Minggu, 09 Juli 2017

HAKEKAT KEHIDUPAN DUNIA

HAKEKAT KEHIDUPAN DUNIA
DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

A.      PENDAHULUAN
Kehidupan dunia merupakan sebuah proses menuju kehidupan yang abadi yaitu alam akhirat. Proses perjalanan manusia sudah menjadi ketetapan Allah sejak zaman azali, dimana semakin lama kehidupan dunia semakin tinggi kebudayaan dan peradabannya, semakin glamor gaya hidupnya, dan semakin luas perkembangan Ipteknya. Sehingga semua itu berimplikasi pada merosot dan terkikisnya moral keberagamaan manusia.
Begitu juga umat Islam, sebagai umat Nabi Muhammad SAW yang saat ini terpisah jarak lebih dari 1700 tahun silam, mengakibatkan banyak umat Islam yang tersesat dalam mengamalkan ajaran agama. Dikarenakan banyak informasi yang kita terima dari orang lain tidak utuh redaksi maupun maknanya sebagaimana mestinya. Informasi itu kadang berkurang kadang bertambah, sehingga banyak umat Islam sekarang menyimpang dari ajaran agama.
Untuk menanggulangi permasalahan tersebut Allah telah menurunkan kitab Al-Qur’an sebagai petunjuk yang abadi bagi kehidupan manusia di dunia dan akhirat serta tetap relevan disemua perkembangan zaman dan diseluruh belahan dunia manapun. Untuk itu pada kesempatan kali ini kita akan membahas dan mengupas apa itu hakekat kehidupan di dunia menurut perspektif Al-Qur’an.

B.       RUMUSAN MASALAH
1.      Arti hakekat kehidupan dunia?
2.      Perspektif Al-Qur’an dalam memaknai hakekat kehidupan dunia
3.      Fungsi Al-Qur’an untuk kehidupan dunia

C.      PEMBAHASAN
1.      Arti hakekat kehidupan dunia
Hakekat dalam kamus bahasa Indonesia berarti kebenaran atau kenyataan yang sebenarnya.[1] Sedangkan dalam kamus ilmiah, hakikat berarti kebenaran Allah yang mutlak, yang menjadi tujuan terakhir dalam menjalankan syariat dan tharikat.[2] Jadi hakekat kehidupan dunia berarti kenyataan yang sebenarnya tentang realitas hidup di dunia sesuai petunjuk kebenaran dari Allah sebagai tujuan terakhir manusia dalam menjalani proses kehidupan di dunia.
Untuk itu manusia memiliki 3 orientasi hubungan manusia dalam usaha untuk mempertahankan hidupnya, yaitu :
1.      Hubungan manusia dengan Tuhan yang maha pencipta sekalian alam.
2.      Hubungan dengan sesama manusia.
3.   Hubungan dengan alam sekitar yang terdiri atas berbagai unsur kehidupan seperti tumbuh-tumbuhan, binatang dan kekuatan alamiah yang ada.[3]
Dari prinsip hubungan inilah, kemudian manusia mengembangkan proses pertumbuhan kebudayaannya. Proses inilah yang mendorong manusia kearah kemajuan hidup sejalan dengan tuntutan zaman.
2.      Perspektif Al-Qur’an dalam memaknai hakekat kehidupan dunia
Dalam Ihya’ Ulumuddin dijelaskan bahwa dunia dan akhirat ibarat dua keadaan bagi manusia, yang dekat adalah dunia ini yaitu semua yang terjadi sebelum mati dan yang menyusul belakangan dinamakan akhirat yaitu segala yang terjadi sesudah mati. Segala ilmu dan amal kita di dunia akan senantiasa menyertai kita hingga di akhirat.[4]
Kehidupan dunia merupakan proses yang pasti kita lalui sebelum menuju kehidupan selanjutnya yaitu alam akhirat. Al-Qur’an sebagai pegangan umat Islam sangat memperhatikan bagaimana seharusnya manusia hidup di dunia dengan baik dan sebagai pedoman bagi manusia untuk menemukan makna hidup yang sebenarnya. Berbagai macam ajaran mengenai hakekat hidup dan tujuan hidup telah berkembang. Masing-masing berbeda tentang pengertian dan tujuan hidup. Hanya Al Qur’an lah yang dapat menjelaskan arti dan tujuan hidup manusia secukupnya sehingga dapat dipahami oleh setiap individu yang membutuhkannya. Didalam Al-Qur’an banyak ayat yang menyebutkan hakekat kehidupan dunia, antara lain sebagai berikut :
a.    Kehidupan di dunia adalah sebuah ujian dan cobaan bagi manusia
Pada dasarnya kehidupan manusia di dunia ini tidak lepas dari cobaan, baik itu sesuatu yang bersifat baik maupun buruk. Ketika manusia mendapatkan cobaan berupa kebaikan maka dituntut melaksanakan hak kebaikannya begitu juga sebaliknya ketika manusia mendapat cobaan berupa keburukan maka manusia dituntut untuk tetap sabar dan tawakkal.[5]
Karena setiap manusia pasti dites atau diuji terlebih dahulu di dunia. Jadi, dunia yang kita jalani ini merupakan tempat ujian, bukan tempat tujuan. Inilah sesungguhnya hakikat hidup di dunia, kalau sekiranya kita mengetahui. Hal ini sudah di utarakan di beberapa surat Al-Qur’an sebagai berikut :
QS Al Mulk (67) : 2

