu
pemberian yang bukan haknya.
6. Berpihak pada
kebenaran.
7. Menyampaikan pesan
orang lain.
8. Satunya kata dengan
perbuatan
|
3
|
Disiplin
|
1. Patuh pada setiap
peraturan yang berlaku.
2. Patuh pada etika sosial/masyarakat
setempat
3. Menolak setiap ajakan
untuk melanggar hukum.
4. Dapat mengendalikan din
terhadap perbuatan tercela.
5. Hemat dalam menggunakan
uang dan barang.
6. Menyelesaikan tugas
tepat waktu.
7. Meletakkan sesuatu
pada tempatnya.
8. Dapat menyimpan
rahasia.
|
4
|
Demokratis
|
1. Bersedia mendengarkan
pendapat orang lain.
2. Menghargai perbedaan
pendapat.
3. Tidak memaksakan
kehendak kepada orang lain.
4. Toleran dalam
bermusyawarah dan diskusi.
5. Bersedia melaksanakan
setiap hasil keputusan secara bersama.
6. Menghargai kritikan
yang dilontarkan orang lain.
7. Membuat keputusan yang
adil.
|
5
|
Adil
|
1. Memperlakukan orang
lain atas dasar kebenaran.
2. Mampu meletakkan
sesuatu menurut tempatnya.
3. Tidak ingin lebih atas
sesuatu yang bukan haknya.
4. Membela orang lain yang
diperlakukan tidak adil.
5. Memperlakukan orang
lain sesuai haknya.
6. Tidak membeda-bedakan
orang dalam pergaulan.
7. Menghargai kerja orang
lain sesuai basil kerjanya.
|
6
|
Bertanggung
Jawab |
1. Menyelesaikan setiap
pekerjaan yang dibebankan sampai tuntas.
2. Tidak mencari-cari
kesalahan orang lain.
3. Berani menanggung
resiko terhadap perbuatan yang dilakukan.
4. Bersedia menerima
pujian atau celaan terhadap tindakan yang dilakukan.
5. Berbicara dan berbuat
secara berterus-terang (tidak seperti ungkapan, lempar batu sembunyi tangan).
6. Melaksanakan setiap keputusan
yang sudah diambil dengan tepat dan bertanggung jawab.
|
7
|
Cinta
tanah air
|
1. Merasa bangga sebagai
orang yang bertanah air Indonesia.
2. Bersedia membela tanah
air untuk kejayaan bangsa.
3. Peduli terhadap
rusaknya hutan/lingkungan di tanah air.
4. Bersedia memelihara
Iingkungan dan melindungi flora dan fauna Indonesia.
5. Dapat menyimpan
rahasia negara.
6. Mau hidup dimanapun di
wilayah negara kesatuan Indonesia
|
8
|
Orientasi
pada
keunggulan |
1. Gemar membaca.
2. Belajar dengan
bersungguh-sungguh.
3. Mengerjakan sesuatu
pekerjaan dengan sebaik mungkin.
4. Berupaya mendapat
hasil yang terbaik.
5. Senang dalam kegiatan
yang bersifat kompetitif.
6. Tidak cepat menyerah
mengerjakan sesuatu yang mengandung tantangan.
7. Memiliki komitmen kuat
dalam berkarya.
8. Menjaga hidup sehat.
9. Gemar membaca dan
menulis
|
9
|
Gotong
Royong |
1. Memahami bahwa kerjasama
merupakan kekuatan.
2. Memahami hasil
kerjasama adalah untuk kebaikan bersama.
3. Dapat menyumbangkan
pikiran dan tenaga untuk kepentingan bersama.
4. Dapat melaksanakan
pekerjaan bersama dengan cara yang menyenangkan.
5. Bantu-membantu demi
kepentingan umum.
6. Bersedia secara bersama-sama
membantu orang lain.
7. Bersedia secara bersama-sama
membela kebenaran.
