Selasa, 20 September 2016

SEJARAH ILMU SEJAK ZAMAN YUNANI HINGGA KONTEMPORER



SEJARAH ILMU SEJAK ZAMAN YUNANI HINGGA KONTEMPORER

Disusun oleh : Mohammad Saifuddin (2052115002)
Mahasiswa Pasca Sarjana STAIN Pekalongan

PENDAHULUAN
Setiap manusia pasti memiliki masa lalu. Masa lalu yang pantas dikenang, baik yang menyenangkan maupun yang membuat manusia sedih dalam hidupnya. Setiap hitungan waktu yang telah dilewati oleh manusia merupakan bagian dari masa lalu. Sehingga, dapat dikatakan bahwa sejarah dan kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan. Istilah sejarah mungkin sudah sangat dekat dengan telinga kita. Hal ini disebabkan karena sejak duduk dibangku sekolah dasar kita sudah diperkenalkan dengan sejarah. Umumnya sejarah dikenal sebagai informasi mengenai kejadian yang sudah lampau. Begitu juga dalam hal ilmu. Ilmu memiliki sejarah perkembangan yang sangat panjang. Perkembangan ilmu pengetahuan hingga seperti sekarang  ini tidaklah berlangsung secara mendadak, melainkan melalui proses bertahap, dan evolutif.
Ilmu  merupakan  salah  satu  dari  buah  pemikiran  manusia  dalam menjawab  pertanyaan-pertanyaan  pada  dirinya dan salah  satu  sumber  kebenaran  pada  manusia.  Ilmu  dipercaya  telah membangun  budaya  manusia,  sejarah  manusia  dan  membentuk  peradaban  manusia seutuhnya.  Bangunan  keilmuan  merupakan  kumpulan  pengetahuan  yang  mempunyai keanekaragaman  tertentu.[1]

PEMBAHASAN
Sejarah adalah pengalaman hidup manusia pada masa lalu dan akan berlangsung terus sepanjang hidup manusia. Mempelajari sejarah bertujuan agar pengalaman manusia pada masa lampau dapat menjadi pelajaran, pengingat, inspirasi, sekaligus motivasi dalam menjalani kehidupan di masa sekarang dan mendatang. Dengan belajar sejarah kita akan menghindarkan diri dari mengulang kesalahan masa lalu. [2]
Sejarah secara pasti dikatakan sebagai masa lampau yang memiliki rentang waktu jauh kebelakang. Untuk memudahkan pembahasan mengenai peristiwa sejarah yang terikat dengan dimensi waktu maka diperlukan pemenggalan waktu tersebut menjadi beberapa kurun waktu yang di sebut peridiosasi yang berdasarkan perkembangan kebudayaan manusia bukan semata-mata berdasarkan hitungan matematis tahun. Dalam setiap periode sejarah pekembangan ilmu pengetahuan menampilkan ciri khas atau karakteristik tertentu. Tetapi dalam pembagian periode ada perbedaan dalam jumlahnya. Antara lain dalam buku Pengantar Filsafat Ilmu karangan The Liang Gie (1996), buku Sejarah Filsafat Ilmu & Teknologi karangan Burhanuddin Salam (2004), buku Filsafat Ilmu dan Perkembangannya karangan M. Thoyibi (1997), serta buku Filsafat Ilmu yang disusun oleh Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM (2001) terdapat perbedaan pembahasan tentang periode.
Secara konvensional, sejarah peradapan Eropa dibagi dalam periode klasik, tengah dan modern. Zaman klasik dari Yunani kuno hingga abad ke-5 M, zaman tengah dari abad ke-6 M hingga abad ke-15 M dan zaman modern dari abad ke-15 M hingga abad ke-19 M. Era abad pertengahan (476-1492 M) dapat dikatakan sebagai abad gelap, pendapat ini didasarkan pada pendekatan sejarah gereja. Pada saat itu tindakan gereja sangat membelenggu kehidupan manusia, sehingga manusia tidak memiliki kebebasan untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya. Pada saat itu juga, para filosof tidak memiliki kebebasan untuk berfikir. Apabila terdapat pemikiran yang bertentangan dengan ajaran gereja orang yang mengemukakan akan mendapatkan hukuman berat.[3]
Sedangkan dalam  memahami sejarah  perkembangan  ilmu  mau  tidak  mau  harus  melakukan  pembagian  atau  klasifikasi secara periodik, karena setiap periode menampilkan ciri khas tertentu dalam perkembangan ilmu  pengetahuan.  Perkembangan    pemikiran  secara  teoritis  senantiasa  mengacu  kepada peradaban  Yunani. Oleh  karena  itu  periodisasi  perkembangan  ilmu  disini  dimulai  dari peradaban Yunani dan diakhiri pada  zaman kontemporer. Periodisasi  perkembangan  ilmu  itu  bisa  dibagi kedalam  enam  zaman  yakni  zaman    Pra  Yunani  Kuno,  Yunani dan Romawi  Kuno,  Abad Pertengahan (keemasan Islam), Renaissance, Modern, dan Kontemporer.[4]
Namun dalam makalah ini kami hanya membahas sejarah ilmu mulai dari zaman Yunani Kuno sampai zaman kontemporer sesuai dengan pembagian tugas kami sebagai berikut :
