POLA PENDIDIKAN ISLAM DI ANDALUSIA DAN
SISILIA
Abstrak
Islam
sebagai agama universal
memberikan pedoman hidup
bagi manusia menuju kehidupan yang bahagia, yang pencapainnya sangat
bergantung pada pendidikan, sebab
pendidikan merupakan kunci
pembuka kehidupan manusia, oleh
karena itu Islam
dan pendidikan mempunyai
hubungan yang sangat erat,
hubungan tersebut bersifat
organis-fungsional, dimana pendidikan difungsikan sebagai
alat untuk mencapai
ke-Islaman dan Islam
menjadi kerangka dasar serta
pondasi pengembangan pendidikan
Islam. Pendidikan tumbuh dan
berkembang seiring dengan tumbuh dan berkembangnya Islam, hal ini menunjukan
bahwa pendidikan tidak
bisa dilepaskan dari sejarah Islam di eropa yaitu di
Andalusia dan Sisilia. Sehingga pada gilirannya Andalusia dan Sisilia mampu
menumbuh kembangkan berbagai khasanah keilmuan yang sekarang ini terasa
manfaatnya, terutama bagi
dunia Eropa yang
mampu menggali dan mengembangkannya.
Kata kunci : Pendidikan, Andalusia, Sisilia
PENDAHULUAN
Pendidikan
merupakan mata rantai
peradaban Islam yang penting dalam
pertumbuhan dan
perkembangannya. Oleh karena
itu, mempelajari
perkembangan pendidikan secara
sempurna menghendaki kepada
mempelajari pendidikan Islam yang telah dikembangkan oleh orang-orang
Islam. Sebab yang mendasari
pendidikan Islam salah
satunya adalah dasar
historis (penelusuran
sejarah) dimana dasar
historis ini merupkan
suatu dasar yang
berorientasi pada pengalaman pendidikan
masa lalu, dengan
demikian dasar ini
akan dijadikan acuan untuk
memprediksi dan menjadi acuan untuk pendidikan yang lebih baik dimasa yang akan
datang.
Ketika
dinasti Umayyah Damaskus
runtuh, cucu khalifah
Muawiyah kesepuluh Hisyam Ibn
Abd al-Malik Abd al-Rakhman. Memproklamirkan Andalusia sebagai
Negara berdiri sendiri
pada tahun 756 M,
sejak ploklamasi itu babak
baru Andalusia sebagai
Negara berdaulat dibawah kekuasaan Dinasti Umayyah yang ber-ibu
kota di Cardova sampai tahun 422 H/ 1031 M. Abd
al-Rakhman menginjakan kakinya
di Andalusia setelah
lolos dari upaya pembunuhan
atas dirinya ketika
terjadi revolusi Dinasti
Abbasyiah sekitar tahun 132
H / 750 M,
ia berhasil meletakan
sendi dasar yang kokoh
bagi tegaknya Daulah
Umayyah II di
Andalusia selama 32 tahun. Selama kekuasaan Daulah Umayyah II
di Andalusia terjadi banyak sekali kemajuan, terutama dalam bidang pendidikan
dan ilmu pengetahuan.
A. SEJARAH ISLAM DI ANDALUSIA DAN SISILIA
Spanyol dan Sisilia pernah dikuasai oleh
pemerintahan Islam, era ini dapat di kelompokkan menjadi enam periode, yaitu:
1.
Periode 1 (711-755 M), wali yang di angkat oleh khalifah
Daulah Umayyah di Damaskus.
2.
Periode 2 (755-912 M), diperintah oleh amir (gubernur)
tetapi tidak tunduk kepada Daulah Bani Abbasiah di Baghdad.
3.
Periode 3 (912-1013 M), diperintah Abdurrahman 3 yang
bergelar Al-Nashir, sampai munculnya Mulk at Thawaif.
4. Periode 4 (1013-1086 M), Spanyol terpecah menjadi tiga
puluh negara-negara kecil yang dikuasai oleh raja-raja setempat.
5. Periode 5 (1086-1248 M), dikuasai oleh dinasti
Al-Murabitun dan Al-muwahidun (Al-muwahidun akhirnya runtuh dengan kemenangan
pihak Kristen di Las Navas dan Tolosa, dan mereka kembali ke Afrika Utara).