8. Dapat bekerja dengan
giat dalam setiap kelompok kerja.
|
10
|
Menghargai
|
1. Mengucapkan terima
kasih atas pemberian atau bantuan orang lain.
2. Santun dalam setiap
kontak sosial.
3. Menghormati pemimpin
dan orang tua.
4. Menghormati
simbol-simbol negara.
5. Tidak mencela hasil
karya orang lain.
6. Memanfaatkan waktu
dengan sebaik mungkin.
7. Tidak mengganggu orang
yang sedang beribadah menurut agamanya.
|
11
|
Rela
Berkorban
|
1. Mau mendengarkan teman
berbicara sampai selesai walaupun ada keperluan lain yang mendesak.
2. Bersedia membantu
teman orang lain yang mengalami musibah.
3. Ikhlas bekerja
membantu orang lain dan harus meninggalkan pekerjaan sendiri untuk sementara.
4. Bersedia menyumbang
untuk kepentingan dana kemanusiaan dalam keuangan pribadi sangat terbatas.
5. Rela memberi fasilitas
( kemudahan ) kepada orang lain sungguh pun secara diri sendiri sangat membutuhkan fasilitas tersebut.
|
Adapun karakteristik karakter
siswa SD menurut teori Piaget berada pada tahap perkembangan operasional konkret. Anak-anak berpikir atas dasar pengalaman
nyata/konkret, belum dapat berpikir seperti membayangkan bagaimana proses fotosintesis atau proses
osmosis terjadi. Namun,
kemampuan untuk
melakukan penambahan, pengurangan, pengerutan serta klasifikasi telah berkembang dengan perkalian sederhana
dan pembagian. Kemampuan untuk sedikit berfikir abstrak selalu harus didahului
dengan pengalaman konkret. Anak
usia SD masih sangat membutuhkan benda-benda konkret untuk menolong pengembangan
kemampuan intelektualnya. Menurut Basset dkk, karaktersitik siswa SD secara
umum sebagai berikut :
1. Memiliki rasa keingintahuan yang kuat dan tertarik
pada dunia sekitar yang mengelilingi diri mereka sendiri.
2. Senang bermain dan bergembira riang.
3. Suka mengatur diri untuk menangani berbagai hal.
4. Bergetarnya perasaan dan terdorong untuk berprestasi
sebagaimana mereka tidak suka mengalami ketidakpuasan dan menolak
kegagaan-kegagalan
5. Belajar secara efektif ketika merasa puas dengan
situasi yang terjadi.
6. Belajar dengan cara bekerja, mengobservasi,
berinisiatif, dan mengajar anak-anak lainnya.[11]
Dengan melihat pengembangan nilai-nilai karakter dan karakteristik
siswa SD diatas, maka usaha yang dapat dilakukan dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan
karakter kepada siswa sekolah dasar dapat dilakukan dengan beberapa hal sebagai
berikut:
1.
Melatih kepemimpinan siswa
Dalam
menanamkan nilai-nilai karakter pada diri siswa seperti, disiplin, jujur, tanggungjawab,
cepat, cerdas, tanggap, kerjakeras, dan sebagainya dapat dilakukan dengan
mengajarkan kepada siswa bagaimana menjadi seorang pemimpin yang dicintai oleh
anggotanya. Kepemimpinan ini bisa lingkup kepemimpinan kelompok belajar/tugas,
kepemimpinan kelas, dan kepemimpinan dalam organisasi di sekolah. Dalam usaha ini,
seorang pemimpin perlu memiliki gaya kepemimpinan yang merupakan norma perilaku yang
digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku
orang lain agar mau bekerjasama dan bekerja secara produktif untuk mencapai
tujuan bersama. Oleh karena itu, usaha menyelaraskan persepsi diantara orang yang akan
mempengaruhi perilaku dengan orang yang perilakunya akan dipengaruhi
menjadi amat penting kedudukannya.[12]
Berikut dua tipe kepemimpinan yang
layak dipertimbangkan dalam melatih
kepemimpinan siswa:
a.
