SEJARAH ILMU SEJAK ZAMAN YUNANI HINGGA
KONTEMPORER
Disusun oleh : Mohammad
Saifuddin (2052115002)
Mahasiswa Pasca Sarjana
STAIN Pekalongan
PENDAHULUAN
Setiap manusia pasti memiliki masa lalu. Masa lalu
yang pantas dikenang, baik yang menyenangkan maupun yang membuat manusia sedih
dalam hidupnya. Setiap hitungan waktu yang telah dilewati oleh manusia
merupakan bagian dari masa lalu. Sehingga, dapat dikatakan bahwa sejarah dan
kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan. Istilah sejarah mungkin sudah sangat
dekat dengan telinga kita. Hal ini disebabkan karena sejak duduk dibangku
sekolah dasar kita sudah diperkenalkan dengan sejarah. Umumnya sejarah dikenal
sebagai informasi mengenai kejadian yang sudah lampau. Begitu juga dalam hal
ilmu. Ilmu memiliki sejarah perkembangan yang sangat panjang. Perkembangan ilmu
pengetahuan hingga seperti sekarang ini tidaklah berlangsung secara
mendadak, melainkan melalui proses bertahap, dan evolutif.
Ilmu merupakan salah
satu dari buah
pemikiran manusia dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan pada
dirinya dan salah satu sumber
kebenaran pada manusia.
Ilmu dipercaya telah membangun budaya
manusia, sejarah manusia
dan membentuk peradaban
manusia seutuhnya. Bangunan keilmuan
merupakan kumpulan pengetahuan
yang mempunyai
keanekaragaman tertentu.[1]
PEMBAHASAN
Sejarah adalah
pengalaman hidup manusia pada masa lalu dan akan berlangsung terus sepanjang
hidup manusia. Mempelajari sejarah bertujuan agar pengalaman manusia pada masa
lampau dapat menjadi pelajaran, pengingat, inspirasi, sekaligus motivasi dalam
menjalani kehidupan di masa sekarang dan mendatang. Dengan belajar sejarah kita
akan menghindarkan diri dari mengulang kesalahan masa lalu. [2]
Sejarah secara
pasti dikatakan sebagai masa lampau yang memiliki rentang waktu jauh
kebelakang. Untuk memudahkan pembahasan mengenai peristiwa sejarah yang terikat
dengan dimensi waktu maka diperlukan pemenggalan waktu tersebut menjadi
beberapa kurun waktu yang di sebut peridiosasi yang berdasarkan perkembangan
kebudayaan manusia bukan semata-mata berdasarkan hitungan matematis tahun. Dalam setiap
periode sejarah pekembangan ilmu pengetahuan menampilkan ciri khas atau
karakteristik tertentu. Tetapi dalam pembagian periode ada perbedaan dalam
jumlahnya. Antara lain dalam buku Pengantar Filsafat Ilmu karangan
The Liang Gie (1996), buku Sejarah Filsafat Ilmu & Teknologi karangan
Burhanuddin Salam (2004), buku Filsafat Ilmu dan Perkembangannya karangan
M. Thoyibi (1997), serta buku Filsafat Ilmu yang disusun oleh
Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM (2001) terdapat perbedaan pembahasan tentang
periode.
Secara konvensional, sejarah peradapan Eropa dibagi dalam periode
klasik, tengah dan modern. Zaman klasik dari Yunani kuno hingga abad ke-5 M,
zaman tengah dari abad ke-6 M hingga abad ke-15 M dan zaman modern dari abad
ke-15 M hingga abad ke-19 M. Era abad pertengahan (476-1492 M) dapat dikatakan sebagai abad gelap, pendapat ini didasarkan pada
pendekatan sejarah gereja. Pada saat itu tindakan gereja sangat membelenggu kehidupan
manusia, sehingga manusia tidak memiliki kebebasan untuk mengembangkan potensi
yang terdapat dalam dirinya. Pada saat itu juga, para filosof tidak memiliki
kebebasan untuk berfikir. Apabila terdapat pemikiran yang bertentangan dengan
ajaran gereja orang yang mengemukakan akan mendapatkan hukuman berat.[3]
Sedangkan dalam memahami sejarah perkembangan
ilmu mau tidak
mau harus melakukan
pembagian atau klasifikasi secara periodik, karena setiap
periode menampilkan ciri khas tertentu dalam perkembangan ilmu pengetahuan.
Perkembangan pemikiran secara
teoritis senantiasa mengacu
kepada peradaban Yunani.
Oleh karena itu
periodisasi perkembangan ilmu
disini dimulai dari peradaban Yunani dan diakhiri pada zaman kontemporer. Periodisasi perkembangan ilmu
itu bisa dibagi kedalam enam
zaman yakni zaman
Pra Yunani Kuno,
Yunani dan Romawi Kuno,
Abad Pertengahan (keemasan Islam), Renaissance, Modern,
dan Kontemporer.[4]
Namun dalam makalah
ini kami hanya membahas sejarah ilmu mulai dari zaman Yunani Kuno sampai zaman
kontemporer sesuai dengan pembagian tugas kami sebagai berikut :
A. Sejarah Ilmu Zaman Yunani Kuno (Abad 6 SM - 6 M)
Sejarah
perkembangan ilmu Yunani kuno, yang dikenal dalam sejarah sebagai awal kebangkitan
filsafat (the greek miracle) pada
abad ke 6 SM, dikarenakan mampu menjawab persoalan disekitarnya dengan rasio
dan meninggalkan kepercayaan terhadap mitologi atau takhayul yang irasional.