6. Periode 6 (1248-1492 M), Islam hanya berkuasa di Granada
di bawah Daulah Bani Ahmar, namun kekuasaan Islam ini berhasil pula di rebut
oleh Raja Ferdinand dan Ratu Isabella dari pihak Kristen.[1]
Delapan abad Islam berkuasa di Spanyol dan
empat abad di Sisilia, telah mengubah wajah pendidikan ketika itu, karena
pendidikan Islam telah terlaksana dengan baik dan sistematis pada dua daerah
ini. Adapun sejarah masuknya Islam di Andalusia dan Sisilia sebagai berikut:
1. Sejarah Islam di Andalusia
Islam pernah memimpin dan berjaya di
Andalusia yang pada hari ini mencakup wilayah Spanyol dan Portugal selama
hampir 800 tahun. Penaklukan Andalusia tidak terlepas atas jasa tiga orang
pemimpin yaitu Tharif bin Malik, Thariq bin Ziyad dan Musa bin Nusair. Di awali
oleh Tharif yang dikenal sebagai perintis dan penyelidik, ia dan pasukannya
berjumlah 500 orang menyeberangi selat diantara Maroko dan benua Eropa dengan
menaiki 4 buah kapal yang disediakan oleh Julian. Kemudian penaklukan selanjutnya
diteruskan oleh Thariq bin Ziyad pada tahun 711 M atas perintah Musa bin Nusair
Gubernur Afrika Utara dibawah pemerintahan Al-Walid I (705-715 M) dari dinasti
Umayyah yang berkedudukan di Damaskus.[2]
Pada masa
itu ilmu pengetahuan
muslim dari Andalusia
mengalir kenegara-negara eropa Kristen.
Melalui kelompok-kelompok pelajar
Eropa yang pernah menuntut ilmu di Universitas Cardova, Malaga, Granada,
sevilla atau lembaga-lembaga ilmu
pengetahuan lainnya di
Andalusia, dengan demikian besar
sekali peranan Andalusia
dalam Mengantarkan Eropa memasuki periode baru masa kebangkitan.
Salah satu faktor
yang mendorong pesatnya
perkembangan keilmuan di Andalusia seperti adanya seorang filosof,
astronom, penyair, musisi, sejarawan, fiqih, theology, ahli
bahasa, dokter, dan
sebagainya, dikarenakan penuntutan
ilmu di dalam dunia kuno dari abad pertengahan teristimewa dalam dunia
Islam. Pada masa pemerintahan
dinasti Umayyah II
ini, lembaga-lembaga pendidikan, banyak
dibangun diberbagai penjuru
kerajaan, sejak dari
kota-kota besar sampai ke desa-desa. Hal ini terbukti pada masa
pemerintahan al-Mustanshir yang memiliki
800 sekolah, 70 perpustakaan pribadi
disamping perpustakaan umum, dimana
diriwayatkan kumpulan buku-buku
tersebut mencapai 400.000 eksemplar,
lebih lanjut al-Mustansir
mendengar bahwa di Irak abu
al-Faraz al-Isbahani sedang
menyusun kitab al-Ghani,
Ia mengirim uang 1.000
dinar kepada pengarangnya,
untuk mendapat copy
pertama dari buku tersebut.
Oleh karena itu
kitab al-Afgani ini
lebih dulu dibaca
di Andalusia dari pada di Irak dimana tempat pengarangnya. Pada masa
Dinasti Umayyah II ini banyak
terdapat ilmuan ternama seperti, dalam
bidang fiqih (Malik
ibn Anas) sebagai
pengarang al-Muwatta yang memuat
1700 hadits, Abu
Qasim Maslamah Dianggap
sebagai orang yang memperkenalkan
Rasail Ikhwan al-Shafa ke-Eropa, dan
Spayol, Abu al-Qasim al-Zahrawi Dikenal dengan nama Abulcacis, ia dikenal
sebagai dokter bedah, perintis ilmu
penyakit telinga dan pelopor ilmu
penyakit kulit, karyanya yang
berjudul “al-Tashrif li man
Ajaza an al
Ta’lif” yang pada abad
ke 12 diterjemahkan
oleh Cremona dan dicetak ulang
di genua (1497 M),
Basle (1541 M)
dan di Oxford
(1778), yang kemudian
buku tersebut tersebar dan
menjadi literatur di Universitas Eropa.[3]
Dalam sejarah dan literatur yang ada
mengisyaratkan bahwa, kedigdayaan Islam di Andalusia hanya mampu bertahan
sekitar delapan abad saja, kalau di hitung memang waktu yang cukup panjang dan
terjadinya beberapa kali pergantian dinasti. Namun pada akhirnya datang juga
masa yang ditakuti yaitu masa-masa kehancuran, yang sampai pada hari ini masih
belum bangkit dari keluluhan itu. Di antara penyebab keruntuhan peradaban dan
pendidikan Islam di Andalusia antara lain:
a.
