Selasa, 20 September 2016

PENDIDIKAN ISLAM BERBASIS INTEGRASI ILMU



PENDIDIKAN ISLAM BERBASIS INTEGRASI ILMU

Disusun oleh : Mohammad Saifuddin (2052115002)
Mahasiswa Pasca Sarjana STAIN Pekalongan

A.      Pendahuluan
Seiring dengan berkembangnya zaman dan semakin majunya peradaban serta teknologi manusia, maka semakin berkembang pula ilmu pengetahuan (sains) di segala bidang keilmuan. Inilah yang sering membuat masyarakat modern dewasa ini lebih cenderung menyukai, mempelajari ilmu pengetahuan umum (sains) dari pada ilmu agama karena mereka memiliki kecenderungan rasionalistis, realistis, ilmiah dan bersifat materialistis, mereka juga sebagian besar beranggapan ilmu agama ketinggalan zaman. Begitu juga sebaliknya, sebagian besar umat islam juga enggan mempelajari Ilmu pengetahuan umum (sains) karena beranggapan sains modern dapat merusak aqidah dan banyak yang tidak sesuai syariat islam serta tidak berpahala mempelajarinya dan tidak ada manfaatnya kelak diakhirat. Sehingga bidang keilmuan umat islam untuk menciptakan peradaban islami yang modern tertinggal jauh dengan umat lain.
Pemahaman yang beragam inilah yang perlu dibenarkan. Sejatinya islam tidak pernah melarang adanya perkembangan ilmu pengetahuan umum (sains) dan tidak pula beranggapan haram mempelajarinya, bahkan Islam menganjurkan umatnya untuk memikirkan dan mempelajari segala sesuatu fenomena yang ada di alam semesta ini dengan pembuktian kebenaran secara ilmiah apa yang telah tertuang didalam Al-qur’an. Sehingga menjadikan umat islam cerdas pemikirannya, tinggi peradabannya dan kuat keimanannya. Begitu pula ketika masyarakat islam di dunia modern dewasa ini dalam mempelajari sains perlu juga di bekali dengan pengetahuan agama yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadits supaya mereka tidak terlalu condong kepada sifat materialistis keduniawian serta memiliki filter alami berupa kepekaan batin terhadap situasi disekitarnya.
Maka dari kita sebagai seorang pendidik agama islam perlu memiliki pengetahuan yang cukup tentang sains sehingga mampu memahami proses dan prosedur integrasi PAI dengan ilmu pengetahuan umum (sains). Untuk itu dalam artikel ini kami akan memberikan pembahasan mengenai integrasi PAI dan sains. Diharapkan dengan adanya pembahasan ini umat islam dapat memaknai islam sebagai agama yang mendorong berkembangnya ilmu pengetahuan.