Pada waktu Athena dipimpin Perikles, kegiatan politik dan filsafat dapat
berkembang dengan baik. Kemudian pada zaman Hellenisme (323-146 SM) ketika
budaya dan kekuasaan Yunani menyebar sampai ke Timur Dekat dan Timur Tengah yang
disebut sebagai zaman keemasan kebudayaan Yunani dengan tokoh yang berjasa
Iskandar Agung (356 - 323 SM) dari Macedonia sekaligus murid Aristoteles.[5]
Filsafat muncul
ketika orang-orang mulai berpikir dan berdiskusi akan keadaan alam, dunia, dan
lingkungan di sekitar mereka dan tidak menggantungkan diri kepada agama lagi
untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini. Banyak yang bertanya-tanya
mengapa filsafat muncul di Yunani dan tidak di daerah yang beradab lain kala itu
seperti Babilonia, Yudea (Israel) atau Mesir. Jawabannya ialah di Yunani, tidak
seperti di daerah lain-lainnya tidak ada kasta pendeta sehingga secara
intelektual orang lebih bebas. Orang Yunani pertama yang diberi gelar filosof
ialah Thales dari Mileta. Tetapi filosof
- filosof Yunani yang terbesar tentu saja ialah Socrates, Plato, dan
Aristoteles. Socrates adalah guru Plato sedangkan Aristoteles adalah murid
Plato. Bahkan ada yang berpendapat bahwa sejarah filsafat tidak lain hanyalah “komentar-komentar karya Plato belaka”.
Hal ini menunjukkan pengaruh Plato yang sangat besar pada sejarah filsafat.[6]
Thales, Plato dan
Aristoteles ialah tokoh Yunani yang memiliki pandangan ilmu yang bersifat ontologis
(hakekat ilmu) dalam meletakkan dasar ilmu pengetahuan. Pada zaman Yunani kuno
ilmu dipandang sebagai bagian dari filsafat dan pada saat yang lain terpisah
dari filsafat. Pada masa ini orang tidak memisahkan ilmu dan filsafat sebagai
hal yang berbeda karena keduanya berusaha meneliti dan mencari unsur-unsur
dasariah alam semesta, usaha ini sekarang disebut usaha keilmuan (usaha
ilmiah).
Cabang ilmu yang
berkembang pada masa Yunani kuno ialah filsafat, ilmu politik, matematika, kedokteran dan logika. Adapun
tokoh dan kontribusi keilmuan masa ini antara lain :
1. Thales (640-546 SM), menyatakan semua kehidupan
berasal dari air sebagai materi dasar kosmis, bulan bersinar karena memantulkan
cahaya matahari, menghitung terjadinya gerhana matahari dan membuktikan
dalil-dalil geometri.[7]
2. Phytagoras (572-497 SM), merupakan pendiri filsafat Pythagoreanisme yang mengajarkan
metafisika bahwa bilangan merupakan intisari dari semua benda, dalilnya
berbunyi “Bilangan memerintah jagat raya ini” dan kearifan sesungguhnya hanya
dimiliki oleh Tuhan. Phytagoras percaya bahwa planet-planet mengelilingi
matahari dan gerakan planet itu melahirkan suara musikal. Pythagoras
juga ahli matematika yang melahirkan dalil untuk segitiga siku-siku.
3. Democritus (460-370 SM), terkenal
sebagai ahli atom.
4. Plato (428-348 SM), mengembangkan dunia ide yang
sempurna dan abadi.
5. Aristoteles (382-322 SM), tokoh pelopor logika deduktif.
6. Archimedes (287-212 SM),
menciptakan teori gravitasi dan benda mengapung.
8. Galenus/Galen (129-200 M), mengenalkan ilmu anatomi, dan mengemukakan empat cairan tubuh yaitu darah,
empedu kuning (yellow bile), empedu hitam (black bile) dan mukus.
Pada abad ke-0 M, perkembangan ilmu di Yunani kuno
mulai mendapat hambatan, hal ini disebabkan dengan kelahiran Kristen. Setelah
Alexandria dikuasai oleh Roma
yang tertarik dengan hal-hal abstak, pada abad ke-4 dan ke-5 M ilmu pengetahuan
benar-benar beku. Hal ini disebabkan oleh tiga faktor penting yaitu ;
1. penguasa Roma yang
menekan kebebasan berpikir
2. Ajaran Kristen yang
tidak boleh disangkal.
3. Kerjasama gereja dan
pengusa sebagai otoritas kebenaran.
Walaupun begitu pada
abad ke-2 M sempat ada Galen (bidang kedokteran) dan tokoh aljabar, Pappus dan
Diopanthus yang berperan dalam perkembangan ilmu pengetahuan.
B. Sejarah Ilmu Zaman Kekaisaran Romawi (27 SM – 476 M)
Masa Romawi yang merupakan masa terakhir dari pertumbahan ilmu pada Zaman
Kuno dan merupakan masa yang paling sedikit memberikan sumbangsih pada seajarah
ilmu dalam Zaman Kuno. Namun bangsa Romawi memiliki kemahiran dalam kemampuan
keinsinyuran dan keterampilan ketatalaksanaan serta mengatur hukum dan
pemerintahan. Bangsa ini tidak menekankan soal-soal praktis dan mengabaikan
teori ilmiah, sehingga pada masa ini tidak muncul ilmuwan yang terkemuka. Dalam
lapangan ilmu pengetahuan, bangsa Romawi bukanlah pencipta teori-teori, tetapi
pelaksana teori yang telah ada sejak zaman Yunani. Dengan ini mata rantai yang
seakan-akan putus dalam perkembangan ilmu pengetahuan menjadi tumbuh kembali.