Konflik Agama
Pada akhir-akhir kemajuan peradaban pendidikan Islam di
Andalusia, telah muncul kepermukaan paham-paham dan perbedaan keyakinan.
Kondisi yang tidak menguntungkan bagi umat Islam telah membuat “berani” umat
kristiani menampakkan dirinya kepermukaan. Bahkan terang-terangan telah pula
berani menentang kebijakan penguasa Islam di kala itu. Para penguasa muslim
tidak melakukan Islamisasi secara sempurna, mereka sudah merasa puas dengan
menagih upeti dari kerajaan-kerajaan kristen taklukannya dan membiarkan mereka
mempertahan hukum dan adat mereka, termasuk posisi hierarki tradisional, asal
tidak ada perlawanan bersenjata. Kondisi seperti ini dapat diprediksi, bahwa
kelengahan umat Islam termasuk toleransi dan wewenang yang diberikan kepada
umat Kristen telah dimanfaatkan untuk mencari kelemahan Islam di saat Islam
lengah di kala itu. Hal ini diperkuat pula oleh al-Qur‟an bahwa umat Kristen
itu tidak akan pernah diam dan senang, sebelum Islam bertekuk lutut
kepadanya.
b.
Ideologi Perpecahan
Istilah ‘ibad
dan muwalladu perendahan derajat
kepada orang pribumi yang mukallaf
selalu dilakukan oleh orang-orang Islam keturunan Arab, sehingga
kelompok-kelompok etnis nonArab selalu menimbulkan kegaduhan dan sering
menggerogoti serta merusak perdamaian atas celaan dan pemisahan kasta tersebut.
Kultur sosial kemasyarakatan ketika itu amat berpeluang besar terjadinya
pertikaian, apalagi dengan tidak adanya sosok pemimpin yang dapat mempersatukan
ideologi yang telah memecah belah persatuan. Sehingga keamanan negeri tidak
lagi bisa terjamin dengan baik dan terjadinya perampokan dimana-mana. Kondisi
seperti ini dimanfaatkan oleh umat Kristiani untuk menyusun kekuatan.
c.
Krisis Ekonomi
Dalam situasi yang semakin sulit, umat Kristiani tidak
lagi jujur membayarkan upetinya kepada penguasa Islam. Dengan berbagai dalih,
supaya upeti dan pajak tidak lagi dikumpulkan kepada penguasa. Sering terjadi
perampokan yang di skenario oleh kelompok Kristiani, dan pada akhirnya menuduh
umat Islam yang berbuat aniaya kepadanya. Keadaan yang tidak kondusif ini
membuat pendapatan negara jauh berkurang, dan akhirnya berdampak besar kepada
masyarakat. Padahal dipertengahan kekuasaan Islam, pemerintah lebih memperhatikan
kemajuan dan lupa menata perekonomian, sehingga melemahkan ekonomi negara dan
kekuatan militer serta politik.
d.
Peralihan Kekuasaan
Granada yang merupakan pusat kekuasaan Islam terakhir di
Spanyol jatuh ketangan Ferdinand dan Isabella. Sementera dikalangan Islam
sendiri terjadi perpindahan kekuasaan dengan sistem ahli waris. Pola yang masih
dipertahankan umat Islam dalam mengganti tampuk kepemimpinan kadang jauh dari
kelayakan. Sebagaimana bukti sejarah yang mengangkat seorang raja atas
pertimbangan keturunan yang masih berusia belasan tahun. Peralihan kekuasaan
seperti ini (raja yang masih berusia belia) sering keliru dalam mengambil
keputusan dan kadang kala terdapat kesalahan besar dan fatal akibatnya, baik
terhadap pamornya, maupun kestabilan kedaulatan dalam negeri Islam sendiri.