Kepemimpinan transformatif
Gaya kepemimpinan transformatif sifatnya lebih mengedepankan rasa sosial, perhatian, dan saling
memberikan penghormatan atau penghargaan antara pimpinan dan bawahan. Penghargaan atau
penghormatan terhadap setiap individu oleh pimpinan kepada bawahan dapat mendorong
bawahan untuk bekerja secara lebih baik. Pola interaksi inilah yang
kemudian akan menentukan derajat keberhasilan pemimpin.
Kepemimpinan transformasional didasarkan pada kemampuan pemimpin untuk membawa
perubahan yang signifikan.[13]
Pemimpin yang transformatif lebih memposisikan diri
mereka sebagai mentor yang bersedia menampung aspirasi para bawahannya.
b.
Kepemimpinan transaksional
Kepemimpinan transaksional didefinisikan
sebagai gaya kepemimpinan yang melibatkan nilai-nilai, tetapi nilai tersebut
relevan dengan proses pertukaran seperti kejujuran, keadilan, tanggung jawab
dan timbal balik. kepemimpinan transaksional sebagai kemampuan mengidentifikasi
keinginan bawahan dan membantunya mencapai tingkat prestasi yang lebih tinggi
dengan memberikan imbalan yang memuaskan. Proses
tersebut disertai pula dengan kejelasan tentang penyelesaian pekerjaan dan
besarnya imbalan yang akan diterima.[14]
Salah satu usaha dalam
memberdayakan siswa untuk belajar memimpin ialah dengan membentuk berbagai
organisasi kesiswaan dan pelatihan LDK (latihan dasar kepemimpinan). LDK merupakan wujud pembinaan bagi
kalangan siswa untuk menjadikannya sebagai pemimpin yang baik didalam suatu
organisasi, mengajarkan bagaimana cara berorganisasi yang baik, memupuk
kemandirian dan kedisiplinan siswa, menanamkan kesadaran saling menjaga sebagai
calon pemimpin dan anggota masyarakat, serta memberikan tuntunan dalam
meningkatkan pola pikir, sikap dan prilaku yang baik. LDK juga sebagai sarana melatih karakter
dan membangun kepercayaan diri siswa untuk bisa memimpin.[15]
2.
Melatih bekerjasama
Menanamkan pendidikan karakter pada siswa diperlukan kerjasama antara
individu maupun dengan komunitas seperti kerjasama antara kepala sekolah, guru,
staff, dan orang tua siswa. Pendidikan karakter dipandang sebagai proses
panjang dalam membantu seseorang menemukan karakter yang baik dalam hal
pemahaman, kepedulian, maupun tindakan.[16]
Oleh karena itu dalam menanamkan nilai-nilai karakter dilingkungan sekolah
diperlukan kesepahaman dan kerjasama antara kepala sekolah, guru, staff, siswa,
dan orang tua siswa. Penanaman nilai-nilai karakter juga dapat dilakukan dengan
melatih kerjasama antar siswa sendiri dalam berbagai kegiatan yang diadakan
oleh pihak sekolah. Kerjasama ini dimaksudkan untuk menanamkan nilai karakter
yang bersifat sosial dengan saling memahami dan mengerti keadaan siswa lainnya,
serta menyadarkan siswa bahwa manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa
membutuhkan orang lain dalam menyelesaikan berbagai pekerjaan sehingga akan membentuk
karakter siswa yang senang menghargai, menghormati, dan menolong. Bentuk
kerjasama yang dilakukan antar siswa dapat berupa kerjasama dalam
berorganisasi, kerja kelompok, bekerja bakti, dan sebagainya.
3.