Bila sarjana Yunani adalah ahli teori, maka sarjana Romawi adalah ahli praktek.
Sebagian ilmu diteruskan oleh orang Yunani dan sebagian lagi oleh orang
Romawi.Tokoh terkenal pada waktu itu: Ptolemaeus (astronomi), Sosigenes
(astronomi), Galen, Celsus (medik), Vitruvius (arsitek), Diophantus, Pappus,
Hypatia (matematika).[8]
Beberapa bidang kemajuan ilmu di Romawi antara lain:
1.
Bidang Astronomi
Pada waktu
itu, Claudius Ptolemaeus mengemukakan paham geosentris (benda langit
beredar mengelilingi bumi), Asumsi ini cocok dengan anggapan bahwa manusia adalah
pusat alam dan dianut oleh katedral (gereja). Asumsi ini bertahan sampai Zaman
Kebangkitan.
2.
Kalender
Penanggalan
Romawi mula-mula hanya 10 bulan, dari Martius sampai December. Oleh kaisar
Romawi ke-2, ditambah 2 bulan pada musim dingin sehingga menjadi 12 bulan
yaitu:
1)
Martius
2)
Aprilis
3)
Maius
4)
Junius
5)
Quintilis (Julius)
6)
Sextilis (Augustus)
7)
September
8)
October
9)
November
10)
December
11)
Januarius
12)
Februarius
Karena ada
upacara pada bulan Januarius, maka awal tahun digeser ke Januarius. Pada tahun
ke-45 sebelum Masehi, penanggalan Romawai cukup kacau. Julius Caesar minta
Sosigenes membenahi kalender. Dasar pembenahan adalah 365 ¼ hari setahun
sehingga setahun 365 hari dan interkalasi 4 tahun sekali dengan 366 hari.
Dimulai tahun 44 sebelum Masehi sehingga tahun 45 SM menjadi 400 hari lebih.[9]
3.
Pengobatan
Bangsa
Romawi pertama kali mempelajari ilmu pengobatan dari bangsa Yunani. Faktanya,
sebagian besar dokter Romawi berasal dari Yunani, atau merupakan keturunan
Yunani. Seperti bangsa Yunani, bangsa Romawi percaya pada empat cairan (empedu
hitam, empedu kuning, lendir, dan darah) dan metode pengobatan dengan cara
pengeluaran darah.
4.
Angka Romawi
Angka
Romawi atau Bilangan Romawi adalah sistem penomoran yang berasal dari Romawi
kuno. Sistem penomoran ini memakai huruf Latin untuk melambangkan angka numerik. Angka Romawi sangat umum
digunakan sekarang ini, antara lain digunakan di jam, bab buku, penomoran
sekuel film, penomoran seri event olahraga seperti Olimpiade.[10]
C. Sejarah Ilmu Zaman Keemasan Islam (Abad 6 M - 14 M)
Ketika bangsa
Eropa mengalami masa kegelapan, kebangkitan justru menjadi milik Islam. Hal ini
dimulai dari masa Nabi Muhammad SAW pada abad ke-6 M, perluasan wilayah,
pembinaan hukum serta penerjemahan filsafat Yunani, dan kemajuan ilmu pengetahuan Islam pada abad ke-7 M
sampai abad ke-12 M. Pada masa ini Islam mandapatkan masa keemasannya (Golden
Age). Zaman abad pertengahan ditandai dengan tampilnya para theolog
Islam di lapangan ilmu pengetahuan. Para
ilmuwan pada masa
ini hampir semua
adalah para theolog, sehingga aktivitas ilmiah terkait
dengan aktivitas keagamaan. Semboyan
yang berlaku bagi ilmu pada masa
ini adalah Ancilla Theologia atau
abdi agama. Namun demikian harus diakui bahwa banyak juga temuan dalam bidang
ilmu yang terjadi pada masa ini.
Perkembangan Ilmu di zaman ini tak dapat dilepaskan dari pemaduan antara
filsafat Yunani dan syariat agama, diawali dengan gerakan intelektual
penerjemahan karya berbahasa persia, sansekerta, yunani ke bahasa arab. Era
penerjemahan berawal sejak di dirikannya lembaga Al-Hikam (830M) oleh Al-Ma’mun
yang mencakup perpustakaan, akademi dan penterjemahan. Ilmu pengetahuan
berkembang pesat dimasa kekhalifahan Bani Umayyah periode pertama (661-749 M),
kedua (750-1027 M) serta Bani Abbasiyah periode pertama (749-1200 M), kedua
(861-1258 M). Dimasa Abbasiyah kajian ilmu pengetahuan meliputi kedokteran,
filsafat, astronomi, matematika, kimia, geografi, historiografi, teologi,
sastra, seni, hukum dan etika Islam.[11]
Pada masa ini kebanyakan tokoh ilmuan Islam seperti Al-Ghazali,
memiliki pandangan ilmu yang bersifat Epistemologis (cara memperoleh pengetahuan itu)
dalam meletakkan dasar ilmu pengetahuan. Beberapa
ilmuan Muslim zaman pertengahan antar lain :
1.