A.  Sejarah Ilmu Zaman Yunani Kuno (Abad 6 SM - 6 M)
Sejarah perkembangan ilmu Yunani kuno, yang dikenal dalam sejarah sebagai awal kebangkitan filsafat (the greek miracle) pada abad ke 6 SM, dikarenakan mampu menjawab persoalan disekitarnya dengan rasio dan meninggalkan kepercayaan terhadap mitologi atau takhayul yang irasional. Pada waktu Athena dipimpin Perikles, kegiatan politik dan filsafat dapat berkembang dengan baik. Kemudian pada zaman Hellenisme (323-146 SM) ketika budaya dan kekuasaan Yunani menyebar sampai ke Timur Dekat dan Timur Tengah yang disebut sebagai zaman keemasan kebudayaan Yunani dengan tokoh yang berjasa Iskandar Agung (356 - 323 SM) dari Macedonia sekaligus murid Aristoteles.[5]
Filsafat muncul ketika orang-orang mulai berpikir dan berdiskusi akan keadaan alam, dunia, dan lingkungan di sekitar mereka dan tidak menggantungkan diri kepada agama lagi untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini. Banyak yang bertanya-tanya mengapa filsafat muncul di Yunani dan tidak di daerah yang beradab lain kala itu seperti Babilonia, Yudea (Israel) atau Mesir. Jawabannya ialah di Yunani, tidak seperti di daerah lain-lainnya tidak ada kasta pendeta sehingga secara intelektual orang lebih bebas. Orang Yunani pertama yang diberi gelar filosof ialah Thales dari Mileta. Tetapi  filosof - filosof Yunani yang terbesar tentu saja ialah Socrates, Plato, dan Aristoteles. Socrates adalah guru Plato sedangkan Aristoteles adalah murid Plato. Bahkan ada yang berpendapat bahwa sejarah filsafat tidak lain hanyalah “komentar-komentar karya Plato belaka”. Hal ini menunjukkan pengaruh Plato yang sangat besar pada sejarah filsafat.[6]
Thales, Plato dan Aristoteles ialah tokoh Yunani yang memiliki pandangan ilmu yang bersifat ontologis (hakekat ilmu) dalam meletakkan dasar ilmu pengetahuan. Pada zaman Yunani kuno ilmu dipandang sebagai bagian dari filsafat dan pada saat yang lain terpisah dari filsafat. Pada masa ini orang tidak memisahkan ilmu dan filsafat sebagai hal yang berbeda karena keduanya berusaha meneliti dan mencari unsur-unsur dasariah alam semesta, usaha ini sekarang disebut usaha keilmuan (usaha ilmiah).
Cabang ilmu yang berkembang pada masa Yunani kuno ialah filsafat, ilmu  politik, matematika, kedokteran dan logika. Adapun tokoh dan kontribusi keilmuan masa ini antara lain :
1.    Thales (640-546 SM), menyatakan semua kehidupan berasal dari air sebagai materi dasar kosmis, bulan bersinar karena memantulkan cahaya matahari, menghitung terjadinya gerhana matahari dan membuktikan dalil-dalil geometri.[7]
2.    Phytagoras (572-497 SM), merupakan pendiri filsafat Pythagoreanisme yang mengajarkan metafisika bahwa bilangan merupakan intisari dari semua benda, dalilnya berbunyi “Bilangan memerintah jagat raya ini” dan kearifan sesungguhnya hanya dimiliki oleh Tuhan. Phytagoras percaya bahwa planet-planet mengelilingi matahari dan gerakan planet itu melahirkan suara musikal. Pythagoras juga ahli matematika yang melahirkan dalil untuk segitiga siku-siku.
3.    Democritus (460-370 SM), terkenal sebagai ahli atom.
4.    Plato (428-348 SM), mengembangkan dunia ide yang sempurna dan abadi.
5.    Aristoteles (382-322 SM), tokoh pelopor logika deduktif.
6.    Archimedes (287-212 SM), menciptakan teori gravitasi dan benda mengapung.
7.    Diophantus (214 - 298 M), karyanya yang terkenal adalah Arithmetica. 
8.    Galenus/Galen (129-200 M), mengenalkan ilmu anatomi, dan mengemukakan empat cairan tubuh yaitu darah, empedu kuning (yellow bile), empedu hitam (black bile) dan mukus.
Pada abad ke-0 M, perkembangan ilmu di Yunani kuno mulai mendapat hambatan, hal ini  disebabkan dengan kelahiran Kristen. Setelah Alexandria dikuasai oleh Roma yang tertarik dengan hal-hal abstak, pada abad ke-4 dan ke-5 M ilmu pengetahuan benar-benar beku. Hal ini disebabkan oleh tiga faktor penting yaitu ;
1.    penguasa Roma yang menekan kebebasan berpikir
2.    Ajaran Kristen yang tidak boleh disangkal.
3.    Kerjasama gereja dan pengusa sebagai otoritas kebenaran.
Walaupun begitu pada abad ke-2 M sempat ada Galen (bidang kedokteran) dan tokoh aljabar, Pappus dan Diopanthus yang berperan dalam perkembangan ilmu pengetahuan.