Artinya : “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun

QS Al Baqarah (2):155-156

Artinya :
155. Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.
156. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun".

QS. Al ‘Ankabut: 2-3

Artinya :
2.  Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?
3.   Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan Sesungguhnya dia mengetahui orang-orang yang dusta.

b.   Kehidupan di dunia hanya sendagurau dan permainan belaka sedangkan akhirat adalah kehidupan yang sebenarnya.
Banyak ayat Al-Qur’an yang menjelaskan bahwa kehidupan dunia hanyalah sebuah permainan dan sendagurau belaka dan melalaikan, yang berarti bahwa manusia hidup di dunia hanya sebentar dan kehidupan abadi hanya ada di akhirat yaitu setelah kematian, dunia dijadikan tempat ujian Allah bagi manusia dengan kenikmatan dan kemegahan dunia yang memabukkan. Sebagaimana firman Allah berikut:
QS. Al-Ankabut ayat 64

Artinya :“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. dan sesungguhnya akhirat itulah yang Sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui”.

QS. Al-An’am ayat 32

Artinya :”Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. maka tidakkah kamu memahaminya?”.

QS. Muhammad ayat 36

Artinya :Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau. dan jika kamu beriman dan bertakwa, Allah akan memberikan pahala kepadamu dan dia tidak akan meminta harta-hartamu”.

  
c.       Kenikmatan hidup di dunia lebih sedikit bila dibandingkan dengan akhirat
QS. At-Taubah ayat 38

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya bila dikatakan kepadamu: "Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah" kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit”.
Dari ayat Al-Qur’an diatas jelas sekali dijelaskan bahwa kenikmatan di akhirat tidak bisa dibandingkan dengan di dunia, karena dunia sifatnya fana dan hanya sebentar dan berbeda dengan kehidupan di akhirat yang bersifat abadi dan selamanya. Sehingga kenikmatan dunia yang kita rasakan seakan hanya sedikit.

d. Kemegahan dan kesenangan hidup di dunia dapat menipu dan memperdaya manusia
            Ketika manusia dalam menjalani kehidupan dunia kurang teliti, berhati-hati dan tidak berpegang teguh pada ayat-ayat Allah maka akan mudah tertipu dan terlena akan gemerlapnya dunia sehingga menutupi mata hati akan keberadaan Allah SWT bahkan menyebabkan kita tidak bisa lagi membedakan mana yang baik dan buruk menurut ajaran agama. Untuk itu Allah telah memperingatkan kita dalam Al-Qur’an sebagaimana berikut:         
QS. Al-Hadiid ayat 20

Artinya :“Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya kehidupan dunia Ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. dan kehidupan dunia Ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu”.[6]

QS. Ali Imran ayat 185
Artinya :“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung. kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan”.