Dengan demikian tidak ada lagi kekuatan islam untuk membendung kebangkitan
Kristen di daerah ini.
2. Sejarah Islam di Sisilia
Sisilia adalah pulau terbesar di Laut Tengah
(Mediterranean Sea) dan masuk dalam wilayah Italia. Palermo adalah ibu kotanya.
Islam di Sisilia berkuasa selama kurang lebih empat abad (827-1194 M). Keseluruhan
Islam di Sisilia di bawah kekuasaan tiga dinasti, yaitu dinasti Aqlab (827-909
M), disusul dinasti Fathimiah (1909-1091 M), dan akhirnya dinasti Qalbi
(1091-1194 M). Kemudian orang-orang Norman berhasil merebut seluruh wilayah
Sisilia dari umat Islam. Penyerbuan pertama ke Sicilia pada tahun 827 M dibawah
pimpinan Asad bin Al-Furat dari Afrika utara. Pada waktu itu Afrika utara
diperintah oleh Amir Aghlab III yakni Ziyadatullah. Dari sinilah dimulainya
sejarah baru Islam di Sicilia. Asad bin al-Furat gugur dalam usaha pengepungan
kota benteng Syrocuse. Kemudian kepemimpinan diganti oleh Muhammad bin Abi al Jawairi,
namun tidak berhasil dan akhirnya pasukan kembali ke Afrika utara. [4]
Kota Palermo dapat ditundukan pasukan kaum
muslimin pada 12 September 831 M, setelah dilakukan usaha pengepungan selama
satu tahun. Daerah Palermo selanjutnya menjadi pusat penaklukan. Untuk
menduduki Palermo maka Ziyadatullah mengangkat Abu Muhammad bin Abdullah
menjadi wali Sicilia pada tahun 832 M. Sicilia setelah dikuasai oleh umat islam
banyak sekali perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan, banyak para ilmuan
muncul dari wilayah ini, diantaranya: Muhammad bin Khurasan, Ismail bin Khalaf
yang menulis kitab al-‘Uyun fi al-Qira’at,
Abul Abbas yang merupakan seorang ahli hadits, Bakh Muhammad bin Ibrahim
at-Tamimi seorang sufi, Ibn Farra, Musa Bin Hasan, Abd al-Haqq bin Muhammad dan
Ibn Za’far, Al-Mazari yang merupakan seorang ahli ilmu kalam, Ali Hamzah
Al-Basri seorang yang ahli dalam bidang sastra.[5]
B. POLA PENDIDIKAN ISLAM DI ANDALUSIA
Kehebatan sistem pendidikan di Andalusia
menyebabkan Andalusia menjadi salah satu Negara yang memiliki sistem pendidikan
terbaik pada zamannya hal ini dikarenakan faktor-faktor berikut :
1. Adanya dukungan dari penguasa, membuat pendidikan Islam
cepat sekali majunya, karena penguasa sangat mencintai ilmu pengetahuan dan
berwawasan jauh ke depan.
2. Adanya beberapa sekolah dan universitas di beberapa kota
di Spanyol yang sangat terkenal (Universitas Cordova, Sevilla, Malaga, dan
Granada).
3. Banyaknya para sarjana Islam yang datang dari ujung Timur
dan ujung Barat wilayah islam dengan membawa berbagai buku dan berbagai
gagasan. Ini menunjukkan bahwa, meskipun
umat Islam terdiri dari beberapa kesatuan politik, terdapat juga apa yang di sebut
kasatuan budaya Islam.
4. Adanya persaingan antara Abbasiyah di Baghdad dan Umayyah
di Spanyol dalam bidang ilmu pengetahuan dan peradaban. Kompetisi dalam bidang
ilmu pengetahuan dengan didirikannya Universitas Cordova yang menyaingi
Universitas Nizamiyah di Baghdad yang merupakan persaingan positif, tidak selalu
dalam peperangan.