Mengenali lingkungan sekitar
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang ikut membentuk
kepribadian seseorang. Teori Konvergensi menyatakan bahwa kepribadian seseorang
terbentuk dari hasil perpaduan antara dasar dan ajar, atau antara pembawaan
dengan lingkungan. Lingkungan mempengaruhi kehidupan manusia, baik secara
individu maupun dalam kehidupan organisasi. Dalam kehidupan organisasi dan
manajemen, dikenal lingkungan strategis yang meliputi lingkungan sosial,
ekonomi, budaya, politik dan hukum. Mengenali lingkungan, merupakan hal yang
sangat penting bagi kehidupan manusia. Dengan mengenali lingkungannya, manusia
dapat lebih berkualitas dan bermakna dimuka bumi, antara lain:
a.
Meningkat
kesadarannya bahwa dirinya merupakan bagian dari ekosistem
b. Terdapat
hubungan timbal balik antara kehidupan makhluk hidup lainnya maupun dengan
lingkungannya
c. Berkembang
akal budi dan perasaannya sehingga menjadi orang yang cerdas, cepat, tanggap,
rendah hati.
d.
Meningkat
kemampuannya, bukan saja untuk menghadapi berbagai tantangan lingkungan, tetapi
menjadi manusia seutuhnya, manusia yang berkualitas yang keberadaannya
diharapkan/dibutuhkan untuk keselamatan bersama.[17]
Dengan mengajarkan siswa mengenali lingkungan sekitar, menjadikan siswa
lebih terbuka dan mawas diri serta mampu menentukan langkah dan sikap terbaik
dalam menghadapi berbagai permasalahan. Begitu juga pihak sekolah, dalam
mengambil suatu kebijakan yang menyangkut siswa perlu memahami karakteristik
siswa, keluarga siswa dan lingkungan alam maupun sosial sekitar tempat tinggal
siswa sehingga kebijakan yang diambil nantinya dapat terealisasi dengan baik.
G.
Metode Penelitian
Agar penelitian ini mendapatkan hasil yang
valid, terarah, optimal dan memuaskan, maka peneliti mengambil langkah-langkah
sebagai berikut:
1.
Pendekatan dan jenis penelitian
Berdasarkan fokus kajian, subyek dan karakter datanya,
jenis penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) dengan pendekatan
penelitian kualitatif (qualitative
research), yang mana
peneliti sebagai intsrumen kunci dengan analisis data bersifat induktif.[18] Sedangkan dari pembahasannya termasuk
penelitian deskriptif (descriptive
research),[19]
yaitu penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan kejadian-kejadian yang ada
di SDN 01 Api-Api sesuai dengan kondisi
apa adanya.
2.
Sumber data penelitian
Sumber data penelitian kualitatif berupa informan /
partisipan yang sudah diintifikasi, dihubungi serta sudah mendapatkan
persetujuan atas keinginan mereka untuk memberikan informasi yang dibutuhkan.[20]
Dalam penelitian ini, sumber data primer yaitu para guru, dan siswa di SDN 01
Api-Api , sedangkan sumber data sekundernya ialah berbagai buku dan literatur
yang berisi teori-teori pendidikan karakter.
3.
Teknik pengumpulan data
dalam penelitian ini
penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut :
a.
Metode
interview ( wawancara )
Model wawancara yang digunakan peneliti ialah
wawancara terstruktur.[21] Metode ini digunakan peneliti untuk mewawancarai guru dan siswa guna mendapatkan data tentang bagaimana
implementasi penanaman nilai-nilai pendidikan
karakter melalui kegiatan ORSISDA di SDN 01 Api-Api. Adapun daftar/instrument pertanyaan terlampir.
b.
Metode
observasi
Metode ini
digunakan peneliti untuk mengamati berbagai fenomena yang ada di SDN 01 Api-Api
untuk mengetahui apa saja kegiatan yang
mencerminkan pendidikan karakter. Observasi yang di kerjakan peneliti meliputi
berbagai kegiatan ORSISDA di SDN 01 Api-Api. Adapun
obyek-obyek observasi terlampir.
c.
Metode
dokumentasi
Metode ini
digunakan peneliti untuk mengumpulkan berbagai data tertulis dan foto tentang SDN 01 Api-Api dan
kegiatan-kegiatan ORSISDA. Adapun obyek dokumentasi terlampir.
