INTEGRASI PAI DAN
SAINS
(Tinjauan Falsafi
Ilmiah)
A. PENDAHULUAN
Seiring dengan berkembangnya
zaman dan semakin majunya peradaban serta teknologi manusia, maka semakin berkembang
pula ilmu pengetahuan (sains) di segala bidang keilmuan. Inilah yang sering membuat
masyarakat modern dewasa ini lebih cenderung menyukai, mempelajari ilmu
pengetahuan umum (sains) dari pada ilmu agama karena mereka memiliki
kecenderungan rasionalistis, realistis, ilmiah dan bersifat materialistis, mereka juga sebagian besar beranggapan ilmu
agama ketinggalan zaman. Begitu juga sebaliknya, sebagian besar umat islam juga
enggan mempelajari Ilmu pengetahuan umum (sains) karena beranggapan sains
modern dapat merusak aqidah dan banyak yang tidak sesuai syariat islam serta
tidak berpahala mempelajarinya dan tidak ada manfaatnya kelak diakhirat.
Sehingga bidang keilmuan umat islam untuk menciptakan peradaban islami yang modern
tertinggal jauh dengan umat lain.
Pemahaman yang beragam inilah
yang perlu dibenarkan. Sejatinya islam tidak pernah melarang adanya
perkembangan ilmu pengetahuan umum (sains) dan tidak pula beranggapan haram
mempelajarinya, bahkan Islam menganjurkan umatnya untuk memikirkan dan
mempelajari segala sesuatu fenomena yang ada di alam semesta ini dengan
pembuktian kebenaran secara ilmiah apa yang telah tertuang didalam Al-qur’an. Sehingga
menjadikan umat islam cerdas pemikirannya, tinggi peradabannya dan kuat
keimanannya. Begitu pula ketika masyarakat islam di dunia modern dewasa ini
dalam mempelajari sains perlu juga di bekali dengan pengetahuan agama yang
bersumber dari Al-Qur’an dan hadits supaya mereka tidak
terlalu condong kepada sifat materialistis keduniawian serta memiliki filter alami berupa kepekaan batin terhadap
situasi disekitarnya.
Maka dari kita sebagai seorang pendidik
agama islam perlu memiliki pengetahuan yang cukup tentang sains sehingga
mampu memahami proses dan prosedur integrasi PAI dengan ilmu pengetahuan umum
(sains). Untuk itu dalam artikel
ini kami akan memberikan pembahasan mengenai integrasi PAI dan sains. Diharapkan dengan adanya pembahasan ini umat islam dapat
memaknai islam sebagai agama yang mendorong berkembangnya ilmu pengetahuan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Konsep pendidikan, agama Islam dan sains
2. Hubungan pendidikan, agama islam dan sains
3. Konsep Integrasi PAI dan sains
4. Mekanisme dan tujuan Integrasi PAI dan sains.
C. PEMBAHASAN
1. Konsep Ilmu Pendidikan, Agama Islam dan Sains
Pada dasarnya setiap cabang keilmuan memiliki beberapa konsep, karakteristik,
metodologi, dan cara pengembangan serta penyampaian yang berbeda. Begitu juga
dengan ilmu pendidikan, agama Islam dan sains tentu dilandasi dengan dasar yang
berbeda, dikarenakan ketiganya memiliki karakteristik dan para ahli yang menguasai
bidangnya masing-masing. Meskipun sebenarnya diantara ketiganya memiliki
hubungan dan mampu di integrasikan satu sama lain.
a. Konsep ilmu pendidikan
Ilmu pendidikan dirumuskan dan
dikembangkan oleh manusia sejak berabad yang lalu hingga sekarang. Menurut Plato pendidikan adalah
cara mengasuh jasmani, rohani supaya sampai kepada keindahan dan kesempurnaan
yang dapat dicapai. Jules Simon mengatakan pendidikan ialah jalan untuk merubah
akal menjadi akal yang lain dan merubah hati menjadi hati yang lain[1]. Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan
merupakan proses pembudayaan yakni suatu usaha memberikan nilai-nilai luhur
kepada generasi baru dalam masyarakat yang tidak hanya bersifat pemeliharaan
tetapi juga dengan maksud memajukan serta memperkembangkan kebudayaan menuju ke
arah keluhuran hidup kemanusiaan[2].