B.  Sejarah Ilmu Zaman Kekaisaran Romawi (27 SM – 476 M)
Masa Romawi yang merupakan masa terakhir dari pertumbahan ilmu pada Zaman Kuno dan merupakan masa yang paling sedikit memberikan sumbangsih pada seajarah ilmu dalam Zaman Kuno. Namun bangsa Romawi memiliki kemahiran dalam kemampuan keinsinyuran dan keterampilan ketatalaksanaan serta mengatur hukum dan pemerintahan. Bangsa ini tidak menekankan soal-soal praktis dan mengabaikan teori ilmiah, sehingga pada masa ini tidak muncul ilmuwan yang terkemuka. Dalam lapangan ilmu pengetahuan, bangsa Romawi bukanlah pencipta teori-teori, tetapi pelaksana teori yang telah ada sejak zaman Yunani. Dengan ini mata rantai yang seakan-akan putus dalam perkembangan ilmu pengetahuan menjadi tumbuh kembali. Bila sarjana Yunani adalah ahli teori, maka sarjana Romawi adalah ahli praktek. Sebagian ilmu diteruskan oleh orang Yunani dan sebagian lagi oleh orang Romawi.Tokoh terkenal pada waktu itu: Ptolemaeus (astronomi), Sosigenes (astronomi), Galen, Celsus (medik), Vitruvius (arsitek), Diophantus, Pappus, Hypatia (matematika).[8]
Beberapa bidang kemajuan ilmu di Romawi antara lain:
1.    Bidang Astronomi
Pada waktu itu,  Claudius Ptolemaeus mengemukakan paham geosentris (benda langit beredar mengelilingi bumi), Asumsi ini cocok dengan anggapan bahwa manusia adalah pusat alam dan dianut oleh katedral (gereja). Asumsi ini bertahan sampai Zaman Kebangkitan.
2.    Kalender
Penanggalan Romawi mula-mula hanya 10 bulan, dari Martius sampai December. Oleh kaisar Romawi ke-2, ditambah 2 bulan pada musim dingin sehingga menjadi 12 bulan yaitu:

1)      Martius
2)      Aprilis
3)      Maius
4)      Junius
5)      Quintilis  (Julius)
6)      Sextilis    (Augustus)
7)      September
8)      October
9)      November
10)  December
11)  Januarius
12)  Februarius

Karena ada upacara pada bulan Januarius, maka awal tahun digeser ke Januarius. Pada tahun ke-45 sebelum Masehi, penanggalan Romawai cukup kacau. Julius Caesar minta Sosigenes membenahi kalender. Dasar pembenahan adalah 365 ¼  hari setahun sehingga setahun 365 hari dan interkalasi 4 tahun sekali dengan 366 hari. Dimulai tahun 44 sebelum Masehi sehingga tahun 45 SM menjadi 400 hari lebih.[9]
3.    Pengobatan
Bangsa Romawi pertama kali mempelajari ilmu pengobatan dari bangsa Yunani. Faktanya, sebagian besar dokter Romawi berasal dari Yunani, atau merupakan keturunan Yunani. Seperti bangsa Yunani, bangsa Romawi percaya pada empat cairan (empedu hitam, empedu kuning, lendir, dan darah) dan metode pengobatan dengan cara pengeluaran darah.
4.    Angka Romawi
Angka Romawi atau Bilangan Romawi adalah sistem penomoran yang berasal dari Romawi kuno. Sistem penomoran ini memakai huruf  Latin untuk melambangkan angka numerik. Angka Romawi sangat umum digunakan sekarang ini, antara lain digunakan di jam, bab buku, penomoran sekuel film, penomoran seri event olahraga seperti Olimpiade.[10]

C.  Sejarah Ilmu Zaman Keemasan Islam (Abad 6 M - 14 M)
Ketika bangsa Eropa mengalami masa kegelapan, kebangkitan justru menjadi milik Islam. Hal ini dimulai dari masa Nabi Muhammad SAW pada abad ke-6 M, perluasan wilayah, pembinaan hukum serta penerjemahan filsafat Yunani, dan kemajuan ilmu pengetahuan Islam pada abad ke-7 M sampai abad ke-12 M. Pada masa ini Islam mandapatkan masa keemasannya (Golden Age). Zaman abad  pertengahan ditandai dengan tampilnya para theolog Islam di lapangan ilmu  pengetahuan. Para ilmuwan  pada  masa  ini  hampir  semua  adalah  para  theolog, sehingga aktivitas ilmiah terkait dengan aktivitas keagamaan. Semboyan  yang berlaku bagi ilmu pada  masa ini adalah Ancilla Theologia atau abdi agama. Namun demikian harus diakui bahwa banyak juga temuan dalam bidang ilmu yang terjadi pada masa ini.