4.
Teknik analisis data
Adapun teknik analisis
data yang dilakukan peneliti dengan
menerapkan model Miles dan Huberman sebagai berikut:
a.
Data
reduction ( reduksi data )
Dalam mereduksi data, peneliti memilih data yang
berkaitan dengan kegiatan-kegiatan ORSISDA yang mencerminkan pendidikan
karakter di SDN 01 Api-Api.
b.
Data
display ( penyajian data )
Dalam penyajian data ini peneliti akan menyajikan
data mengenai berbagai kegiatan ORSISDA yang mencerminkan penanaman nilai-nilai
pendidikan karakter di SDN 01 Api-Api.
c.
Verification
Pada analisis
data verification ini peneliti akan
memberikan beberapa kesimpulan mengenai kegiatan ORSISDA yang mencerminkan penanaman
nilai-nilai pendidikan karakter di SDN 01 Api-Api.
H.
Pembahasan
Dari hasil mini research tentang implementasi penanaman
nilai-nilai pendidikan karakter melalui kegiatan organisasi siswa sekolah dasar
(ORSISDA) di SD Negeri 01 Api-Api Kabupaten Pekalongan didapati beberapa fakta
penelitian sesuai rumusan masalah sebagai berikut:
1.
Implementasi kegiatan ORSISDA di SDN 01
Api-Api.
Kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh ORSISDA sebagai berikut:
a.
Proses pemilihan anggota ORSISDA
1) Pemilihan anggota ORSISDA melalui sistem perwakilan tiap-tiap kelas mulai
kelas 4 sampai kelas 6 sebanyak 6-8 siswa tiap kelas, dalam pemilihan ini tiap
kelas mengajukan perwakilan yang telah dipilih dan disepakati bersama oleh
siswa dan wali kelas masing-masing.
2) Untuk pemilihan pengurus harian ORSISDA (ketua, sekretaris, bendahara
beserta masing-masing wakilnya) dipilih secara demokrasi melalui pemungutan
suara langsung dan rahasia dalam forum rapat khusus oleh semua anggota ORSISDA.
3)
Kandidat calon pengurus harian berasal dari anggota ORSISDA kelas 5 dan 6
sebanyak 6 orang yang direkomendasikan oleh wali kelas masing-masing, kemudian
kandidat mengajukan visi, misi, dan ajakan memilih secara sederhana sebelum
pemungutan suara didalam forum rapat khusus anggota ORSISDA yang dibina oleh
Bapak/ibu guru, dengan ketentuan hasil suara terbanyak hingga terendah secara
berturut menduduki posisi ketua hingga wakil bendahara.
4) Untuk masing-masing posisi anggota dan ketua koordinator tiap seksi
dipilih secara musyawarah antara pengurus harian dan semua anggota ORSISDA
dengan dibina oleh Bapak/ibu guru dengan melihat kemampuan dan potensi dari
tiap anggota yang sesuai dengan tugas dan peran tiap-tiap seksi serta diarahkan
tiap kelas ada perwakilan disetiap seksi.
b.
Kegiatan rutin harian
1) Doa pagi membaca asmaulhusna bersama-sama seluruh masyarakat SD
(siswa, guru, dan staff) dihalaman sekolah setiap hari Senin sampai Jumat dari
jam 07.00-07.30 WIB. ORSISDA bertugas mengajak, menyiapkan, dan mengatur
barisan siswa sesuai kelas masing-masing, membagikan lembaran-lembaran asmaulhusna
kepada seluruh siswa dan mengumpulkannya kembali, memilih dan memimpin membaca doa
pagi didepan siswa secara bergantian setiap hari sesuai jadwal kelas
yang sudah ditentukan, mengawasi kelancaran jalannya doa pagi dengan
berkeliling dan menegur siswa yang gaduh / tidak sungguh-sungguh dalam berdoa,
serta mengatur urutan dan kerapian barisan siswa setelah doa pagi untuk
bersalaman kepada seluruh dewan guru, dan staff yang telah berdiri di depan.