5. Pemerintah juga memberikan subsidi yang banyak terhadap
pendidikan, yakni dengan murahnya buku-buku bacaan, atau diberikan penghargaan
yang tinggi berupa emas murni kepada penulis atau penerjemah buku, seberat buku
yang diterjemahkannya.
Pada masa kejayaan Islam di Andalusia
pusat-pusat pendidikan berada pada kuttab-kuttab, dan perguruan tinggi.
1. Kuttab
Kuttab
adalah sebuah lembaga pendidikan dasar yang mengajarkan cara membaca dan
menulis kepada anak-anak atau remaja, kemudian meningkat pada pengajaran
pengetahuan Al-Qur’an dan pengetahuan dasar.[6] di Andalusia terdapat banyak
kuttab-kuttab yang menyebar sampai ke pinggiran kota. Pada lembaga ini, para
siswa mempelajari berbagai macam disiplin ilmu pengetahuan, seperti fikih,
bahasa dan sastra, musik, dan kesenian. Kuttab termasuk lembaga pendidikan
terendah yang sudah tertata dengan rapi di saat itu, sehingga kuttab-kuttab itu
mempunyai banyak tenaga pendidikan dan siswa-siswanya. Pada lembaga ini
siswa-siswanya mempelajari berbagai macam ilmu pengetahuan diantaranya adalah:
a.
Fikih
Pemeluk Islam di Andalusia menganut mazhab Maliki, maka
para ulama memperkenalkan materi-materi fikih dari mazhab imam Malik.
Tokoh-tokoh yang termasyhur disini diantaranya Ziyad ibnu Abd Ar-Rahman dan
dilanjutkan oleh Ibn Yahya. Yahya sempat menjadi kadi pada masa Hisyam ibn Abd
Rahman, dan masih banyak nama-nama lain, seperti Abu Bakar ibn al-Qutiyah,
Munzir Ibn Said al Baluthi, dan Ibn Hazm yang sangat populer di kala itu.[7]
b.
Bahasa dan Sastra
Bahasa Arab menjadi bahasa resmi umat Islam di Spanyol,
bahasa ini dapat dipelajari di kuttab, bahkan kepada siswanya diwajibkan untuk
selalu melakukan dialog dengan memakai bahasa resmi Islam (bahasa Arab),
sehingga bahasa ini menjadi cepat populer dan menjadi bahasa keseharian.
Tokoh-tokoh bahasa itu antara lain Ibn Sayidih, Ibn Malik yang mengarang
Al-fiyah, Ibn khuruf, Ibn al-Hajj, Abu Ali al-Isyibili, Abu al-Hasan ibn Usfur,
dan Abu Hayyan al-Gharnathi. Di bidang sastra tersohor nama Ibn Abd. Rabbih
dengan karya al-'Iqd al- Farid, Ibn
Bassam dengan karyanya al-Dzakhirah fi
Mahasin ahl al-Jazirah, dan Al- F ath ibn Khaqan dengan karyanya kitab al-Qalaid, dan lain-lain.[8]
c.
Musik dan Seni
Di Spanyol berkembang musik-musik yang bernuansa Arab
yang merangsang tumbuhnya nilai-nilai kepahlawanan. Banyak tokoh musik dan seni
bermunculan ketika itu, diantaranya, Al-Hasan ibn Nafi yang dijuluki Ziryab (789-857).