B.       Konsep Integrasi Ilmu
Integrasi berasal dari bahasa Inggris Integrate, Integration yang kemudian diadaptasi kedalam bahasa Indonesia menjadi integrasi yang berarti menyatu padukan, penggabungan.[1] Dalam bahasa Indonesia Integrasi diartikan sebagai pembauran, menggabungkan, menyatukan hingga menjadi kesatuan yg utuh atau bulat.[2] Integrasi ilmu juga dimaknai sebagai sebuah proses menyempurnakan atau menyatukan ilmu-ilmu yang selama ini dianggap dikotomis sehingga menghasilkan satu pola pemahaman integrative tentang konsep ilmu pengetahuan.[3] Sehingga Integrasi ilmu merupakan usaha menggabungkan atau menyatupadukan ontologi, epistemologi dan aksiologi ilmu-ilmu umum dan agama pada kedua bidang tersebut.[4] Untuk lebih memahami makna integrasi, amatilah gambar dibawah ini :
Dalam perjalanannya, pemikiran tentang integrasi ilmu antara beberapa tokoh/ahli dan Institusi Perguruan Tinggi di Indonesia maupun diseluruh dunia mengalami berbagai perbedaan paradigma mulai dari penamaan istilah (keragaman redaksional ), model integrasi hingga strategi implementasi integrasi keilmuan yang dipakai, namun memiliki konsep dan tujuan integrasi keilmuan yang sama, yakni menghilangkan dikotomi keilmuan antara ilmu agama dan ilmu umum. Salah satu istilah yang paling populer dipakai dalam konteks integrasi ilmu agama dan ilmu umum adalah “Islamisasi” yang bermakna to bring within Islam. Makna yang lebih luas adalah menunjuk pada proses pengislaman, di mana objeknya adalah orang atau manusia, bukan ilmu pengetahuan maupun objek lainnya.
Untuk lebih memahami mengenai konsep integrasi ilmu agama, sain dan teknologi marilah kita telaah beberapa pemikiran para tokoh/ahli yang pernah memperbincangkan tentang integrasi/islamisasi ilmu sebagai berikut:
1.    Ismail Raji al-Faruqi (1921-1986), sebagai prasyarat untuk menghilangkan dualisme sistem pendidikan, yang selanjutnya juga menghilangkan dualisme kehidupan, demi mencari solusi dari malise yang dihadapi umat, pengetahuan harus di islamisasikan, sambil menghindari perangkap dan kekurangan metodologi tradisional. Islamisasi pengetahuan itu harus mengamati sejumlah prinsip yang merupakan esensi Islam.[5]
2.    Kuntowijoyo, mengatakan inti dari integrasi adalah upaya menyatukan (bukan sekedar menggabungkan) wahyu Tuhan dan temuan manusia (ilmu-ilmu integralistik), tidak mengucilkan Tuhan (sekularisme) atau mengucilkan manusia (other worldly asceticisme).[6]
3.    Amin Abdullah, dengan konsepnya integrasi-interkoneksi yang menjadi trend baru bagi civitas akademika dalam mengembangkan disiplin keilmuan baik di tingkat pendidikan dasar hingga perguruan tinggi. Paradigma integrasi-interkoneksi ingin menunjukkan bahwa antar berbagai bidang keilmuan tersebut sebenarnya saling memiliki keterkaitan, karena memang yang dibidik oleh seluruh disiplin keilmuan itu adalah realitas alam semesta yang sama. Hanya saja, dimensi dan fokus yang dilihat oleh masing-masing disiplin keilmuan berbeda.[7]
Selain beberapa pendapat para ahli diatas, beberapa UIN di Indonesia juga memaknai integrasi keilmuan sesuai dengan karakteristik kelembagaan mereka masing-masing. Namun secara substansial sesungguhnya mengacu pada muara yang sama, yakni peniadaan dikotomi antara kebenaran wahyu dan kebenaran sains. Dengan kata lain, integrasi keilmuan sesungguhnya ingin memadukan kebenaran wahyu (agama) dengan kebenaran sains yang diimplementasikan dalam proses pendidikan. Namun demikian, konsep integrasi keilmuan di masing-masing UIN memiliki keragaman redaksional dan elaborasi yang sangat kontekstual dengan lingkungan masing-masing UIN. Berikut gambaran konsep integrasi keilmuan di 6 UIN se-Indonesia berdasarkan paradigma keilmuan yang dikembangkan:[8]
NO
NAMA UIN
KONSEP INTEGRASI KEILMUAN
1
UIN Sultan Syarif Kasim, Riau
Integrasi keilmuan merupakan penggabungan antara ilmu agama dan umum. Untuk mencapai ini, tidak cukup dengan memberikan justifikasi ayat al-Qur’an dan memberikan label Islam pada setiap penemuan sains, tetapi perlu ada perubahan paradigma pada basis keilmuan barat agar sesuai dengan khazanah keilmuan Islam yang berkaitan dengan realitas metafisik, religius dan teks suci.
2
UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta
Integrasi keilmuan merupakan perpaduan intern ilmu agama dan intren ilmu umum. Perpaduan ini mencakup 3 aspek, yakni; integrasi ontologis, klasifikasi ilmu dan metodologis.
3
UIN Sunan Gunung Djati, Bandung
Integrasi keilmuan merupakan integrasi ayat-ayat qauliyyah  dan kauniyyah yang mencakup aspek ontologis, epistemologis, dan aksiologis. Integrasi keilmuan mengikuti filosofi 3 komponen roda, yakni poros (as), jari-jari (velg) dan ban (tire). Ketiga komponen tersebut  bekerja secara simultan sesuai dengan fungsinya.
4
UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta
Integrasi-interkoneksi merupakan bangunan keilmuan universal yang tidak memisahkan antara wilayah agama dan ilmu. Integrasi keilmuan adalah integrasi hadhârah al nash, al-ilm dan al-falsafah yang dilakukan melalui 2 model, yakni; integrasi-interkoneksi dalam wilayah internal ilmu-ilmu keislaman, dan integrasi-interkoneksi ilmu-ilmu keislaman dengan ilmu-ilmu umum.
5
UIN Maulana Malik Ibrahim, Malang
Integrasi keilmuan merupakan penggabungan  ilmu agama dan ilmu umum dalam satu kesatuan. Kedua jenis ilmu yang berasal dari sumber yang berbeda itu harus dikaji secara bersama-sama dan simultan. Mendalami ilmu yang bersumber dari al-Qur’an dan hadis hukumnya wajib ain, sedangkan mendalami ilmu yang bersumber dari manusia hukumnya wajib kifâyah.
6
UIN Alauddin, Makassar
Integrasi keilmuan merupakan perpaduan antara ilmu-ilmu agama keislaman dengan ilmu-ilmu umum sains dan teknologi.
Adapun proses integrasi ilmu dalam penyelenggaraan pendidikan secara filosofis dapat dilakukan dengan bermacam model. Upaya pembendungan dikhotomi ilmu ini dapat dilakukan dengan upaya integrasi ilmu dalam Pendidikan Islam yang dimuat dalam tiga model islamisasi pengetahuan, yaitu: model purifikasi, modernisasi Islam dan Neo-Modernisme.[9] Islamisasi Model Purifikasi, bermakna pembersihan atau penyucian, yang mana proses Islamisasi berusaha menyelenggarakan ilmu pengetahuan agar sesuai dengan nilai dan norma Islam secara kaffah. Islamisasi Model Modernisasi Islam, berarti proses perubahan menurut fitrah atau sunnatullah. Islamisasi model ini cenderung mengembangkan pesan Islam dalam proses perubahan sosial, perkembangan IPTEK, adaktif terhadap perkembangan zaman tanpa harus meninggalkan sikap kritis terhadap unsur negatif dan proses modernisasi. Islamisasi Model Neo-Modernisme, berusaha memahami ajaran-ajaran dan nilai-nilai mendasar yang terkandung dalam al-Quran dan al-Hadits dengan mempertimbangkan khazanah intelektual Muslim klasik serta mencermati kesulitan-kesulitan dan kemudahan-kemudahan yang ditawarkan IPTEK.[10]
Adapun secara umum model integrasi keilmuan dapat dikelompokkan ke dalam model-model berikut ini:
1.    Model integrasi keilmuan IFIAS (International Federation of Institutes of Advance Study) muncul pertama kali dalam seminar tentang "Knowledge and Values", di Stickholm pada September 1984. Pendekatan Islam pada sains dibangun di atas landasan moral dan etika yang absolut dengan sebuah bangunan yang dinamis berdiri di atasnya. Akal dan objektivitas dianjurkan dalam rangka menggali ilmu pengetahuan ilmiah, di samping menempatkan upaya intelektual dalam batas etika dan nilai Islam.
2.    Model yang dikembangkan oleh Akademi Sains Islam Malaysia (ASASI) pada Mei 1977. Yang berpandangan bahwa ilmu tidak terpisah dari prinsip-prinsip Islam. Model ASASI ingin mendukung dan mendorong pelibatan nilai-nilai dan ajaran Islam dalam kegiatan penelitian ilmiah, menggalakkan kajian keilmuan di kalangan masyarakat,  dan menjadikan Al-Qur’an sebagai sumber inspirasi dan petunjuk serta rujukan dalam kegiatan keilmuan.
3.     Model Islamic Worldview, Model ini berangkat dari pandangan bahwa pandangan dunia Islam (Islamic worldview) merupakan dasar bagi epistemologi keilmuan Islam secara menyeluruh dan integral.
4. Model Struktur Pengetahuan Islam (SPI), membangun SPI sebagai bagian dari upaya mengembangkan hubungan yang komprehensif antara ilmu dan agama, hanya mungkin dilakukan jika umat Islam mengakui kenyataan bahwa pengetahuan (knowledge) secara sistematik telah diorganisasikan dan dibagi ke dalam sejumlah disiplin akademik.
5.    Model Bucaillisme, mencari kesesuaian penemuan ilmiah dengan ayat Al-Qur’an.
6.   Model integrasi keilmuan berbasis Filsafat Klasik, berusaha menggali warisan filsafat Islam klasik. Salah seorang yang berpengaruh dalam gagasan ini adalah Seyyed Hossein Nasr. Menurutnya pemikir Muslim klasik berusaha memasukkan Tauhid ke dalam skema teori mereka.
7.  Model integrasi keilmuan berbasis Tasawuf, penggagasnya ialah Syed Muhammad Naquib al-Attas, yang kemudian ia istilahkan dengan konsep Islamisasi Ilmu Pengetahuan (Islamization of Knowledge).
8.    Model integrasi keilmuan berbasis Fiqh, digagas oleh Ismail Raji al-Faruqi tahun 1982 ia menulis buku berjudul Islamization of Knowledge: General Principles and Work Plan diterbitkan oleh International Institute of Islamic Thought, Washington.
9.    Model kelompok Ijmali (Ijmali Group), dipelopori oleh Ziauddin Sardar. Menurutnya tujuan sains Islam bukan untuk mencari kebenaran akan tetapi melakukan penyelidikan sains menurut kehendak masyarakat Muslim berdasarkan etos Islam yang digali dari Al-Qur’an.
10.      Model kelompok Aligargh (Aligargh Group), dipelopori oleh Zaki Kirmani Aligargh University, India. Model ini menyatakan bahwa sains Islam berkembang dalam suasana ‘ilm dan tasykir untuk menghasilkan gabungan ilmu dan etika. Pendek kata, sains Islam adalah sekaligus sains dan etika.