Ilmu
pendidikan sendiri adalah ilmu yang mempelajari cara-cara mengasuh anak
mencapai status manusia dewasa, kedewasaan diartikan sebagai kemampuan
mengambil keputusan mengenai diri sendiri dan mampu mempertanggung
jawabkan kepada dirinya sendiri pula[3].
Ilmu pendidikan termasuk ilmu pengetahuan empiris karena obyeknya adalah
situasi pendidikan yang terdapat pada dunia pengalaman. Ilmu pendidikan ialah
ilmu yang normatif karena berdasar atas pemilihan antara yang baik dan yang
tidak baik untuk manusia pada umumnya. Ilmu pendidikan adalah ilmu pengetahuan
praktis karena yang diuraikan didalam ilmu tersebut dilaksanakan didalam
kegiatan pendidikan. Jadi ilmu pendidikan merupakan suatu ilmu yang berdiri
sendiri yang memenuhi sifat-sifat ilmiah dari ilmu pengetahuan[4].
b. Konsep agama Islam
Dalam sudut pandang umat islam, islam
merupakan satu-satunya agama yang diridhoi oleh Allah, serta memiliki dogma ajaran
dan landasan hukum yang wajib di imani dan dijalankan oleh umatnya untuk mencapai keselamatan hidup di dunia
dan akhirat berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits, sebagaimana firman Allah dalam
Al-Qur’an Surat Ali-Imran : 19
Surat Al-Ma'idah
: 3
Artinya : Pada hari
Ini Telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan Telah Ku-cukupkan kepadamu
nikmat-Ku, dan Telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu..[6]
c. Konsep sains
Sains merupakan kata benda “Noun”
yang berarti ilmu pengetahuan atau pengetahuan yang sistematis tentang alam
dan dunia fisik. Sains diperoleh dari
hasil observasi, penelitian, dan uji coba yg mengarah pada penentuan sifat
dasar atau prinsip sesuatu yang sedang diselidiki dan dipelajari.[7]
Sains dikembangkan oleh manusia
untuk memenuhi kebutuhan hidup menuju kepada peradaban dan kualitas hidup yang
lebih baik. Tokoh sains barat antara lain Albert Einsten, Galileo Galilei,
Isaac Newton, James Watt, Louis Pasteur, Thomas Alva Edison.
Sedangkan di dunia Islam kita kenal antara lain Ibnu Battutah, Ibnu Sina, Ibnu
Maskawaih, Ibnu Khaldun. Para tokoh diatas selain ahli dalam bidangnya mereka
juga menguasai ilmu lain, dalam artian mereka mampu mengintegrasikan satu
cabang ilmu dengan ilmu lain sehingga mampu memberikan perubahan yang lebih
bervariasi dan bermanfaat dalam bidang keilmuan masing-masing. Seperti contoh
Ibnu Khaldun tersohor sebagai bapak sosiologi dan ekonomi islam, beliaulah penggagas
pertama ilmu ekonomi empiris (sistem harga, hukum penawaran permintaan, tata
nilai. Konsumsi, produksi, modal) dalam merumuskan suatu teori ternyata beliau
mengintegrasikan berbagai ilmu seperti sosiologi, agama, ekonomi dan
sebagainya.[8]
2. Hubungan pendidikan, agama Islam, dan sains
a. Hubungan agama Islam dengan pendidikan
Pendidikan berorientasi pada cara menyampaikan suatu ilmu / pengetahuan
dengan menggunakan metode / strategi pengajaran yang tepat untuk mencapai
tujuan yang diharapkan. Sedangkan agama islam berisi ajaran, doktrin dan
tuntunan bagi umat islam dalam menjalani kehidupan di dunia agar sesuai syariat
yang termaktub dalam Al-Qur’an dan Hadits sebagai bekal menuju kehidupan di
akhirat. Dalam menyampaikan ajaran agama islam kepada orang lain, diperlukan
metode / strategi yang tepat supaya penyampaian ajaran keagaaman itu sesuai
yang diharapkan agama dan tidak mengalami kesalahan persepsi / pemahaman, tepat
sasaran, mencapai tujuan dan bisa diterima serta di amalkan. Untuk mencapai
tujuan keagamaan tersebut maka diperlukan cara pengajaran yang tepat berupa
ilmu pendidikan, disinilah letak hubungan erat keduanya. Sehingga di era
sekarang kita mengenal ilmu pendidikan agama Islam (PAI) / pendidikan Islam.