Ibn Khaldun (1332-1406 M), yang bernama lengkap Abdurrahman Abu Zaid
Waliuddin Ibn Khaldun ia telah memulai
menggunakan tradisi berfikir ilmiah dengan melakukan kritik atas cara berfikir
“model lama” dan karya-karya ilmuwan sebelumnya. Ibnu Khaldun telah meletakkan dasar teoritik dan metodologi bagi studi
sosiologi. Konsep Ibn Khaldun tentang ashobiyah merupakan
konsep sosiologis, kendati memiliki makna yang luas, tetapi ashobiyah yang diartikan sebagai solidaritas dan
kesetiakawanan. Ibn Khaldun juga menjelaskan posisi dan eksistensi manusia yang
merupakan makhluk sosial (al-insanu
madaniyyun bit-thab’i). Konsep sosial lainnya dari Ibn Khaldun menyangkut tindakan, perilaku sosial yang
merupakan fenomena sosial yang telah ada sejak manusia diciptakan Tuhan.[12]
2. Al-Kindi (801 M – 873 M), bisa dikatakan merupakan filsuf pertama yang
lahir dari kalangan Islam. Al Kindi menuliskan banyak karya dalam berbagai
bidang, Filosofi, Matematika, Logika, Musik, Ilmu Kedokteran, ensiklopedi, ahli
matematika, fisika, musik, kedokteran, farmasi, geografi, ahli filsafat Arab
dan Yunani kuno.[13]
3. Al-Ghazali (1058 M – 1111 M) adalah seorang filosof dan teolog muslim
Persia yang ahli dalam ilmu kalam, tasawuf. Beliau dikenal sebagai Algazel di
dunia Barat. Karyanya antara lain kitab Ihya Ulumuddin (Kebangkitan
Ilmu-Ilmu Agama), Kimiya as-Sa’adah (Kimia Kebahagiaan).
4. Ibnu Sina (980 M–1037 M). Ia dikenal sebagai Avicenna di Dunia Barat. Ia adalah seorang ahli kedokteran, pengobatan
(medicine), fisika, geologi, mineralogi, matematika, astronomi, filsafat,
ilmuwan ensiklopedi, psikologi, penulis kaidah kedokteran, menulis buku tentang
fungsi organ tubuh, meneliti penyakit TBC, diabetes dan penyakit yang
ditimbulkan oleh efek fikiran. Karyanya adalah The Book of Healing dan The Canon of
Medicine.[14]
5. Ibnu Rusyd (1126 M–1198 M) yang dalam bahasa Latin disebut dengan Averroes, dan ia adalah seorang filsuf dari Spanyol (Andalusia). Karya-karya Ibnu Rusyd meliputi bidang filsafat,
kedokteran dan fikih dalam bentuk karangan, ulasan, essai dan resume. Karya
lain berupa Bidayat Al-Mujtahid (kitab ilmu fiqih), Kulliyaat
fi At-Tib (buku kedokteran).
Selain dari daftar nama ilmuwan di atas, masih
banyak lagi ilmuwan muslim yang lain. Dalam bidang fiqih ada Imam Hanafi (699M
– 767 M), Imam Malik (712 M -798 M), Imam Syafi’i (767 M – 820 M) dan Imam
Hanbali (780 M – 855 M). Sementara dalam bidang sosial, terdapat nama Yaqut bin
Abdullah al Hamawi (1179 M–1229 M) yang mengarang kitab Mu’jam
al-Buldan (Kamus Negara). Sebagian bangsa di Asia juga mulai memperlihatkan
perkembangan ilmu mereka. Di Cina ada Shen Kuo (1031
M – 1095 M), seorang ilmuwan dan negarawan yang pertama kali
menggambarkan magnet jarum kompas yang
digunakan untuk navigasi, menemukan konsep utara sejati, menyusun
teori pembentukan tanah, atau geomorfologi.
D. Sejarah Ilmu Zaman Renaisance (Abad 14 M - 17 M)
Zaman Renaissance ditandai sebagai
era kebangkitan kembali pemikiran yang bebas
dari dogma-dogma agama. Renaissance ialah zaman peralihan yang ditandai dengan
melemahnya kekuatan Islam dan terjadi perpindahan kiblat keilmuan dari dunia
Islam ke Eropa. Manusia pada zaman ini adalah manusia yang merindukan pemikiran
yang bebas. Manusia ingin mencapai kemajuan atas hasil usaha sendiri, tidak
didasarkan atas campur tangan Ilahi. Pada zaman ini manusia disebut sebagai animal rationale karena pemikiran
manusia pada masa
ini sudah bebas
dan berkembang. Penemuan-penemuan
ilmu pengetahuan modern sudah mulai dirintis pada zaman Renaissance. Ilmu
pengetahuan yang berkembang maju pada masa ini adalah bidang astronomi.
Tokoh-tokoh yang terkenal
masa ini antara lain:
1.
Roger Bacon (1214-1294) Menurut beliau bahwa pengalaman (empirik)
menjadi landasan utama diawal dan ujian akhir bagi semua ilmu
pengetahuan
2.
Johanes Kepler (1571–1630) Penelitiannya menemukan tiga hukum tentang gerak benda angkasa
3.
Copernicus (1473-1543) Menurut beliau bahwa
bumi dan planet
semuanya mengelilingi matahari
sehingga matahari menjadi pusat (heliosentrisisme).[15]
4.