Ziryab selalu tampil pada acara-acara penjamuan kenegaraan di Cordova, karena
ia merupakan aransemen musik yang handal dan piawai pula mengubah syair-syair
lagu yang pantas dikonsumtifkan kepada seluruh lapisan dan tingkat umur.[9]
2. Perguruan Tinggi
Universitas Cordova berdiri megah dan menjadi
Ikon Spanyol, sehingga Spanyol termasyhur ke seluruh dunia. Universitas ini
tegak bersanding dengan Masjid Abdurrahman III, yang pada akhirnya berkembang
menjadi lembaga pendidikan tinggi yang terkenal yang setara dengan universitas
Al Azhar di Cairo dan universitas Nizamiyah di Baghdad. Perguruan tinggi ini
telah menjadi pilihan utama bagi generasi muda yang mencintai ilmu pengetahuan,
baik dari belahan Asia, Eropa, Afrika, dan belahan dunia lainnya. Perpustakaannya
saat itu menampung kurang lebih empat juta buku yang mencakup berbagai disiplin
ilmu. Buku-buku ini dikonsumtifkan untuk seribu lebih mahasiswa yang sedang
menuntut ilmu. Selain itu, terdapat juga universitas Sevilla, Malaga, dan
Granada. Pada perguruan tinggi ini diajarkan ilmu kedokteran, astronomi,
teologi, hukum islam, kimia, dan lain-lain. Pada lembaga ini terdapat para
pengajar yang cukup dikenal diantaranya yaitu Ibn Qaitbah yang dikenal sebagai
ahli tatabahasa, Abu Ali Qali yang ahli dibidang biologi. Namun, secara garis
besar pada perguruan tinggi di Spanyol terdapat dua konsentrasi ilmu
pengetahuan, yaitu:
a.
Filsafat
Universitas Cordova mampu menyaingi Baghdad, salah satu
diantaranya, karena mampu mengimpor ilmu filsafat dari belahan Timur dalam
jumlah besar, sekalipun bagdad termasuk pusat ilmu pengetahuan Islam. Sehingga
beberapa waktu sesudahnya melahirkan filosof-filosof besar dengan karya-karya
emasnya. Ibnu Bajjah adalah filosof muslim yang pertama dan utama dalam sejarah
kefilsafatan di Andalus. Nama lengkapnya Abu Bakar Muhammad ibnu Yahya ibnu
Al-Sha’ig , yang lebih terkenal dengan nama Ibnu Bajjah. Orang barat
menyebutnya Avenpace. Ia dilahirkan di Saragossa (Spanyol) pada akhir abad ke-5
H/ abad ke-11 M. Tokoh lainnya ialah Abu Bakar Ibnu Thufail, penduduk asli Wadi
Asy, sebuah dusun kecil di sebelah timur Granada dan wafat pada usia lanjut
tahun 1185 M. Ia banyak menulis masalah kedokteran, astronomi, dan filsafat.
Karya filsafatnya yang sangat terkenal adalah Hay Ibn Yaqzhan. Pada akhir abad ke-12 masehi muncul seorang
pengikut Aristoteles yang terbesar dalam kalangan filsafat islam, dia adalah
Abu al-Walid Muhammad ibnu Ahmad ibnu Muhammad Ruyd dilahirkan di Cordova,
Andalus pada tahun 510 H/1126 M, yang terkenal dengan nama Ibn Rusyd.
Kepiawaiannya yang luar biasa dalam ilmu hukum, sehingga dia diangkat menjadi
ketua Mahkamah Agung di Cordova (Qadhi al-Qudhat). Karya besarnya yang
termasyhur adalah Bidayah al-Mujtahid.[10]
b.
Sains
Tercatat nama Abbas ibn Farnas yang termasyhur dalam ilmu
kimia dan astronomi. Ia adalah orang pertama yang menemukan pembuatan kaca dari
batu. Perkembangan sains pada daerah ini diikuti pula oleh ilmu kedokteran,
matematika, kimia dan musik serta ilmu lainnya, bahkan ada ilmuwan wanita yang
ahli kedokteran yaitu Umm al-Hasan binti Abi Ja’far.
C. POLA PENDIDIKAN ISLAM DI SISILIA
1.
Kuttab
Kuttab adalah lembaga pendidikan terendah
yang banyak terdapat di Sisilia. Di sini anak belajar menulis, berhitung dan
bahasa Arab. Di kota Palermo terdapat 300 orang guru kuttab, jumlah ini
termasuk hitungan yang sangat banyak pada masa itu.
2.
Perguruan Tinggi
Di Sisilia terdapat perguruan tinggi yang
mereka samakan namanya dengan kotanya "Palermo". Perguruan tinggi ini
dapat menjawab semua harapan perkembangan ilmu pengetahuan, yaitu dengan adanya
pusat kajian sains dan teknologi yang modern di kala itu, ini pulalah yang
menjadi cikal bakal muncul dan menjalarnya ilmu pengetahuan di benua Eropa,
terutama di Itali dan kota-kota lainnya. Sisilia telah menorehkan sejarah yang
tak dapat didustakan untuk peradaban dan perkembangan ilmu pengetahuan, karena
pada daerah ini telah menetaskan ulama-ulama besar yang melahirkan karya-karya
besar.