Pendidikan Islam adalah suatu sistem kependidikan yang mencakup seluruh
aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba Allah sebagaimana Islam telah
menjadi pedoman bagi seluruh aspek kehidupan manusia baik duniawi maupun
ukhrawi. Karena luasnya jangkauan yang harus digarap oleh pendidikan Islam maka
pendidikan Islam tetap terbuka terhadap tuntutan kesejahteraan umat manusia
baik tuntutan di bidang IPTEK maupun kebutuhan rohaniah sehingga pendidikan
Islam berwatak akomodatif terhadap perubahan zaman sesuai norma-norma kehidupan
Islam.[9]
b. Hubungan pendidikan dengan sains
Sains merupakan ilmu tentang pembuktian suatu kebenaran / teori / hukum-hukum
alam dan sosial secara ilmiah untuk mengetahui, mencari dan menyelesaikan
permasalahan yang ada di alam maupun sosial kemasyarakatan sehingga lebih
banyak berorientasi pada penelitian / kegiatan ilmiah. Dalam menyampaikan dan
mengajarkan hasil penelitian ilmiah kepada masyarakat agar lebih berguna dan
bermanfaat diperlukan ilmu pendidikan yang memiliki strategi tepat sehingga
mudah diterima, dimengerti dan dipelajari oleh masyarakat. Dunia pendidikan
juga membutuhkan peran sains untuk menambah khasanah keilmuan dasi hasil
penelitian sains. Disinilah letak hubungan erat keduanya dalam membentuk
simbiosis mutualisme pengetahuan.
c. Hubungan agama islam dengan sains
Islam sangat menghargai ilmu pengetahuan (sains), sains dan agama
merupakan karunia Allah yang semata-mata diberikan kepada umat manusia. Manusia
mempunyai kecenderungan untuk menuju kearah yang benar dan suci serta tidak dapat
hidup tanpa menyucikan dan memuja sesuatu, inilah kecenderungan iman yang
merupakan fitrah manusia. Manusia juga memiliki kecenderungan untuk selalu
memahami alam semesta serta berkemampuan memandang masa lalu, sekarang dan akan
datang yang kesemuanya merupakan ciri khas ilmu pengetahuan (sains). Oleh
karena itu agama Islam dan sains harus diupayakan selalu sejalan dan islam
adalah agama yang memadukan keduanya.[10]
Islam sebagai sebuah agama memiliki sumber dasar hukum berupa Al-Qur’an
dan Hadits Nabi, didalam kedua sumber hukum ini banyak tersirat ajaran, dogma,
hingga semua ilmu pengetahuan yang dibutuhkan manusia baik yang bersifat ilmu
sosial, alam, matematis dan sebagainya. Akan tetapi pembahasan keilmuan dalam Al-Qur’an dan
Hadits menggunakan gaya bahasa yang singkat, menantang serta membutuhkan
penelitian dan pemikiran yang lebih lanjut dari manusia. Untuk membuktikan
kebenaran dalam ajaran islam maka dibutuhkan sebuah penelitian yang bersifat
ilmiah, dimana hasil dari penelitian tersebut akan mampu membuktikan keaslian
Al-Qur’an sebagai wahyu dari Allah SWT. Disinilah letak hubungan sains dengan
agama Islam, sains sebagai pembukti kebenaran secara ilmiah apa saja yang
terkandung di dalam Al-Qur’an sehingga masyarakat dapat mempercayai akan
kebenaran ajaran Islam.
3. Konsep Integrasi PAI dan sains
Integrasi
berasal dari bahasa Inggris Integrate, Integration yang kemudian
diadaptasi kedalam bahasa Indonesia menjadi integrasi yang berarti menyatu padukan,
penggabungan.[11]
Berdasarkan arti etimologisnya itu, integrasi dapat diartikan sebagai pembauran
hingga menjadi kesatuan yang utuh atau bulat.[12] Untuk lebih
memahami makna integrasi, amatilah gambar dibawah ini :
Sains yang berbasiskan pada penalaran akal dan data
ilmiah mengalami perkembangan yang lebih pesat dibandingkan ilmu – ilmu agama
Islam. Sains ini secara garis besar dibagi menjadi 3 bagian yaitu :
a. Sains yang bersifat naturalis, obyek kajian sains ini berupa alam raya dan
fisik. Yang termasuk sains ini adalah ilmu fisika, biologi, kedokteran,
astronomi dan sebagainya.
b. Sains yang bersifat sosiologis, obyek kajian ilmu ini berupa perilaku sosial
manusia. Yang termasuk sains ini ialah sosiologi, politik, antropologi,
pendidikan, komunikasi, psikologi dan sebagainya
c. Sains yang bersifat penalaran, obyek kajiannya berupa filosofis penalaran.