Galileo Galilei (1564–1642) Ia berpendapat bahwa planet-planet tidak
memancarkan cahaya sendiri,
melainkan memantulkan cahaya dari matahari, dan bumi mengelilingi
matahari.
E. Sejarah Ilmu Zaman Modern (Abad 17 M - 20 M)
Zaman modern ditandai
dengan berbagai penemuan
dalam bidang ilmiah. Sejarah perkembangan ilmu zaman
modern yang dikenal juga sebagai masa rasionalisme dan tumbuh di zaman modern
dengan tokoh utama Rene Descartes (1596 – 1650), dikenal sebagai bapak filsafat
modern dengan memperkenalkan metode berfikir deduktif logis yang umumnya
diterapkan untuk ilmu alam, penemuannya dalam ilmu pasti adalah sistem
koordinat yang terdiri dari dua garis lurus X dan Y dalam bidang datar.[16] Rasionalisme
Rene Descartes “Cogito ergo sum” (saya
berfikir maka saya ada) yang menjadi pemicu lahirnya revolusi sains di eropa.
Abad modern (zaman modern) hakekatnya adalah teknikalisme dengan tuntutan
efisiensi kerja yang tinggi yang diterapkan pada semua bidang kehidupan teknikalisme itu yang melatarbelakangi
timbulnya revolusi industri (1750-1850) di eropa khususnya di Inggris yang
melahirkan kapitalisme dalam sistem perekonomian sedangkan implikasi
kemanusiannya menyebabkan revolusi prancis (1789-1799).[17] Adapun
tokoh Ilmuan pada masa ini antara lain:
a.
Isaac Newton(1643-1727) Dalam penelitianya Newton menemukan teori gravitasi, perhitungan
calculus, dan optika.
b.
Charles Darwin (1809 - 1882), dengan teorinya struggle for life
(perjuangan untuk hidup) dan teori evolusi.
c.
Joseph John Thompson (1856 – 1940), dengan temuannya elektron.
Pada masa sesudah Newton, perkembangan ilmu selanjutnya adalah berupa
ilmu kimia. Jika pada masa Newton ilmu yang berkembang adalah matematika,
fisika, dan astronomi. Pada periode selanjutnya ilmu kimia menjadi kajian yang
amat menarik. Ilmu kimia tidak dimulai dengan logika, aksioma, ataupun deduksi.
Semua permulaan ilmu kimia praktis berdasarkan percobaan yang hasilnya kemudian
ditafsirkan. Perkembagan
ilmu pada abad ke-18 telah melahirkan ilmu taksonomi, ekonomi, kalkulus dan
statiska. Di abad ke 19 lahir semisal pharmakologi, geofisika, geomorphologi,
palaentologi, arkeologi, dan sosiologi.
F. Sejarah Ilmu Zaman Kontemporer (Abad 20 M – Sekarang)
Sejarah perkembangan ilmu zaman kontemporer, yang
muncul pada abad ke 20 hingga sekarang, bidang fisika menempati kedudukan paling
tinggi dan banyak
dibicarakan oleh para
filsuf. Ilmu fisika dipandang sebagai
dasar ilmu pengetahuan
yang subjek materinya
mengandung unsur-unsur
fundamental yang membentuk alam semesta. Fisikawan yang paling terkenal pada abad
ke-20 adalah Albert Einstein. Ia lahir pada tanggal 14 Maret 1879 dan meninggal
pada tanggal 18 April 1955 (umur 76 tahun). Alberth Einstein adalah seorang
ilmuwan fisika. Dia mengemukakan teori relativitas dan juga banyak menyumbang
bagi pengembangan mekanika kuantum, mekanika statistik, dan kosmologi.
Di abad ke 20 ilmu dipandang sebagai hasil
karya penelitian murni. Hampir semua penelitian dilakukan oleh para ahli yang
dilatih dengan sangat ketat, bekerja secara total dalam lembaga-lembaga khusus.
Komunitas para ilmuan yang diorganisir berdasarkan disiplin atau kebangsaan
menikmati otonomi yang tinggi dalam memutuskan tujuan, standar penelitian serta
pemeberian imbalan pada anggotanya.[18]
Dalam bidang filsafat di abad ke 20 sulit sekali menentukan corak khas
pemikiran filsafat, namun kebanyakan ahli filsafat menganggap corak khas pemikiran
filsafat yang lebih dominan diabad ke 20 (kontemporer) adalah Logosentris, artinya kebanyakan filosof
pada masa ini melihat arti, prinsip dan aturan bahasa sebagai obyek terpenting
pemikiran mereka. Dalam corak pemikiran Logosentris ini membicarakan
tentang MAB (metode analisis bahasa).[19]
Pada era kontemporer pengklasifikasian
keilmuan memang sangat banyak terbentuk, hal ini bertujuan untuk lebih
mempermudah dalam medalami segala sesuatu hingga mencapai hakikat dari unsur
terkecilnya. Meskipun demikian, diantara cabang-cabang keilmuan itu masih
saling berhubungan dan membutuhkan satu sama lain, begitu juga para ilmuan dimasa
ini saling membutuhkan dan bekerjasama satu sama lain baik didalam keilmuan
yang sama maupun bidang keilmuan yang berbeda demi mengembangkan keilmuan dan
penelitian mereka. Sebagai contoh hubungan keilmuan yang menghasilkan penemuan
baru, akan dikemukakan beberapa contoh sebagai berikut:
1.