Perkembangan Ilmu di zaman ini tak dapat dilepaskan dari pemaduan antara filsafat Yunani dan syariat agama, diawali dengan gerakan intelektual penerjemahan karya berbahasa persia, sansekerta, yunani ke bahasa arab. Era penerjemahan berawal sejak di dirikannya lembaga Al-Hikam (830M) oleh Al-Ma’mun yang mencakup perpustakaan, akademi dan penterjemahan. Ilmu pengetahuan berkembang pesat dimasa kekhalifahan Bani Umayyah periode pertama (661-749 M), kedua (750-1027 M) serta Bani Abbasiyah periode pertama (749-1200 M), kedua (861-1258 M). Dimasa Abbasiyah kajian ilmu pengetahuan meliputi kedokteran, filsafat, astronomi, matematika, kimia, geografi, historiografi, teologi, sastra, seni, hukum dan etika Islam.[11]
Pada masa ini kebanyakan tokoh ilmuan Islam seperti Al-Ghazali, memiliki pandangan ilmu yang bersifat Epistemologis (cara memperoleh pengetahuan itu) dalam meletakkan dasar ilmu pengetahuan. Beberapa ilmuan Muslim zaman pertengahan antar lain :
1.    Ibn Khaldun (1332-1406 M), yang bernama lengkap Abdurrahman Abu Zaid Waliuddin Ibn Khaldun ia  telah memulai menggunakan tradisi berfikir ilmiah dengan melakukan kritik atas cara berfikir “model lama” dan karya-karya ilmuwan sebelumnya. Ibnu Khaldun telah meletakkan dasar teoritik dan metodologi bagi studi sosiologi. Konsep Ibn Khaldun tentang ashobiyah  merupakan  konsep sosiologis, kendati memiliki makna yang luas, tetapi ashobiyah  yang diartikan sebagai solidaritas dan kesetiakawanan. Ibn Khaldun juga menjelaskan posisi dan eksistensi manusia yang merupakan makhluk sosial (al-insanu madaniyyun bit-thab’i). Konsep sosial lainnya dari Ibn Khaldun menyangkut tindakan, perilaku sosial yang merupakan fenomena sosial yang telah ada sejak manusia diciptakan Tuhan.[12]
2. Al-Kindi (801 M – 873 M), bisa dikatakan merupakan filsuf pertama yang lahir dari kalangan Islam. Al Kindi menuliskan banyak karya dalam berbagai bidang, Filosofi, Matematika, Logika, Musik, Ilmu Kedokteran, ensiklopedi, ahli matematika, fisika, musik, kedokteran, farmasi, geografi, ahli filsafat Arab dan Yunani kuno.[13]
3.    Al-Ghazali (1058 M – 1111 M) adalah seorang filosof dan teolog muslim Persia yang ahli dalam ilmu kalam, tasawuf. Beliau dikenal sebagai Algazel di dunia Barat. Karyanya antara lain kitab Ihya Ulumuddin (Kebangkitan Ilmu-Ilmu Agama), Kimiya as-Sa’adah (Kimia Kebahagiaan).
4.    Ibnu Sina (980 M–1037 M). Ia dikenal sebagai Avicenna di Dunia Barat. Ia adalah seorang ahli kedokteran, pengobatan (medicine), fisika, geologi, mineralogi, matematika, astronomi, filsafat, ilmuwan ensiklopedi, psikologi, penulis kaidah kedokteran, menulis buku tentang fungsi organ tubuh, meneliti penyakit TBC, diabetes dan penyakit yang ditimbulkan oleh efek fikiran. Karyanya adalah The Book of Healing dan The Canon of Medicine.[14]
5.    Ibnu Rusyd (1126 M–1198 M) yang dalam bahasa Latin disebut dengan Averroes, dan ia adalah seorang filsuf dari Spanyol (Andalusia). Karya-karya Ibnu Rusyd meliputi bidang filsafat, kedokteran dan fikih dalam bentuk karangan, ulasan, essai dan resume. Karya lain berupa Bidayat Al-Mujtahid (kitab ilmu fiqih), Kulliyaat fi At-Tib (buku kedokteran).
 Selain dari daftar nama ilmuwan di atas, masih banyak lagi ilmuwan muslim yang lain. Dalam bidang fiqih ada Imam Hanafi (699M – 767 M), Imam Malik (712 M -798 M), Imam Syafi’i (767 M – 820 M) dan Imam Hanbali (780 M – 855 M). Sementara dalam bidang sosial, terdapat nama Yaqut bin Abdullah al Hamawi (1179 M–1229 M) yang mengarang kitab Mu’jam al-Buldan (Kamus Negara). Sebagian bangsa di Asia juga mulai memperlihatkan perkembangan ilmu mereka. Di Cina ada Shen Kuo (1031 M – 1095 M), seorang ilmuwan dan negarawan yang pertama kali menggambarkan magnet jarum kompas yang digunakan untuk navigasi, menemukan konsep utara sejati, menyusun teori pembentukan tanah, atau geomorfologi. 
D.  Sejarah Ilmu Zaman Renaisance (Abad 14 M - 17 M)
Zaman Renaissance ditandai sebagai era kebangkitan kembali pemikiran  yang bebas dari dogma-dogma agama. Renaissance ialah zaman peralihan yang ditandai dengan melemahnya kekuatan Islam dan terjadi perpindahan kiblat keilmuan dari dunia Islam ke Eropa. Manusia pada zaman ini adalah manusia yang merindukan pemikiran yang bebas. Manusia ingin mencapai kemajuan atas hasil usaha sendiri, tidak didasarkan atas campur tangan Ilahi. Pada zaman ini manusia  disebut sebagai animal rationale karena pemikiran  manusia  pada  masa  ini  sudah  bebas  dan  berkembang. Penemuan-penemuan ilmu pengetahuan modern sudah mulai dirintis pada zaman Renaissance. Ilmu pengetahuan yang berkembang maju pada masa ini adalah bidang astronomi.