Dalam bidang bahasa dan nahwu, ilmu-ilmu
al-Qurán dan Hadits dikenal nama Muhammad bin Khurasan ia wafat di Sisilia pada
tahun 996 M, juga Ismail bin Khalaf, pengarang Kitab al-Uyun fi al-Qiraát,
kitab ini masih terhimpun di sebuah perpustakaan di Berlin dan Istambul, ia
wafat 1063 M, sedangkan ahli hadist tekenal adalah Abu al-Abbas, abu Bakar
Muhammad bin Ibrahim al-Tamimi, ia juga murid al-Junaidi dalam tasawuf. Tokoh
lain dalam bidang hadis adalah ibnu al-Farrah dan Musa bin Hasan. Dalam Ilmu
Kalam tekenal nama abu al-Haqq bin Muhammad ibnu Zaffar dan Mazari, dalam
bidang sastra terkenal nama Ali Hamzah al-Bashri, pengarang al-Mutanabbi
sastrawan arab klasik.[11]
Faktor pendukung semakin majunya sistem
pendidikan di Sisilia adalah :
· Para penguasa muslim di Sisilia adalah orang pecinta ilmu
dan berwawasan luas. Mereka mengirim siswa-siswa berbakat untuk belajar di
universitas-universitas terkemuka di dunia Islam.
·
Menggaji para dosen, peneliti, dan ilmuan.
·
Membebaskan para dosen, peneliti, dan ilmuan dari wajib
militer.
·
Migrasi para ilmuan, peneliti, dosen dan guru dari
berbagai penjuru dunia Islam ke Sisilia, karena tertarik dengan tunjangan yang
memadai. Seperti Ali ibn Hamza Al-Basri seorang ahli bahasa yang terkenal
sekaligus ahli rawi-rawi tentang para penyair Arab klasik yang berasal dari
Afrika Utara.[12]
Dari beberapa faktor penyebab majunya
pendidikan Islam di Sisilia, tidak terlepas dari sosiokultural masyarakat
ketika itu yang sangat haus dan mencintai ilmu pengetahuan. Di sisi lain
belahan Eropa waktu itu berada dalam kegelapan dan di ambang keterbelakangan,
sehingga keadaan itu menjadi pelajaran berharga bagi pemerintah Sisilia. Sangat
dapat dipahami bahwa kebijakan dan perhatian pemerintah Sisilia untuk kemajuan
bidang pendidikan, telah pula berdampak besar bagi orang-orang yang hidup di
zaman sekarang. Semua itu tentu akan dapat dijadikan mutiara berharga bagi umat
yang mau menjadikan pelajaran, bagaimana kiat-kiat untuk memajukan pendidikan,
dan peluang besar juga untuk ditiru oleh pemerintah yang ada sekarang.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka dapat
disimpulkan bahwa :
1. Masuknya Islam di Andalusia dari tahun 711-1492
M (781 tahun) dan di Sisilia dari tahun 827-1194 M (367 tahun) tidak terlepas
dari perluasan wilayah yang dicanangkan oleh khalifah daulah umayyah dengan
melalui jalur Afrika Utara yang membuat kedua wilayah itu terkenal di dunia
baik dibidang pendidikan maupun dibidang peradaban.
2. Baik di Andalusia maupun di Sisilia pola pendidikan
Islam yang diselenggarakan pada dasarnya terdiri dua tingkatan yaitu di Kuttab
yang mempelajari pengetahuan dasar dan menengah misalnya Al-Qurán, fikih,
bahasa Arab dan kesenian sementara di Perguruan Tinggi mengarah pada
disiplin ilmu khusus misalnya agama, sains dan teknologi.