2) Operasi kedisiplinan waktu dengan mencegat siswa yang datang terlambat
lebih dari jam 07.00 kemudian dikumpulkan dalam barisan tersendiri terpisah
dari peserta doa pagi, kemudian mencatat nama dan alasan keterlambatan yang
akan direkap tiap minggu, setelah itu siswa yang terlambat diajak membaca doa
pagi dan mendapat pembinaan dari guru.
3) Operasi kerapian dan kelengkapan seragam serta penampilan siswa yang
dilakukan setelah doa pagi selama bersalaman dengan guru, jika didapati siswa
yang melanggar akan diisolasi oleh anggota ORSISDA untuk dicatat dan mendapat
pembinaan dari guru.
4) Operasi kelas, operasi ini dilakukan sesaat setelah doa pagi selesai
dilaksanakan dengan berkeliling kesetiap kelas dan mengajak semua siswa untuk
masuk kelas dan mempersiapkan diri.
5)
Menjaga dan membersihkan UKS dan Mushola sekolah.
c.
Kegiatan rutin mingguan
Kegiatan mingguan yang rutin dilakukan oleh anggota ORSISDA ialah:
1) Memilih dan melatih petugas upacara pada hari sabtu untuk dipersiapkan
pada kegiatan upacara rutin tiap hari senin secara bergantian mulai dari kelas
4-5 dengan bimbingan dewan guru.
2) Mempersiapkan peserta uparaca dengan mengatur barisan dan mempersiapkan
sarana prasarana upacara dengan bantuan dewan guru.
3) Mengadakan operasi dan kegiatan jumat bersih pada tiap kelas setelah jam
istirahat dengan memberikan nilai mulai dari kelas terbersih hingga terkotor
dan akan diumumkan kelas terbersih pada hari selasa setelah doa pagi.
4) Mengatur barisan pada kegiatan sabtu sehat dengan dipandu oleh guru
olahraga.
d.
Kegiatan-kegiatan khusus
1) Penarikan dana sosial untuk membantu siswa yang sedang terkena musibah
seperti sakit yang lebih dari 3 hari / yang dirawat di rumah sakit, dan
kematian, dengan mengumumkan dan menarik sumbangan seikhlasnya pada tiap-tiap
kelas, kemudian disalurkan kepada guru yang menangani kejadian itu.
2) Ikut menjadi panitia dan pengisi acara pada setiap kegiatan keagamaan
maupun kebangsaan yang diadakan pihak sekolah seperti peringatan isra’ miraj,
dan lomba-lomba 17 Agustusan.
2.
Nilai-nilai pendidikan
karakter yang termuat melalui kegiatan ORSISDA di SDN 01 Api-Api.
a.
Kepemimpinan secara demokratis dan mengutamakan musyawarah.
b.
Tanggungjawab dan jujur terhadap tugas yang diberikan.
c.
Disiplin waktu, dan taat hukum.
d.
Berani tampil didepan, aktif, kreatif, mandiri dan bekerjasama.
e.
Peka terhadap lingkungan dan kesulitan orang lain.
f.
Gotong royong, tolong menolong dalam kebaikan.
g.
Religious dan
cinta tanah air, dll.
3.
Kesimpulan
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam
membentuk karakter dan menanamkan nilai-nilai karakter kepada siswa sebaiknya
ditanamkan lebih intens sejak Sekolah Dasar dengan memberikan pengertian
makna-makna yang terkandung dalam setiap prilaku dan tindakan manusia
dikarenakan pada usia sekolah dasar siswa sudah bisa berfikir secara mandiri.
Dalam menanamkan nilai-nilai karakter tentunya
dengan dosis yang sesuai dengan kemampuan siswa dan kondisi lingkungan sekitar.