Tokoh-tokoh  yang  terkenal  masa ini antara lain:
1.    Roger Bacon (1214-1294) Menurut beliau bahwa pengalaman (empirik)  menjadi landasan utama diawal dan ujian akhir bagi semua ilmu pengetahuan
2.    Johanes Kepler (1571–1630) Penelitiannya menemukan tiga hukum tentang gerak benda angkasa
3.    Copernicus (1473-1543) Menurut  beliau  bahwa  bumi  dan  planet  semuanya  mengelilingi  matahari  sehingga matahari menjadi pusat (heliosentrisisme).[15]
4.    Galileo Galilei (1564–1642) Ia berpendapat bahwa planet-planet tidak  memancarkan  cahaya  sendiri,  melainkan memantulkan cahaya dari matahari, dan bumi mengelilingi matahari.

E.  Sejarah Ilmu Zaman Modern (Abad 17 M - 20 M)
Zaman  modern  ditandai  dengan  berbagai  penemuan  dalam  bidang  ilmiah. Sejarah perkembangan ilmu zaman modern yang dikenal juga sebagai masa rasionalisme dan tumbuh di zaman modern dengan tokoh utama Rene Descartes (1596 – 1650), dikenal sebagai bapak filsafat modern dengan memperkenalkan metode berfikir deduktif logis yang umumnya diterapkan untuk ilmu alam, penemuannya dalam ilmu pasti adalah sistem koordinat yang terdiri dari dua garis lurus X dan Y dalam bidang datar.[16] Rasionalisme Rene Descartes “Cogito ergo sum” (saya berfikir maka saya ada) yang menjadi pemicu lahirnya revolusi sains di eropa.
Abad modern (zaman modern) hakekatnya adalah teknikalisme dengan tuntutan efisiensi kerja yang tinggi yang diterapkan pada semua bidang kehidupan  teknikalisme itu yang melatarbelakangi timbulnya revolusi industri (1750-1850) di eropa khususnya di Inggris yang melahirkan kapitalisme dalam sistem perekonomian sedangkan implikasi kemanusiannya menyebabkan revolusi prancis (1789-1799).[17] Adapun tokoh Ilmuan pada masa ini antara lain:
a.    Isaac Newton(1643-1727) Dalam penelitianya Newton menemukan teori gravitasi, perhitungan calculus, dan optika.
b.    Charles Darwin (1809 - 1882), dengan teorinya struggle for life (perjuangan untuk hidup) dan teori evolusi.
c.    Joseph John Thompson (1856 – 1940), dengan temuannya elektron.
Pada masa sesudah Newton, perkembangan ilmu selanjutnya adalah berupa ilmu kimia. Jika pada masa Newton ilmu yang berkembang adalah matematika, fisika, dan astronomi. Pada periode selanjutnya ilmu kimia menjadi kajian yang amat menarik. Ilmu kimia tidak dimulai dengan logika, aksioma, ataupun deduksi. Semua permulaan ilmu kimia praktis berdasarkan percobaan yang hasilnya kemudian ditafsirkan. Perkembagan ilmu pada abad ke-18 telah melahirkan ilmu taksonomi, ekonomi, kalkulus dan statiska. Di abad ke 19 lahir semisal pharmakologi, geofisika, geomorphologi, palaentologi, arkeologi, dan sosiologi. 

F.   Sejarah Ilmu Zaman Kontemporer (Abad 20 M – Sekarang)
Sejarah perkembangan ilmu zaman kontemporer, yang muncul pada abad ke 20 hingga sekarang, bidang fisika menempati kedudukan  paling  tinggi  dan  banyak  dibicarakan  oleh  para  filsuf.  Ilmu  fisika dipandang  sebagai  dasar  ilmu  pengetahuan  yang  subjek  materinya  mengandung  unsur-unsur fundamental yang membentuk alam semesta. Fisikawan yang paling terkenal pada abad ke-20 adalah Albert Einstein. Ia lahir pada tanggal 14 Maret 1879 dan meninggal pada tanggal 18 April 1955 (umur 76 tahun). Alberth Einstein adalah seorang ilmuwan fisika. Dia mengemukakan teori relativitas dan juga banyak menyumbang bagi pengembangan mekanika kuantum, mekanika statistik, dan kosmologi.