C.      Tujuan Integrasi Ilmu
Asumsi umat islam bahwa sains yang berasal dari negara barat dianggap sebagai pengetahuan yang sekuler sehingga ilmu tersebut harus ditolak merupakan asumsi yang tidak tepat. Sains yang sebenarnya merupakan hasil pembacaan manusia terhadap ayat-ayat Allah SWT, apabila sains kehilangan dimensi spiritualnya akan mengakibatkan malapetaka yang merugikan manusia.[11] Salah satu upaya untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan cara mengintegrasikan intern ilmu agama dan sains, upaya ini sudah dikembangkan oleh PTAI yang mulai mencoba inklusif menerapkan metode integrasi keilmuan dalam pembelajarannya. Sehingga tujuan dari integrasi ilmu agama, sains dan teknologi adalah mampu menciptakan karakter peserta didik yang berbudi pekerti Islami serta memiliki motivasi dan visi pengembangan sains dan teknologi demi peningkatan kualitas hidup masyarakat Islam menuju peradaban yang tinggi berlandaskan asas Islam.
Integrasi antara ilmu agama, sains dan teknologi merupakan solusi yang dapat ditawarkan guna menjawab kemelut fenomena dikhotomi pendidikan Islam saat ini. Dengan kata lain, integrasi ilmu merupakan solusi terbaik untuk meningkatkan kualitas pendidikan Islam, agar senantiasa dapat dikembangkan menembus waktu dan ruang tanpa adanya jerat dan aral yang menghadang langkah-langkah kemajuan manusia dalam mengaktualisasikan diri sebagai ‘abdun sekaligus khalifatullah  fil a’-Ardh.