Rekayasa genetika (kloning)
Salah
satu bentuk perkembangan ilmu zaman kontemporer yang sangat masyhur adalah di
bidang rekayasa genetika berupa teknologi cloning.
Kloning adalah teknik penggandaan gen yang menghasilkan keturunan yang sama
sifatnya baik dari segi hereditas maupun penampakannya atau suatu usaha untuk
menciptakan duplikat / foto copy suatu organisme melalui proses aseksual.
Proses kloning pada hewan pertama kali terjadi pada domba betina yang diberi
nama Dolly yang hidup selama 6 tahun (5 Juli 1996 – 14 Februari 2003) dan
merupakan hasil eksperimen Dr. Keith Campbell dan Dr. Ian Wilmut di Institut
Roslin Skotlandia.[20]
2.
Komputer dan komunikasi
Pada
tahun 1937, seorang insinyur Amerika yang bernama Howard Aiken merancang IBM
Mark 7 yang merupakan nenek moyangnya computer mainframe saat ini. Komputer
tersebut menggunakn tabung valum dan elektro mekanikal dan bukan tombol-tombol
elektronis. Komputer telah mengubah wajah peradaban Barat modern secara dratis
sejak tahun 1980-an. Handphone
maupun peralatan telekomunikasi wireless lainnya merupakan hasil
eksperimen James Cleark Maxwell (1831-1879) dan Henrich Rudolf Hertz
(1857-1894), Maxwell seorang fisikawan Skotlandia berhasil merumuskan persamaan
matematis gelombang elektromagnetik yang dikenal dengan persamaan Maxwell
berbunyi bahwa kecepatan cahaya (3 x 108 m/det) dapat merambat diruang hampa
udara. Sedangkan Hertez seorang fisikawan Jerman melengkapi perhitungan Maxwell
dan mengungkapkan eksperimennya bahwa medan listrik dapat ditransmisikan
melalui gelombang elektromagnet (gelombang radio) dengan kecepatan transmisi
sama dengan kecepatan cahaya. Sehingga namanya diabadikan sebagai satuan frekuensi/getaran
perdetik gelombang (Hertz=Hz) antara 300-3000 Hz yang disebut UHF (ultra
high frekuensi), dengan adanya frekuensi tersebut maka terciptalah HP (handphone).
3.
Nuklir (Difusi Kimia dan fisika)
Awal penemuan nuklir oleh manusia adalah
ketika Wilhem K. Roentgen (1845-1923), fisikawan berkebangsaan Jerman, pada
tahun 1895 menemukan jenis sinar yang diberi nama sinar X (Roentgen). Kemudian
ditemukanlah gejala radioaktivitas oleh ahli fisika Perancis, Antonie Henri
Becquerel dimana selanjutnya bahan yang memiliki sifat yang sama lebih dikenal
dengan istilah bahan radioaktif. Pada tahun 1898, pasangan suami-istri
berkebangsaan Perancis, Pierre Curie (1859-1905) dan Marie Curie (1867-1905)
memulai proyek yang berujung pada penemuan unsur baru yaitu Polonium (Po) dan
Radium (Ra). yang dapat memiliki sifat yang sama dengan unsur Uranium (U). Pada tahun
1902, seorang ahli fisika berkebangsaan Inggris, Ernest Rutherford (1871-1937)
dan ahli kimia Frederick Soddy (1877-1956) menerangkan peluruhan radioaktif
yang mengubah unsur seperti radium menjadi unsur lain sambil menghasilkan
energi. Kemudian tahun 1905 Albert Einstein, menunjukkan kesetaraan massa
dan energi dalam persamaan, sebagai bagian dari Teori Kenisbian (Relativity)
Khusus. Persamaan ini bahkan meramalkan bahwa energi yang amat besar terkunci
di dalam materi dan dapat dilepaskan. Pada tahun 1910, Soddy mengusulkan adanya
isotop. Pada tahun 1911, Rutherford, dengan menggunakan partikel alfa,
menyelidiki bagian dalam atom dan menemukan intinya yang berat. Pada tahun
1913, Francis William Aston (1877-1945), ahli kimia berkebangsaan Inggris,
secara meyakinkan menunjukkan adanya isotop. Ahli fisika Denmark, Niels Henrik
David Bohr (1885-1962) mengajukan teorinya berdasarkan apa yang telah ditemukan
oleh Rutherford dan teori kuantum ahli fisika Jerman, Max Planck (1858-1947).
Pada tahun 1919, Rutherford menunjukkan perubahan nitrogen menjadi oksigen dan
hidrogen setelah dibentur oleh partikel alfa. Ini adalah reaksi nuklir pertama
yang diamati oleh manusia.
Selain diatas,
ditemukan juga beberapa penemuan yang merubah warna dunia, yaitu, listrik ditemukan
oleh Michael Faraday (22 September 1791-25 Agustus 1867), pesawat terbang
ditemukan oleh Orville (19 Agustus 1871 - 30 Januari 1948) dan Wilbur (16 April
1867 - 30 May 1912), Irving Langmuir (1881-1957)
membuat hujan buatan dengan menabur perak iodida dan karbondioksida pada awan
hujan, Nikola Tesla (1856-1943) seorang ahli fisika, insinyur listrik, serta
penemu motor, kumparan tesla, dan AC,
Dalam perkembangan
ilmu dewasa ini terjadi klasifikasi keilmuan yang sangat signifikan disesuaikan
dengan materi dasar keilmuannya antara lain:
1.