QS. Luqman ayat 33
Artinya :“Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutilah suatu hari yang (pada hari itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikitpun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah”.[7]

QS. Al-An’am ayat 130
Artinya :“Hai golongan jin dan manusia, apakah belum datang kepadamu rasul-rasul dari golongan kamu sendiri, yang menyampaikan kepadamu ayat-ayatKu dan memberi peringatan kepadamu terhadap pertemuanmu dengan hari ini? mereka berkata: "kami menjadi saksi atas diri kami sendiri", kehidupan dunia telah menipu mereka, dan mereka menjadi saksi atas diri mereka sendiri, bahwa mereka adalah orang-orang yang kafir”.

QS. Faathir ayat 5

Artinya :“Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, Maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah syaitan yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah”.

e.    Manusia hidup  di dunia hanya sekali
Dalam ajaran Islam tidak mengenal istilah reinkarnasi, karena dalam Islam setelah kematian manusia tidak bisa reinkarnasi atau hidup lagi di dunia namun manusia setelah mati akan berada di alam barzah dan menunggu dihidupkan lagi di alam akhirat. Sehingga kita diharapkan mampu memanfaatkan sisa usia kita sebaik mungkin. Sebagaimana firman Allah berikut ini:

QS. Al-Mu’minuun ayat 37
Artinya :Kehidupan itu tidak lain hanyalah kehidupan kita di dunia ini, kita mati dan kita hidup dan sekali-kali tidak akan dibangkitkan lagi”.

f.     Apa yang diusahakan manusia di dunia akan mendapatkan hasil sesuai apa yang diusahakan
QS. Huud ayat 15

Artinya :“Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan”.
Dalam ayat Al-qur’an diatas Allah menegaskan bahwa apa yang diusahakan dan diinginkan manusia di dunia maka Allah akan memberikan apa yang menjadi usaha manusia tanpa membedakan siapapun dan apapun agamanya karena Allah memiliki sifat yang maha Adil. Namun ketika manusia lebih condong pada kehidupan dunia dari pada akhirat maka Allah akan menyesatkan mereka dari jalan Allah. Sebagaimana firmannya dalam surat Ibrahim ayat 3 sebagai berikut.

Artinya : “(yaitu) orang-orang yang lebih menyukai kehidupan dunia dari pada kehidupan akhirat, dan menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah dan menginginkan agar jalan Allah itu bengkok. mereka itu berada dalam kesesatan yang jauh”.

g.    Orang kafir diberi kemewahan hidup di dunia
Ketika kita menyaksikan dan membandingkan kehidupan umat muslim dan non muslim di kehidupan sekarang ini maka akan kita dapatkan kenyataan bahwa sebagian besar kehidupan orang non muslim lebih mapan dari pada orang muslim, begitu juga negara-negara yang penduduknya mayoritas non muslim lebih makmur, megah dan maju peradabannya dari pada negara-negara Islam. Hal ini ternyata sudah dikabarkan Allah dalam Al-Qur’an sebagai berikut:
QS. Thaha ayat 131

Artinya : “Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk kami cobai mereka dengannya. dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal”.

QS. Al-Baqarah ayat 212

Artinya : Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. padahal orang-orang yang bertakwa itu lebih mulia dari pada mereka di hari kiamat. dan Allah memberi rezki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas”.