Di abad ke 20 ilmu dipandang sebagai hasil karya penelitian murni. Hampir semua penelitian dilakukan oleh para ahli yang dilatih dengan sangat ketat, bekerja secara total dalam lembaga-lembaga khusus. Komunitas para ilmuan yang diorganisir berdasarkan disiplin atau kebangsaan menikmati otonomi yang tinggi dalam memutuskan tujuan, standar penelitian serta pemeberian imbalan pada anggotanya.[18]
Dalam bidang filsafat di abad ke 20 sulit sekali menentukan corak khas pemikiran filsafat, namun kebanyakan ahli filsafat menganggap corak khas pemikiran filsafat yang lebih dominan diabad ke 20 (kontemporer) adalah Logosentris, artinya kebanyakan filosof pada masa ini melihat arti, prinsip dan aturan bahasa sebagai obyek terpenting pemikiran mereka. Dalam corak pemikiran Logosentris ini membicarakan tentang  MAB (metode analisis bahasa).[19]
Pada era kontemporer pengklasifikasian keilmuan memang sangat banyak terbentuk, hal ini bertujuan untuk lebih mempermudah dalam medalami segala sesuatu hingga mencapai hakikat dari unsur terkecilnya. Meskipun demikian, diantara cabang-cabang keilmuan itu masih saling berhubungan dan membutuhkan satu sama lain, begitu juga para ilmuan dimasa ini saling membutuhkan dan bekerjasama satu sama lain baik didalam keilmuan yang sama maupun bidang keilmuan yang berbeda demi mengembangkan keilmuan dan penelitian mereka. Sebagai contoh hubungan keilmuan yang menghasilkan penemuan baru, akan dikemukakan beberapa contoh sebagai berikut:
1.    Rekayasa genetika (kloning)
Salah satu bentuk perkembangan ilmu zaman kontemporer yang sangat masyhur adalah di bidang rekayasa genetika berupa teknologi cloning. Kloning adalah teknik penggandaan gen yang menghasilkan keturunan yang sama sifatnya baik dari segi hereditas maupun penampakannya atau suatu usaha untuk menciptakan duplikat / foto copy suatu organisme melalui proses aseksual. Proses kloning pada hewan pertama kali terjadi pada domba betina yang diberi nama Dolly yang hidup selama 6 tahun (5 Juli 1996 – 14 Februari 2003) dan merupakan hasil eksperimen Dr. Keith Campbell dan Dr. Ian Wilmut di Institut Roslin Skotlandia.[20]
2.    Komputer dan komunikasi
Pada tahun 1937, seorang insinyur Amerika yang bernama Howard Aiken merancang IBM Mark 7 yang merupakan nenek moyangnya computer mainframe saat ini. Komputer tersebut menggunakn tabung valum dan elektro mekanikal dan bukan tombol-tombol elektronis. Komputer telah mengubah wajah peradaban Barat modern secara dratis sejak tahun 1980-an. Handphone maupun peralatan telekomunikasi wireless lainnya merupakan hasil eksperimen James Cleark Maxwell (1831-1879) dan Henrich Rudolf Hertz (1857-1894), Maxwell seorang fisikawan Skotlandia berhasil merumuskan persamaan matematis gelombang elektromagnetik yang dikenal dengan persamaan Maxwell berbunyi bahwa kecepatan cahaya (3 x 108 m/det) dapat merambat diruang hampa udara. Sedangkan Hertez seorang fisikawan Jerman melengkapi perhitungan Maxwell dan mengungkapkan eksperimennya bahwa medan listrik dapat ditransmisikan melalui gelombang elektromagnet (gelombang radio) dengan kecepatan transmisi sama dengan kecepatan cahaya. Sehingga namanya diabadikan sebagai satuan frekuensi/getaran perdetik gelombang (Hertz=Hz) antara 300-3000 Hz yang disebut UHF (ultra high frekuensi), dengan adanya frekuensi tersebut maka terciptalah HP (handphone).
3.    Nuklir (Difusi Kimia dan fisika)
 Awal penemuan nuklir oleh manusia adalah ketika Wilhem K. Roentgen (1845-1923), fisikawan berkebangsaan Jerman, pada tahun 1895 menemukan  jenis sinar yang diberi nama sinar X (Roentgen). Kemudian ditemukanlah gejala radioaktivitas oleh ahli fisika Perancis, Antonie Henri Becquerel dimana selanjutnya bahan yang memiliki sifat yang sama lebih dikenal dengan istilah bahan radioaktif. Pada tahun 1898, pasangan suami-istri berkebangsaan Perancis, Pierre Curie (1859-1905) dan Marie Curie (1867-1905) memulai proyek yang berujung pada penemuan unsur baru yaitu Polonium (Po) dan Radium (Ra). yang dapat memiliki sifat yang sama dengan unsur Uranium (U). Pada tahun 1902, seorang ahli fisika berkebangsaan Inggris, Ernest Rutherford (1871-1937) dan ahli kimia Frederick Soddy (1877-1956) menerangkan peluruhan radioaktif yang mengubah unsur seperti radium menjadi unsur lain sambil menghasilkan energi. Kemudian tahun 1905 Albert Einstein, menunjukkan kesetaraan massa dan energi dalam persamaan, sebagai bagian dari Teori Kenisbian (Relativity) Khusus. Persamaan ini bahkan meramalkan bahwa energi yang amat besar terkunci di dalam materi dan dapat dilepaskan. Pada tahun 1910, Soddy mengusulkan adanya isotop. Pada tahun 1911, Rutherford, dengan menggunakan partikel alfa, menyelidiki bagian dalam atom dan menemukan intinya yang berat. Pada tahun 1913, Francis William Aston (1877-1945), ahli kimia berkebangsaan Inggris, secara meyakinkan menunjukkan adanya isotop. Ahli fisika Denmark, Niels Henrik David Bohr (1885-1962) mengajukan teorinya berdasarkan apa yang telah ditemukan oleh Rutherford dan teori kuantum ahli fisika Jerman, Max Planck (1858-1947). Pada tahun 1919, Rutherford menunjukkan perubahan nitrogen menjadi oksigen dan hidrogen setelah dibentur oleh partikel alfa. Ini adalah reaksi nuklir pertama yang diamati oleh manusia.