Logika, Matematika.
2.
Fisika (Fisika komputasi, Fisika atom, Fisika
nuklir, Fisika partikel, Fisika plasma).
3. Kimia (Biokimia, Kristalografi, Kimia
lingkungan, Kimia pangan, Geokimia, Kimia hijau, Kimia anorganik, Kimia nuklir,
Kimia organik).
4.
Astronomi (Astrofisika, Kosmologi, Astronomi
galaksi, Geologi planet, Astronomi bintang).
5. Ilmu bumi (Meteorologi, Klimatologi, Ekologi,
Geodesi, Geologi, Geofisika, Hidrologi, Oseanografi, Paleoklimatologi).
6. Biologi (Anatomi, Biofisika, Biogeografi,
Biokimia, Biologi kelautan, Biologi konservasi, Biologi molekular, Biologi
perkembangan, Biologi sel, Bioteknologi, Botani, Genetika, Imunologi,
Mikrobiologi, Parasitologi).
7.
Ilmu Sosial (Antropologi, Arkeologi,
Kriminologi, Demografi, Ekonomi, Pendidikan, Geografi, Hubungan internasional,
Hukum, Ilmu politik, Psikologi, Sosiologi)
8.
Ilmu kesehatan (Farmasi, Kedokteran, Kedokteran
hewan, Keperawatan).
9. Teknik dan rekayasa (Biomedis, Dirgantara,
Ilmu komputer, Industri, Listrik, Mesin Militer, Perangkat lunak, Pertambangan,
Pertanian, Robotika, Kecerdasan buatan, Sibernetika).[21]
Begitu juga dalam
ilmu agama Islam terdapat klasifikasi keilmuan yang kita kenal sampai sekarang
ini antara lain : Ilmu Nahwu, Shorof, Mantiq, Balagha, Badi’, Ma’ani, Bayan,
Fiqih, Usul Fiqih, Tauhid, Tasawuf, Ilmu Kalam, Tarikh, Musthola Hadist, Ilmu
Hadist, Falaq, Tafsir, Tajwid, Falsafah, Mantiq, Akhlaq, Khat dan sebagainya.
Adapun tokoh intektual muslim kontemporer antara lain : Fazlur Rahman
(1919-1988 M), Harun yahya Oktar (1965 – sekarang) ahli dalam bidang sains dan
filsafat, Sayyid Husein Nasr (lahir 1933) ahli dalam bidang ilmu fisika,
sejarah sains dan filsafat Islam, Syed Muhammad Naquib al Attas (lahir 1931)
ahli dalam bidang teologi (kalam), filsafat, metafisika sejarah dan
literatur, dan secara ekstensif mengulas filsafat dan tasawuf.[22]
KESIMPULAN
Sejarah perkembangan ilmu Yunani
kuno dikenal sebagai awal kebangkitan
filsafat (the greek miracle) pada
abad ke 6 SM, dikarenakan mampu menjawab persoalan disekitarnya dengan rasio. Thales,
Plato dan Aristoteles ialah tokoh Yunani yang memiliki pandangan ilmu yang
bersifat ontologis (hakekat ilmu). Cabang ilmu yang berkembang pada masa Yunani
kuno ialah filsafat, ilmu politik,
matematika, kedokteran dan logika. Masa
Romawi merupakan masa terakhir dari pertumbahan ilmu pada Zaman Kuno. Bangsa
Romawi bukanlah pencipta teori-teori, tetapi pelaksana teori yang telah ada
sejak zaman Yunani.
Zaman
abad keemasan Islam ditandai dengan
tampilnya para theolog Islam di lapangan ilmu
pengetahuan. Perkembangan Ilmu di zaman ini tak dapat dilepaskan dari
pemaduan antara filsafat Yunani dan syariat agama, diawali dengan gerakan
penerjemahan karya berbahasa persia, sansekerta, yunani ke bahasa arab. Pada
masa ini kebanyakan tokoh ilmuan memiliki pandangan ilmu yang bersifat
Epistemologis. Kajian ilmu pengetahuan
meliputi kedokteran, filsafat, astronomi, matematika, kimia, geografi,
historiografi, teologi, sastra, seni, hukum dan etika Islam.
Zaman Renaissance ditandai sebagai
era kebangkitan kembali pemikiran yang bebas
dari dogma-dogma agama. Pada zaman ini manusia
disebut sebagai animal rationale.
Ilmu pengetahuan yang berkembang maju pada masa ini adalah bidang astronomi. Abad
modern (zaman modern) hakekatnya adalah teknikalisme, yang melatarbelakangi
timbulnya revolusi industri (1750-1850) di inggris dan revolusi prancis
(1789-1799).
Zaman kontemporer, muncul pada abad ke 20 hingga sekarang, bidang
fisika menempati kedudukan paling tinggi. Di abad ke 20 ilmu dipandang sebagai
hasil karya penelitian murni. Hampir semua penelitian dilakukan oleh para ahli
yang dilatih dengan sangat ketat, bekerja secara total dalam lembaga-lembaga
khusus. Perkembangan ilmu di era ini sangat cepat dan terjadi klasifikasi
keilmuan yang sangat banyak.
DAFTAR PUSTAKA
Asmoro Achmadi, Filsafat Umum,
PT. Raja Grafindo Persada , Semarang, 1994.
Hasan Basri Jumin, Sains
dan Teknologi dalam Islam; Tinjauan Genetis dan Ekologis, PT. Rajagrafindo
Persada, 2012.