Yang termasuk ilmu ini ialah filsafat, logika, seni dan sebagainya.[13]
Dewasa ini antara ilmu pendidikan dengan agama Islam di
Indonesia telah berintegrasi dan membentuk suatu ilmu baru berupa Ilmu
Pendidikan Agama Islam (PAI). Untuk itu proses integrasinya tidak kami bahas
dalam pembahasan ini. Pendidikan agama Islam (PAI) sebagai Mapel wajib ditingkat
SD, SMP, SMA dan sederajat serta menjadi mata kuliah umum (MKU) di perguruan
tinggi (PT) umum tentunya sangat berperan sebagai penopang satu-satunya ilmu
keagamaan di sekolah-sekolah / PT umum di Indonesia.
Peran
strategis PAI untuk membentuk karakter / kepribadian islami siswa dan
mengajarkan ilmu keislaman di sekolah / PT umum di Indonesia baik yang
berstatus swasta maupun negeri membutuhkan sentuhan strategi pengajaran yang
berbeda dibandingkan dengan sekolah atau PT agama Islam (PTAI). Perbedaan itu
terletak pada kuantitas muatan keagamaan yang sangat terbatas di sekolah / PT
umum jika di bandingkan dengan sekolah / PTAI, karena di sekolah / PT umum muatan
keagamaan hanya terdapat pada Mapel / Makul PAI dan didominasi oleh muatan umum
sesuai jurusan sekolah / PT tersebut. Permasalahan lainnya adalah input dan
minat siswa tentang ilmu agama Islam juga sangat minim. Akan tetapi hal
positifnya ialah minat dan kesempatan siswa mempelajari sains lebih besar
sehingga dapat diarahkan pada pengembangan sains sesuai nilai-nilai keislaman
serta belajar membuktikan secara ilmiah apa yang terkandung didalam Al-Qur’an
dan Hadits.
Tantangan bagi guru / dosen PAI
di era globalisasi ialah disatu sisi memiliki kewajiban mengajarkan agama islam
yang sangat luas pembahasannya disatu sisi bagaimana menyesuaikan pembahasan
materi PAI dengan muatan sains yang ada sesuai jalur pendidikan yang ditempuh
siswa supaya minat, motivasi siswa semakin tinggi serta mereka mampu berfikir
dan membuktikan secara ilmiah kebenaran ajaran agama sehingga meningkatkan
kesadaran keimanan mereka. Disinilah konsep integrasi PAI dan Sains berlaku
yaitu dengan memasukkan nuansa sains didalam pembelajaran PAI. Lihat gambar di
bawah ini:
Konsep / rancangan integrasi PAI dan sains tidak hanya berlaku
di sekolah / PT umum saja tapi diharapkan dapat diterapkan di sekolah / PT
agama islam sesuai dengan cabang keilmuan masing – masing untuk lebih
meningkatkan kualitas dan daya saingnya. Proses integrasi PAI dan Sains tidak
serta merta harus meleburkan
dua keilmuan itu menjadi satu cabang ilmu baru namun lebih kepada proses penalaran / pemikiran
secara kontekstual
ajaran-ajaran islam dengan disertai teori atau penemuan secara ilmiah sehingga
keaslian ilmu PAI dan sains tetap terjaga serta bisa menjadi control satu sama lain.
Konsep integrasi PAI dan sains hampir sama dengan konsep kurikulum 2013 dimana satu
muatan keilmuan bisa disisipi oleh muatan keilmuan lainnya yang saling
berhubungan / relefan sehingga terjalin pemikiran yang utuh dan saling
menyambung serta melengkapi.
4. Mekanisme dan Tujuan Integrasi PAI dan Sains
Untuk dapat lebih
memahami tentang konsep integrasi PAI dan sains maka kita perlu mengetahui
mekanisme / proses terjadinya integrasi PAI dan sains serta tujuan dari
integrasi PAI dan sains.
a. Mekanisme integrasi PAI dan Sains
Proses terjadinya integrasi PAI dan Sains dilandasi
hubungan simbiosis mutualisme antara agama islam, ilmu pendidikan dan sains yaitu
saling membutuhkan dan melengkapi satu sama lain untuk mengisi kekosongan
materi keilmuan di masing-masing bidang kajian.