Selain diatas, ditemukan juga beberapa penemuan yang merubah warna dunia, yaitu, listrik ditemukan oleh Michael Faraday (22 September 1791-25 Agustus 1867), pesawat terbang ditemukan oleh Orville (19 Agustus 1871 - 30 Januari 1948) dan Wilbur (16 April 1867 - 30 May 1912), Irving Langmuir (1881-1957) membuat hujan buatan dengan menabur perak iodida dan karbondioksida pada awan hujan, Nikola Tesla (1856-1943) seorang ahli fisika, insinyur listrik, serta penemu motor, kumparan tesla, dan AC,
Dalam perkembangan ilmu dewasa ini terjadi klasifikasi keilmuan yang sangat signifikan disesuaikan dengan materi dasar keilmuannya antara lain:
1.    Logika, Matematika.
2.    Fisika (Fisika komputasi, Fisika atom, Fisika nuklir, Fisika partikel, Fisika plasma).
3. Kimia (Biokimia, Kristalografi, Kimia lingkungan, Kimia pangan, Geokimia, Kimia hijau, Kimia anorganik, Kimia nuklir, Kimia organik).
4.    Astronomi (Astrofisika, Kosmologi, Astronomi galaksi, Geologi planet, Astronomi bintang).
5. Ilmu bumi (Meteorologi, Klimatologi, Ekologi, Geodesi, Geologi, Geofisika, Hidrologi, Oseanografi, Paleoklimatologi).
6.  Biologi (Anatomi, Biofisika, Biogeografi, Biokimia, Biologi kelautan, Biologi konservasi, Biologi molekular, Biologi perkembangan, Biologi sel, Bioteknologi, Botani, Genetika, Imunologi, Mikrobiologi, Parasitologi).
7.    Ilmu Sosial (Antropologi, Arkeologi, Kriminologi, Demografi, Ekonomi, Pendidikan, Geografi, Hubungan internasional, Hukum, Ilmu politik, Psikologi, Sosiologi)
8.    Ilmu kesehatan (Farmasi, Kedokteran, Kedokteran hewan, Keperawatan).
9.  Teknik dan rekayasa (Biomedis, Dirgantara, Ilmu komputer, Industri, Listrik, Mesin Militer, Perangkat lunak, Pertambangan, Pertanian, Robotika, Kecerdasan buatan, Sibernetika).[21]
Begitu juga dalam ilmu agama Islam terdapat klasifikasi keilmuan yang kita kenal sampai sekarang ini antara lain : Ilmu Nahwu, Shorof, Mantiq, Balagha, Badi’, Ma’ani, Bayan, Fiqih, Usul Fiqih, Tauhid, Tasawuf, Ilmu Kalam, Tarikh, Musthola Hadist, Ilmu Hadist, Falaq, Tafsir, Tajwid, Falsafah, Mantiq, Akhlaq, Khat dan sebagainya. Adapun tokoh intektual muslim kontemporer antara lain : Fazlur Rahman (1919-1988 M), Harun yahya Oktar (1965 – sekarang) ahli dalam bidang sains dan filsafat, Sayyid Husein Nasr (lahir 1933) ahli dalam bidang ilmu fisika, sejarah sains dan filsafat Islam, Syed Muhammad Naquib al Attas (lahir 1931) ahli dalam bidang teologi (kalam), filsafat, metafisika sejarah dan literatur, dan secara ekstensif mengulas filsafat dan tasawuf.[22]
KESIMPULAN
Sejarah perkembangan ilmu Yunani kuno  dikenal sebagai awal kebangkitan filsafat (the greek miracle) pada abad ke 6 SM, dikarenakan mampu menjawab persoalan disekitarnya dengan rasio. Thales, Plato dan Aristoteles ialah tokoh Yunani yang memiliki pandangan ilmu yang bersifat ontologis (hakekat ilmu). Cabang ilmu yang berkembang pada masa Yunani kuno ialah filsafat, ilmu  politik, matematika, kedokteran dan logika. Masa Romawi merupakan masa terakhir dari pertumbahan ilmu pada Zaman Kuno. Bangsa Romawi bukanlah pencipta teori-teori, tetapi pelaksana teori yang telah ada sejak zaman Yunani.
Zaman abad  keemasan Islam ditandai dengan tampilnya para theolog Islam di lapangan ilmu  pengetahuan. Perkembangan Ilmu di zaman ini tak dapat dilepaskan dari pemaduan antara filsafat Yunani dan syariat agama, diawali dengan gerakan penerjemahan karya berbahasa persia, sansekerta, yunani ke bahasa arab. Pada masa ini kebanyakan tokoh ilmuan memiliki pandangan ilmu yang bersifat Epistemologis. Kajian ilmu pengetahuan meliputi kedokteran, filsafat, astronomi, matematika, kimia, geografi, historiografi, teologi, sastra, seni, hukum dan etika Islam.
Zaman Renaissance ditandai sebagai era kebangkitan kembali pemikiran  yang bebas dari dogma-dogma agama. Pada zaman ini manusia  disebut sebagai animal rationale. Ilmu pengetahuan yang berkembang maju pada masa ini adalah bidang astronomi. Abad modern (zaman modern) hakekatnya adalah teknikalisme, yang melatarbelakangi timbulnya revolusi industri (1750-1850) di inggris dan revolusi prancis (1789-1799).
Zaman kontemporer, muncul pada abad ke 20 hingga sekarang, bidang fisika menempati kedudukan  paling  tinggi. Di abad ke 20 ilmu dipandang sebagai hasil karya penelitian murni. Hampir semua penelitian dilakukan oleh para ahli yang dilatih dengan sangat ketat, bekerja secara total dalam lembaga-lembaga khusus. Perkembangan ilmu di era ini sangat cepat dan terjadi klasifikasi keilmuan yang sangat banyak. 