QS. Al-Insan ayat 27

Artinya : Sesungguhnya mereka (orang kafir) menyukai kehidupan dunia dan mereka tidak memperdulikan kesudahan mereka, pada hari yang berat (hari akhirat)”.

h.   Manusia lebih mencintai dunia dari pada akhirat
Manusia yang hidup didunia dan lebih mencintai dunia dari pada akhirat akan mendapatkan kerugian yang besar. Firman Allah dalam surat An-Nahl ayat 107
Artinya : “Yang demikian itu disebabkan karena sesungguhnya mereka mencintai kehidupan di dunia lebih dari akhirat, dan bahwasanya Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang kafir”.

QS. Al-Qiyamah ayat 20

Artinya : “Sekali-kali janganlah demikian. sebenarnya kamu (hai manusia) mencintai kehidupan dunia”,

i.      Umur panjang manusia tidak menjauhkan dari dosa
    QS. Al-Baqarah ayat 96

Artinya : “Dan sungguh kamu akan mendapati mereka, manusia yang paling loba kepada kehidupan (di dunia), bahkan (lebih loba lagi) dari orang-orang musyrik. masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu sekali-kali tidak akan menjauhkannya daripada siksa. Allah Maha mengetahui apa yang mereka kerjakan”.

j.     Allah memberikan perbedaan rizki dan derajat manusia di dunia agar saling membutuhkan satu sama lain
QS. Az-Zukhruf ayat 32

Artinya : “Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? kami Telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan”.
Asbabun Nuzul ayat ini adalah, diceritakan bahwa Al-Walid bin Al-Mughirah berkata :”sekiranya apa yang dikatakan Muhammad itu benar (bahwa Al-Qur’an itu dari Allah), pasti Al-Qur’an ini diturunkan kepadaku atau kepada Mas’ud ats-Tsaqafi” sehingga turunlah surat Az-Zukhruf ayat 31-32 yang menegaskan bahwa Allah yang berhak mengutus Nabi-Nya sesuai dengan kekuasaan-Nya.[8]

3.      Fungsi Al-Qur’an dalam kehidupan di dunia
           Bagi kehidupan manusia di dunia Al-Qur’an berfungsi sebagai petunjuk dan peringatan agar manusia kejalan yang benar sebagaimana firman Allah dalam Surah Al-An’am ayat 70 sebagai berikut:
Artinya : “Dan tinggalkanlah orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau, dan mereka Telah ditipu oleh kehidupan dunia. Peringatkanlah (mereka) dengan Al-Quran itu agar masing-masing diri tidak dijerumuskan ke dalam neraka, Karena perbuatannya sendiri. tidak akan ada baginya pelindung dan tidak pula pemberi syafa'at selain daripada Allah. dan jika ia menebus dengan segala macam tebusanpun, niscaya tidak akan diterima itu daripadanya. mereka itulah orang-orang yang dijerumuskan ke dalam neraka. bagi mereka (disediakan) minuman dari air yang sedang mendidih dan azab yang pedih disebabkan kekafiran mereka dahulu”.