Pendidikan sebagai bidang keilmuan tentang cara penyampaian
pengajaran dan pembelajaran yang tepat untuk diterapkan di bidang keilmuan
masing-masing. Sedangkan agama islam sebagai bidang keilmuan tentang
ajaran-ajaran agama membutuhkan konsep ilmu pendidikan untuk mengajarkan kepada
masyarakat namun tidak menghilangkan konteks ajaran keagamaan itu, agama islam hanya
membutuhkan konsep pendidikan bagaimana cara mengajarkan ilmu keagamaan yang
lebih efisien efektif dan mampu di terima masyarakat modern dewasa ini. Begitu
pula ilmu pendidikan membutuhkan keilmuan agama islam untuk lebih memperkaya
khasanah keilmuan dan metode pengajarannya.
Sedangkan Sains berfungsi meneliti tentang
perkembangan kajian PAI (agama Islam dan ilmu pendidikan) secara ilmiah yang
digunakan untuk meningkatkan kajian sains sendiri, begitu juga PAI membutuhkan
hasil kajian ilmiah Sains untuk meningkatkan kualitas materi pembelajaran PAI.
b. Tujuan integrasi PAI dan Sains
Asumsi umat islam bahwa sains yang berasal dari negara
barat dianggap sebagai pengetahuan yang sekuler sehingga ilmu tersebut harus
ditolak merupakan asumsi yang tidak tepat. Sains yang sebenarnya merupakan
hasil pembacaan manusia terhadap ayat-ayat Allah SWT, apabila sains kehilangan
dimensi spiritualnya akan mengakibatkan malapetaka yang merugikan manusia.[14]
Salah satu upaya untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan cara
mengintegrasikan intern ilmu agama dan sains, upaya ini sudah dikembangkan oleh
PTAI yang mulai mencoba inklusif menerapkan metode integrasi keilmuan dalam
pembelajarannya.
Tujuan dari integrasi PAI dan sains adalah mampu
menciptakan karakter peserta didik yang berbudi pekerti islami serta memiliki motivasi
dan visi pengembangan sains demi peningkatan kualitas hidup masyarakat islam menuju
peradaban sains yang tinggi berlandaskan asas islam.
D. KESIMPULAN
1. Konsep ilmu pendidikan, agama Islam dan sains
a. Ilmu pendidikan merupakan ilmu tentang cara
mengajarkan suatu materi pelajaran kepada siswa untuk membentuk karakter siswa
yang berbudaya.
b. Agama Islam sebagai salah satu agama samawi yang berasal
dari Allah untuk umat manusia yang mengandung ajaran / dogma yang wajib di
taati oleh umatnya.
c. Sains merupakan ilmu yang berusaha mencari kebenaran
dengan cara pembuktian secara logika disertai cara-cara yang ilmiah.
2. Hubungan ilmu pendidikan, agama Islam dan sains
a. Ilmu pendidikan membutuhkan materi agama Islam dan
sains untuk memperkarya materi pembahasan dan khasanah keilmuannya..
b. Agama Islam membutuhkan konsep pengajaran dari ilmu
pendidikan sebagai sarana mempermudah dalam menjelaskan ajaran agama kepada
manusia.
c. Agama Islam membutuhkan peran sains dalam pembuktian
secara ilmiah kebenaran dari kandungan Al-Qur’an dan Hadits.
d. Sains
memerlukan materi dari agama Islam sebagai bahan materi dalam penelitian dan
pengujian ilmiah serta pengontrol dan penyeimbang dari kesesatan logika.
3. Konsep integrasi PAI dan sains dengan cara satu /
beberapa muatan keilmuan PAI bisa disisipi oleh muatan keilmuan sains yang
saling berhubungan / relefan sehingga terjalin pemikiran yang utuh, saling
menyambung, melengkapi dan mengontrol.
4. Mekanisme proses terjadinya integrasi PAI dan Sains
dilandasi hubungan simbiosis mutualisme antara agama islam, ilmu pendidikan dan
sains yaitu saling membutuhkan dan melengkapi satu sama lain untuk mengisi
kekosongan materi keilmuan di masing-masing bidang kajian.