Penanaman nilai-nilai karakter tidak hanya sekedar teori dan
penjelasan-penjelasan lisan atau tulisan namun lebih diarahkan kepada kegiatan
aktif yang melibatkan siswa agar lebih mengena dan bermakna karena siswa dapat
meraskan secara nyata baik / buruk apa yang dia kerjakan.
Kegiatan nyata itu dapat
berupa kegiatan ekstrakulikuler, pembelajaran hingga membuat sebuah organisasi
siswa intra sekolah. Sebagaimana yang telah di jalankan oleh SDN 01 Api-Api,
Kecamatan Wonokerto, Kabupaten Pekalongan dengan membuat ORSISDA (Organisasi
Siswa Sekolah Dasar) sejak tahun 2015. Sejak terbentuk hingga sekarang terbukti
telah mampu merubah dan memberikan nilai-nilai karakter kepada siswa serta
menghidupkan suasana pendidikan yang lebih bermakna di SDN 01 Api-Api.
Daftar Pustaka
Afifuddin,
Beni Ahmad Saebani, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: CV.
Pustaka Setia, 2012.
Afrianus,
Erya, Widyaiswara Muda, “Mengenali Diri
Sendiri, Orang Lain Dan Lingkungan Fisik Dan Sosial Dalam
Penyelenggaraan Kepemimpinan”, http://pusdiklat.bps.go.id, diakses 14 Desember 2016.
Anam, Much Arif Saiful, “Pendidikan Karakter:
Upaya Membentuk Generasi Berkesadaran Moral”, Jurnal Pendidikan Agama Islam,
Volume. 02 Nomor. 02 November 2014.
Andrian,
Ilda, “Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah Pada Sekolah Unggul”, Jurnal
Administrasi Pendidikan, Volume 2 Nomor 1, Juni 2014.
Arikunto,
Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta, 2006.
Aulia,
Danar, Tama Fazri, “Hubungan Gaya Kepemimpinan Transformasional dan Gaya
Kepemimpinan Transaksional Dengan Disiplin Kerja”, ejournal Psikologi,
Volume 2, Nomor 2, 2014.
Cahyono, Aris, “18 Nilai Dalam Pendidikan Karakter Bangsa”, http://disdik.riau.go.id, dientri 7 Februari 2014, diakses 14 Desember
2016.
Desstya, Anatri, “Penguatan Karakter Siswa Sekolah Dasar
Melalui Pembelajaran IPA”, Prosiding Seminar Nasional.
Harned, Patricia J., Leading the
Effort To Teach Character in Schools, NASSP Bulletin, Oktober 1999.
https://kalsel.kemenag.go.id, “MAN 1 Tanah Bumbu Laksanakan LDK”, diakses
14 Desember 2016.
Italiani,
Fanni Adhistya, “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional Dan Transaksional
Terhadap Kinerja Pegawai”, Jurnal Ilmu Manajemen, Volume 1 Nomor 2 Maret
2013.
Julaiha, Siti, “Implementasi Pendidikan Karakter dalam
Pembelajaran”, Dinamika Ilmu, Vol. 14. No 2, Desember 2014.
Nursyamsi, ”Membentuk karakter peserta didik melalui
proses pembelajaran oleh guru kelas di MI/SD”, Jurnal Tarbiyah al-Awlad, Volume
IV, Edisi 1.
Raco,
J.R., Metode Penelitian Kualitatif: Jenis, Karakteristik, dan Keunggulan. https://books.google.co.id,
Samani, Muchlas, Hariyanto, Konsep
dan Model Pendidikan Karakter, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012.
Setiawan, Deny, “Peran Pendidikan Karakter dalam Pengembangan
Kecerdasan Moral”, Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun III, Nomor 1, Februari
2013.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan;
Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2008.
Thompson, William G., The Effects of
Character Education on Student Behavior, Disertasi Faculty of the
Department of Educational Leadership and Policy Analysis East Tennessee State
University tanggal Desember 2002.
Wawancara langsung dengan Bpk. Khamid Mansyur, S.Pd.I
(Guru PAI), tanggal 13 Desember 2016.