D.      KESIMPULAN
Kehidupan dunia merupakan sebuah fase awal yang setiap manusia pasti akan melewatinya hingga kematian menjemput dan untuk menuju kehidupan yang abadi yaitu alam akhirat. Di dunia inilah Allah SWT menganugerahkan kepada manusia kesempatan dan kebebasan untuk menjalani hidup sesuai yang diinginkan manusia. Namun semua yang ada di dunia akan dimintai per tanggungjawaban dikemudian hari. Untuk itu Al-Qur’an diturunkan sebagai pedoman hidup manusia agar tidak terlena dan tersesat dalam perjalanan di dunia ini.
Setidaknya ada beberapa hal yang diajarkan Al-Qur’an mengenai hakekat kehidupan didunia antara lain :
1.      Kehidupan di dunia hanya sendagurau dan permainan semata (QS. Al-Ankabut : 64, QS. Al-An’am : 32, QS. Muhammad : 36).
2.      Kemegahan hidup di dunia dapat menipu dan memperdaya manusia(QS. Al-Jatsiyah : 35, QS. Al-Hadiid : 20, QS. Luqman : 33, QS. Al-An’am : 130, QS. Faathir : 5 QS. Ali Imran : 185,).
3.      Kenikmatan hidup di dunia lebih sedikit bila dibandingkan kenikmatan di akhirat (QS. At-Taubah : 38).
4.      Manusia hidup di dunia hanya sekali (QS. Al-Mu’minuun : 37).
5.      Apa yang diusahakan manusia di dunia akan mendapatkan balasan dari Allah (QS. Huud : 15).
6.      Orang kafir diberi kemewahan hidup di dunia (QS. Thaha :131, QS. Al-Baqarah : 212, QS. Al-Insan : 27).
7.      Manusia lebih mencintai dunia dari pada akhirat (QS. An-Nahl : 107, QS. Al-Qiyamah : 20).
8.      Umur panjang manusia tidak menjauhkan dari dosa (QS. Al-Baqarah : 96)
9.      Allah memberikan perbedaan rizki dan derajat manusia agar saling membutuhkan satu sama lain (QS. Az-Zukhruf : 32)
                 Adapun fungsi Al-Qur’an bagi kehidupan di dunia ialah sebagai petunjuk manusia di dunia dan akhirat seperti firman Allah dalam Al-Qur’an surah Al-An’am ayat 70.

E.       DAFTAR PUSTAKA
Zaid Husein Al Hamid, Ringkasan Ihya’ Ulumuddin Imam Ghazali, Pustaka Amani, Jakarta, 1995.
Labib MZ, “Hakekat Ma’rifat” Matnul Hikam Syaikh Ibnu Atho’illah As-Sukandari, Bintang Usaha Jaya, Surabaya.
Yayasan Pentafsir Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Mujamma’ Al Malik Fahd Li Thiba’at Al Mush-haf Asy-syarif, Madinah Al Munawarah, 1990.
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Departemen Agama, Al-Qur’an Mushaf Per Kata, Jabal, Bandung.
Editor Dahlan, Zaka Alfarisi dkk, Asbabun Nuzul Latar Belakang Historis Turunnya Ayat-Ayat Al-Qur’an, Diponegoro, Bandung, 2009.
Muhammad Ali, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern, Pustaka Amani, Jakarta.
Alex MA, Kamus Ilmiah Populer, Alfa, Surabaya.
Prof. H.M. Arifin, M.Ed., Ilmu Pendidikan Islam “Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner”, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2006







[1] Muhammad Ali, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern, Pustaka Amani, Jakarta, hlm. 118.
[2] Alex MA, Kamus Ilmiah Populer, Alfa, Surabaya, Hlm. 144.
[3] Prof. H.M. Arifin, M.Ed., Ilmu Pendidikan Islam “Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner”, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2006, hlm. 1.
[4] Zaid Husein Al Hamid, Ringkasan Ihya’ Ulumuddin Imam Ghazali, Pustaka Amani, Jakarta, 1995, Hlm. 213.
[5] Labib MZ, “Hakekat Ma’rifat” Matnul Hikam Syaikh Ibnu Atho’illah As-Sukandari, Bintang Usaha Jaya, Surabaya, Hlm. 158-159.
[6] Yayasan Pentafsir Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Mujamma’ Al Malik Fahd Li Thiba’at Al Mush-haf Asy-syarif, Madinah Al Munawarah, 1990, hlm. 903
[7] Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Departemen Agama, Al-Qur’an Mushaf Per Kata, Jabal, Bandung, Hlm.414
[8] Dahlan, Zaka Alfarisi dkk, Asbabun Nuzul Latar Belakang Historis Turunnya Ayat-Ayat Al-Qur’an, Diponegoro, Bandung, 2009, Hlm.484.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan tulis komentar anda