5. Tujuan dari integrasi PAI dan sains adalah mampu
menciptakan karakter peserta didik yang berbudi pekerti islami serta memiliki
motivasi dan visi pengembangan sains demi peningkatan kualitas hidup masyarakat
islam menuju peradaban sains yang tinggi berlandaskan asas islam
E. DAFTAR ISI
Mahmud
Yunus, Pokok-Pokok Pendidikan dan
Pengajaran, PT.Hidakarya Agung, Jakarta, 1997.
http://langkahkebebasan.blogspot.co.id/2012/01/pendidikan-menurut-ki-hadjar-dewantara.html, diakses tanggal 04 Oktober 2015.
Mochtar
Bukhori, Ilmu Pendidikan dan Praktek Pendidikan Dalam Renungan, PT.Tiara
Wacana, Yogyakarta, 1994.
Sutari
Imam Barnaib, Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis, Andi Offset,
Yogyakarta, 1995.
Lajnah
Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Departemen Agama, Al-Qur’an Mushaf Per Kata,
Jabal, Bandung.
Yayasan
Pentafsir Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Mujamma’ Al Malik Fahd
Li Thiba’at Al Mush-haf Asy-syarif, Madinah Al Munawarah, 1990.
Nurhasanah,
Didik Tumianto, Kamus Besar Bergambar Bahasa Indonesia, PT. Bina Sarana
Pustaka, Jakarta, 2007.
Iqbal M.
Ambara, Teguh Sutanto, Tokoh-tokoh Super Inspiratif Pewaris Nabi, Sabil,
Jogjakarta, 2012.
H.M
Arifin, Ilmu Pendidikan Islam “Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan
Pendekatan Interdisipliner”, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2006.
Hanna
Djumhana Bastama, Integrasi Psikologi dengan Islam, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, 1995.
John M.
Echlos dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, 2003.
http://artikata.com/arti-330868-integrasi.html, diakses tanggal 05 Oktober 2015
Abuddin
Nata dkk, Integrasi Ilmu Agama dan Ilmu Umum, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2005.
Rizal
Mustansyir, Filsafat Ilmu, Pustaka Pelajar Offset, Yogyakarta, 2002.
[1] Mahmud
Yunus, Pokok-Pokok Pendidikan dan
Pengajaran, PT.Hidakarya Agung, Jakarta, 1997, hlm. 5.
[2] http://langkahkebebasan.blogspot.co.id/2012/01/pendidikan-menurut-ki-hadjar-dewantara.html, diakses tanggal
04 Oktober 2015.
[3] Mochtar
Bukhori, Ilmu Pendidikan dan Praktek
Pendidikan Dalam Renungan, PT.Tiara Wacana, Yogyakarta, 1994, hlm. 21.
[4] Sutari
Imam Barnaib, Pengantar Ilmu Pendidikan
Sistematis, Andi Offset, Yogyakarta, 1995, hlm.15.
[5] Lajnah
Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Departemen Agama, Al-Qur’an Mushaf Per Kata, Jabal, Bandung, Hlm. 52.
[6] Yayasan
Pentafsir Al-Qur’an, Al-Qur’an dan
Terjemahnya, Mujamma’ Al Malik Fahd Li Thiba’at Al Mush-haf Asy-syarif,
Madinah Al Munawarah, 1990, hlm. 157.
[7] Nurhasanah, Didik Tumianto, Kamus
Besar Bergambar Bahasa Indonesia, PT. Bina Sarana Pustaka, Jakarta, 2007,
hlm. 645.
[8] Iqbal
M. Ambara, Teguh Sutanto, Tokoh-tokoh Super Inspiratif Pewaris Nabi, Sabil, Jogjakarta, 2012,
hlm. 174-178.
[9] H.M
Arifin, Ilmu Pendidikan Islam “Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan
Pendekatan Interdisipliner”, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2006, Hlm. 7-8.
[10] Hanna Djumhana Bastama, Integrasi Psikologi dengan Islam,
Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1995, hlm. 146.
[11] John M.
Echlos dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, 2003, hlm. 326
[13] Abuddin Nata dkk, Integrasi Ilmu Agama dan Ilmu Umum, PT.
Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005, hlm. 1-3.
[14] Rizal Mustansyir, Filsafat Ilmu, Pustaka Pelajar Offset,
Yogyakarta, 2002, hlm. 70.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan tulis komentar anda