Iqbal M. Ambara, Teguh Sutanto, Tokoh-Tokoh Super Inspiratif Pewaris Nabi, Sabil, Jogjakarta, 2012.
Jalaluddin, Filsafat
Ilmu Pengetahuan: Filsafat, Ilmu Pengetahuan, dan Peradaban, PT. Raja Grafindo,
Jakarta, 2014.
Jerome R. Ravertz, Filsafat
Ilmu Sejarah dan Ruang Lingkup Bahasan, Pustaka Pelajar, Jogjakarta, 2009.
M. Dien Madjid, Johan Wahyudhi, Ilmu Sejarah: Sebuah Pengantar, Prenada Media Group, Jakarta, 2014.
Maria Ulfah,
“Mekanisme Perolehan Ilmu Dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Islam”, Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA, VOL. XII NO. 2,
Februari 2012.
Mukhtar Latif, Orientasi
ke Arah Pemahaman Filsafat Ilmu, Prenadamedia Group, Jakarta, 2014.
Rizal Mustansyir, Filsafat Analitik,
Pustaka pelajar, Yogyakarta, 2001.
Sobirin Malian, “Perkembangan Filsafat Ilmu serta
Kaitannya dengan Teori Hukum”, Jurnal UNISIA, Vol.
XXXIII No. 73 Juli 2010,
Surajio, Sejarah,
Klasifikasi dan Strategi Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Paper Dosen
Universitas Indraprasta PGRI Jakarta.
Syarifuddin Jurdi, “Ilmu Pengetahuan dan Perkembangan
Peradaban: Studi Pemikiran Ibn Khaldun”, Jurnal
Sosiologi Reflektif, Volume 7, No. 2, April 2013.
The Liang Gie, Pengantar
Filsafat Umum, Liberty, Yogyakarta, 2010.
Tim Kajian Keislaman Nurul Ilmu, Buku Induk Terlengkap Agama Islam, Citra Risalah, Yogyakarta, 2012.
Wahyu Murtiningsih, Para
Pendekar Matematika dari Yunani Hingga Persia, Diva Press, Jogjakarta,
2011.
[1]
Maria Ulfah, “Mekanisme Perolehan
Ilmu Dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Islam”, Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA, VOL. XII NO. 2, Februari 2012, hlm. 289-307.
[2]
M. Dien Madjid, Johan Wahyudhi, Ilmu Sejarah: Sebuah Pengantar, Prenada
Media Group, Jakarta, 2014, hlm. 1.
[3]
Asmoro Achmadi, Filsafat Umum, PT.
Raja Grafindo Persada , Semarang,
1994, hlm.65.
[4]
Surajio, Sejarah, Klasifikasi dan Strategi Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Paper
Dosen Universitas Indraprasta PGRI Jakarta.
[5]
Mukhtar Latif, Orientasi ke Arah Pemahaman Filsafat Ilmu, Prenadamedia Group,
Jakarta, 2014, hlm. 72.
[6]
Sobirin Malian (Fakultas Hukum UCY),
Perkembangan Filsafat Ilmu serta
Kaitannya dengan Teori Hukum, Jurnal UNISIA,
Vol. XXXIII No. 73 Juli 2010,
[7]
The Liang Gie, Pengantar Filsafat Umum, Liberty, Yogyakarta, 2010, hlm. 3.
[11]
Jalaluddin, Filsafat Ilmu Pengetahuan: Filsafat, Ilmu Pengetahuan, dan Peradaban, PT.
Raja Grafindo, Jakarta, 2014, hlm. 57-57.
[12]
Syarifuddin Jurdi, “Ilmu Pengetahuan
dan Perkembangan Peradaban: Studi Pemikiran Ibn Khaldun”, Jurnal Sosiologi
Reflektif, Volume 7, No. 2, April 2013, hlm. 227 – 231.
[13]
Iqbal M. Ambara, Teguh Sutanto, Tokoh-Tokoh Super Inspiratif Pewaris Nabi, Sabil,
Jogjakarta, 2012, hlm. 72-77.
[14]
Tim Kajian Keislaman Nurul Ilmu, Buku Induk Terlengkap Agama Islam, Citra
Risalah, Yogyakarta, 2012, hlm. 437.
[15]
Wahyu Murtiningsih, Para Pendekar Matematika dari Yunani Hingga
Persia, Diva Press, Jogjakarta, 2011, hlm. 301.
[16]
Mukhtar Latif, Op.Cit, Hlm. 72.
[17]
Jalaluddin, Op.Cit. hlm. 57.
[18]
Jerome R. Ravertz, Filsafat Ilmu Sejarah dan Ruang Lingkup
Bahasan, Pustaka Pelajar, Jogjakarta, 2009, Hlm. 72-73.
[19]
Rizal Mustansyir, Filsafat Analitik,
Pustaka pelajar, Yogyakarta, 2001, hlm.14.
[20]
Hasan Basri Jumin, Sains dan Teknologi dalam Islam; Tinjauan
Genetis dan Ekologis, PT. Rajagrafindo Persada, 2012, hlm. 41-47.
[21]
https://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu, diakses 20 Februari 2016.
[22]http://www.ensikperadaban.com/?TOKOH_%26amp%3B_INTELEKTUAL_MUSLIM_KONTEMPORER:Intelektual_Kontemporer, diakses
20 Februari 2016.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan tulis komentar anda