3. Di Andalusia inilah lahir tokoh-tokoh muslim ternama
yang menguasai berbagai ilmu pengetahuan, seperti Ilmu Agama Islam, Kedokteran,
Filsafat, Ilmu Hayat, Ilmu Hisab, Ilmu Hukum, Sastra, Ilmu Alam, Astronomi, dan
lain sebagainya. Oleh karena itu dengan segala kemajuan dalam berbagai ilmu
pengetahuan, kebudayaan serta aspek-aspek ke-islaman, Andalusia kala itu boleh
dikatakan sebagai pusat kebudayaan Islam dan Ilmu Pengetahuan yang tiada
tandingannya setelah Konstantinopel dan Bagdad. Maka tak heran waktu itu pula
bangsa-bangsa Eropa lainnya mulai berdatangan ke negeri Andalusia ini untuk
mempelajari berbagai Ilmu pengetahuan dari orang-orang Muslim Spanyol, dengan
mempelejari buku-buku buah karya cendekiawan Andalusia baik secara
sembunyi-sembunyi ataupun terang-terangan.
4. Sisilia adalah sebuah pulau di laut tengah, letaknya
berada di sebelah selatan semenanjung Italia, dipisahkan oleh selat Messina .
Sisilia yang pernah dikuasai Islam dari tahun 881 M s/d 1091 M. Perkembangan
sains dan teknologi serta kehidupan intlektual di Sisilia tidak berbeda dengan
gerakan intelektual di Andalusia dan dunia Islam saat itu pada umumnya, sebagaimana
di Toledo Andalusia, kota Palermo merupakan tempat yang penting bagi kegiatan
penterjemahan buku-buku ulama Islam ke dalam bahasa latin..
DAFTAR ISI
Abdul Kodir, Sejarah Pendidikan
Islam; Dari Masa Rasulallah hingga Reformasi di Indonesia, CV. Pustaka Setia,
Bandung, 2015.
Ahmad
Masrul Anwar, “Pertumbuhan dan Perkembangan Pendidikan Islam pada Masa Bani Ummayah”, JURNAL TARBIYA Volume: 1 No: 1 2015.
Kiki
Muhamad Hakiki, “Politik Islam
di Sicilia”, Jurnal TAPIs Vol.7 No.12 Januari-Juli 2011.
Harun
Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid II, UI Press, Jakarta 1985.
Abdul Kodir, Sejarah Pendidikan
Islam; Dari Masa Rasulallah hingga Reformasi di Indonesia, CV. Pustaka Setia,
Bandung, 2015.
Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, Kencana,
Jakarta, 2007.
Abudin Nata, Sejarah Pendidikan
Islam: Pada Periode Klasik dan Pertengahan, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2010.
Sukarno
Karya, Ensiklopedia Mini, Sejarah dan
Kebudayaan Islam, Logos Wacana Ilmu, Jakarta, 1996.
M.
Misbahuddin,
“Sicilia: Jembatan Transmisi Keilmuan Islam ke Eropa”, Jurnal Khatulistiwa – Journal of Islamic Studies, Volume 5 Nomor 1 Maret
2015.
[1] Harun Nasution, Islam
Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid II, UI Press, Jakarta 1985, hlm. 62
[2] Abdul Kodir, Sejarah Pendidikan Islam; Dari Masa
Rasulallah hingga Reformasi di Indonesia, CV. Pustaka Setia, Bandung, 2015,
Hlm. 97-98.
Bani Ummayah”, JURNAL TARBIYA Volume: 1 No: 1 2015 (47-76), Hlm. 66-67.
[4] Kiki Muhamad Hakiki,
“Politik Islam di Sicilia”, Jurnal TAPIs Vol.7 No.12 Januari-Juli 2011, hlm. 17
– 18.
[6] Abdul Kodir, Sejarah Pendidikan Islam; Dari Masa
Rasulallah hingga Reformasi di Indonesia, CV. Pustaka Setia, Bandung, 2015,
Hlm. 43-44
[10] Abudin Nata, Sejarah Pendidikan Islam: Pada Periode
Klasik dan Pertengahan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2010Hlm.
266-267.
[11] Sukarno Karya, Ensiklopedia
Mini, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Logos Wacana Ilmu, Jakarta, 1996,
hlm. 361.
[12] M. Misbahuddin, “Sicilia:
Jembatan Transmisi Keilmuan Islam ke Eropa”, Jurnal Khatulistiwa – Journal of Islamic Studies, Volume 5 Nomor 1 Maret
2015, hlm. 37-39.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan tulis komentar anda