DAFTAR PUSTAKA
Asmoro Achmadi, Filsafat Umum, PT. Raja Grafindo Persada , Semarang, 1994.
Hasan Basri Jumin, Sains dan Teknologi dalam Islam; Tinjauan Genetis dan Ekologis, PT. Rajagrafindo Persada, 2012.
Iqbal M. Ambara, Teguh Sutanto, Tokoh-Tokoh Super Inspiratif Pewaris Nabi, Sabil, Jogjakarta, 2012.
Jalaluddin, Filsafat Ilmu Pengetahuan: Filsafat, Ilmu Pengetahuan, dan Peradaban, PT. Raja Grafindo, Jakarta, 2014.
Jerome R. Ravertz, Filsafat Ilmu Sejarah dan Ruang Lingkup Bahasan, Pustaka Pelajar, Jogjakarta, 2009.
M. Dien Madjid, Johan Wahyudhi, Ilmu Sejarah: Sebuah Pengantar, Prenada Media Group, Jakarta, 2014.
Maria Ulfah, “Mekanisme Perolehan Ilmu Dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Islam”, Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA, VOL. XII NO. 2, Februari 2012.
Mukhtar Latif, Orientasi ke Arah Pemahaman Filsafat Ilmu, Prenadamedia Group, Jakarta, 2014.
Rizal Mustansyir, Filsafat Analitik, Pustaka pelajar, Yogyakarta, 2001.
Sobirin Malian, “Perkembangan Filsafat Ilmu serta Kaitannya dengan Teori Hukum”, Jurnal UNISIA, Vol. XXXIII No. 73 Juli 2010,
Surajio, Sejarah, Klasifikasi dan Strategi Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Paper Dosen Universitas Indraprasta PGRI Jakarta.
Syarifuddin Jurdi, “Ilmu Pengetahuan dan Perkembangan Peradaban: Studi Pemikiran Ibn Khaldun”, Jurnal Sosiologi Reflektif, Volume 7, No. 2, April 2013.
The Liang Gie, Pengantar Filsafat Umum, Liberty, Yogyakarta, 2010.
Tim Kajian Keislaman Nurul Ilmu, Buku Induk Terlengkap Agama Islam, Citra Risalah, Yogyakarta, 2012.
Wahyu Murtiningsih, Para Pendekar Matematika dari Yunani Hingga Persia, Diva Press, Jogjakarta, 2011.


[1] Maria Ulfah, “Mekanisme Perolehan Ilmu Dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Islam”, Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA, VOL. XII NO. 2, Februari 2012, hlm. 289-307.
[2] M. Dien Madjid, Johan Wahyudhi, Ilmu Sejarah: Sebuah Pengantar, Prenada Media Group, Jakarta, 2014, hlm. 1.
[3] Asmoro Achmadi, Filsafat Umum, PT. Raja Grafindo Persada , Semarang, 1994, hlm.65.
[4] Surajio, Sejarah, Klasifikasi dan Strategi Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Paper Dosen Universitas Indraprasta PGRI Jakarta.
[5] Mukhtar Latif, Orientasi ke Arah Pemahaman Filsafat Ilmu, Prenadamedia Group, Jakarta, 2014, hlm. 72.
[6] Sobirin Malian (Fakultas Hukum UCY), Perkembangan Filsafat Ilmu serta Kaitannya dengan Teori Hukum, Jurnal UNISIA, Vol. XXXIII No. 73 Juli 2010,
[7] The Liang Gie, Pengantar Filsafat Umum, Liberty, Yogyakarta, 2010, hlm. 3.
[11] Jalaluddin, Filsafat Ilmu Pengetahuan: Filsafat, Ilmu Pengetahuan, dan Peradaban, PT. Raja Grafindo, Jakarta, 2014, hlm. 57-57.
[12] Syarifuddin Jurdi, “Ilmu Pengetahuan dan Perkembangan Peradaban: Studi Pemikiran Ibn Khaldun”, Jurnal Sosiologi Reflektif, Volume 7, No. 2, April 2013, hlm. 227 – 231.
[13] Iqbal M. Ambara, Teguh Sutanto, Tokoh-Tokoh Super Inspiratif Pewaris Nabi, Sabil, Jogjakarta, 2012, hlm. 72-77.
[14] Tim Kajian Keislaman Nurul Ilmu, Buku Induk Terlengkap Agama Islam, Citra Risalah, Yogyakarta, 2012, hlm. 437.
[15] Wahyu Murtiningsih, Para Pendekar Matematika dari Yunani Hingga Persia, Diva Press, Jogjakarta, 2011, hlm. 301.
[16] Mukhtar Latif, Op.Cit, Hlm. 72.
[17] Jalaluddin, Op.Cit. hlm. 57.
[18] Jerome R. Ravertz, Filsafat Ilmu Sejarah dan Ruang Lingkup Bahasan, Pustaka Pelajar, Jogjakarta, 2009, Hlm. 72-73.
[19] Rizal Mustansyir, Filsafat Analitik, Pustaka pelajar, Yogyakarta, 2001, hlm.14.
[20] Hasan Basri Jumin, Sains dan Teknologi dalam Islam; Tinjauan Genetis dan Ekologis, PT. Rajagrafindo Persada, 2012, hlm. 41-47.
[21] https://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu, diakses 20 Februari 2016.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan tulis komentar anda