Zulnuraini, “Pendidikan Karakter: Konsep,
Implementasi Dan Pengembangannya di Sekolah Dasar di Kota Palu”, jurnal
DIKDAS, No.1, Vol.1, September 2012.
[1] Muchlas
Samani, Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2012), hlm. 33.
Rosdakarya, 2012), hlm. 33.
[2]
Wawancara langsung dengan Bpk. Khamid Mansyur, S.Pd.I (Guru PAI), tanggal 13
Desember 2016.
[3]
Patricia J. Harned, Leading the Effort To Teach Character in Schools,
NASSP Bulletin, October 1999, hlm. 26-32.
[4] Zulnuraini, “Pendidikan Karakter: Konsep, Implementasi Dan
Pengembangannya di Sekolah Dasar di Kota Palu”, jurnal DIKDAS, No.1,
Vol.1, September 2012.
[5] William G. Thmpson, The Effects of
Character Education on Student Behavior, Disertasi Faculty of the
Department of Educational Leadership and Policy Analysis East Tennessee State
University tanggal December 2002, hlm. 1-79.
[6] Siti
Julaiha, “Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran”, Dinamika
Ilmu, Vol. 14. No 2, Desember 2014, hlm. 227-228.
[7]
Nursyamsi, ”Membentuk karakter peserta didik melalui proses pembelajaran oleh
guru kelas di MI/SD”, Jurnal Tarbiyah al-Awlad, Volume IV, Edisi 1,
hlm.396-397.
[8] Siti Julaiha, “Implementasi Pendidikan Karakter
dalam …”, hlm. 229-230.
[9]
Aris Cahyono, “18 Nilai Dalam Pendidikan
Karakter Bangsa”, http://disdik.riau.go.id, dientri 7 Februari 2014, diakses 14 Desember
2016.
[10] Deny Setiawan, “Peran Pendidikan Karakter dalam
Pengembangan Kecerdasan Moral”, Jurnal
Pendidikan Karakter, Tahun III, Nomor 1, Februari 2013, hlm. 59-61.
[11] Anatri
Desstya, “Penguatan Karakter Siswa Sekolah Dasar Melalui Pembelajaran IPA”,
Prosiding Seminar Nasional, hlm. 71.
[12] Ilda
Andrian, “Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah Pada Sekolah Unggul”, Jurnal
Administrasi Pendidikan, Volume 2 Nomor 1, Juni 2014, hlm. 322.
[13] Danar
Aulia Tama Fazri, “Hubungan Gaya Kepemimpinan Transformasional dan Gaya
Kepemimpinan Transaksional Dengan Disiplin Kerja”, ejournal Psikologi,
Volume 2, Nomor 2, 2014, hlm. 153.
[14] Fanni
Adhistya Italiani, “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional Dan
Transaksional Terhadap Kinerja Pegawai”, Jurnal Ilmu Manajemen, Volume 1
Nomor 2 Maret 2013, hlm. 455.
[16] Much
Arif Saiful Anam, “Pendidikan Karakter: Upaya Membentuk Generasi Berkesadaran
Moral”, Jurnal Pendidikan Agama Islam, Volume. 02 Nomor. 02 November
2014, hlm. 401.
[17] Erya
Afrianus, Widyaiswara Muda, “Mengenali
Diri Sendiri, Orang Lain Dan Lingkungan Fisik Dan Sosial Dalam
Penyelenggaraan Kepemimpinan”, http://pusdiklat.bps.go.id,
diakses 14 Desember 2016.
[18]
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2008), hlm.15.
[19]
Afifuddin, Beni Ahmad Saebani, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:
CV. Pustaka Setia, 2012), hlm. 48.
[20]
J.R.Raco, Metode Penelitian Kualitatif: Jenis, Karakteristik, dan
Keunggulan, https://books.google.co.id, hlm.
108, diakses 8 Desember 2016.
[21]
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 227.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan tulis komentar anda