D.      Konsep Ilmu Pendidikan, Agama Islam dan Sains
Pada dasarnya setiap cabang keilmuan memiliki beberapa konsep, karakteristik, metodologi, dan cara pengembangan serta penyampaian yang berbeda. Begitu juga dengan ilmu pendidikan, agama Islam dan sains tentu dilandasi dengan dasar yang berbeda, dikarenakan ketiganya memiliki karakteristik dan para ahli yang menguasai bidangnya masing-masing. Meskipun sebenarnya diantara ketiganya memiliki hubungan dan mampu di integrasikan satu sama lain.
Untuk lebih memahami konsep dasar ke tiga cabang keilmuan diatas bisa di jelaskan dengan bagan berikut :
ILMU PENDIDIKAN
TEKNOLOGI
AGAMA ISLAM
ALLAH
 (Al-Qur’an Hadits)

SAINS
MANUSIA
MANUSIA
KARAKTER
 







PERADABAN
DOGMA/AJARAN

KEBUDAYAANAN




















Makna dari bagan diatas sebagai berikut :
1.    Konsep ilmu pendidikan
Ilmu pendidikan dirumuskan dan dikembangkan oleh manusia sejak berabad yang lalu hingga sekarang. Menurut Plato pendidikan adalah cara mengasuh jasmani, rohani supaya sampai kepada keindahan dan kesempurnaan yang dapat dicapai. Jules Simon mengatakan pendidikan ialah jalan untuk merubah akal menjadi akal yang lain dan merubah hati menjadi hati yang lain[12]. Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan merupakan proses pembudayaan yakni suatu usaha memberikan nilai-nilai luhur kepada generasi baru dalam masyarakat yang tidak hanya bersifat pemeliharaan tetapi juga dengan maksud memajukan serta memperkembangkan kebudayaan menuju ke arah keluhuran hidup kemanusiaan.
Ilmu pendidikan sendiri adalah ilmu yang mempelajari cara-cara mengasuh anak mencapai status manusia dewasa, kedewasaan diartikan sebagai kemampuan mengambil keputusan mengenai diri sendiri dan mampu mempertanggung jawabkan  kepada dirinya sendiri pula[13]. Ilmu pendidikan termasuk ilmu pengetahuan empiris karena obyeknya adalah situasi pendidikan yang terdapat pada dunia pengalaman. Ilmu pendidikan ialah ilmu yang normatif karena berdasar atas pemilihan antara yang baik dan yang tidak baik untuk manusia pada umumnya. Ilmu pendidikan adalah ilmu pengetahuan praktis karena yang diuraikan didalam ilmu tersebut dilaksanakan didalam kegiatan pendidikan. Jadi ilmu pendidikan merupakan suatu ilmu yang berdiri sendiri yang memenuhi sifat-sifat ilmiah dari ilmu pengetahuan[14].
2.    Konsep agama Islam
Dalam sudut pandang umat islam, islam merupakan satu-satunya agama yang diridhoi oleh Allah, serta memiliki dogma ajaran dan landasan hukum yang wajib di imani dan dijalankan oleh umatnya untuk mencapai keselamatan hidup di dunia dan akhirat berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits, sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an Surat Ali-Imran : 19
¨bÎ) šúïÏe$!$# yYÏã «!$# ÞO»n=óM}$# 3 ÇÊÒÈ
Artinya : Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam.[15]
Dan dalam Surat Al-Ma'idah : 3
tPöquø9$# àMù=yJø.r& öNä3s9 öNä3oYƒÏŠ àMôJoÿøCr&ur öNä3øn=tæ ÓÉLyJ÷èÏR àMŠÅÊuur ãNä3s9 zN»n=óM}$# $YYƒÏŠ ÇÌÈ
Artinya : Pada hari Ini Telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan Telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan Telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu..[16]
3.    Konsep sains
Sains merupakan kata benda “Noun” yang berarti ilmu pengetahuan atau pengetahuan yang sistematis tentang alam dan dunia fisik. Sains  diperoleh dari hasil observasi, penelitian, dan uji coba yg mengarah pada penentuan sifat dasar atau prinsip sesuatu yang sedang diselidiki dan dipelajari.[17] Sains dikembangkan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup menuju kepada peradaban dan kualitas hidup yang lebih baik. Tokoh sains barat antara lain Albert Einsten, Galileo Galilei, Isaac Newton, James Watt, Louis Pasteur, Thomas Alva Edison. Sedangkan di dunia Islam kita kenal antara lain Ibnu Battutah, Ibnu Sina, Ibnu Maskawaih, Ibnu Khaldun. Para tokoh diatas selain ahli dalam bidangnya mereka juga menguasai ilmu lain, dalam artian mereka mampu mengintegrasikan satu cabang ilmu dengan ilmu lain sehingga mampu memberikan perubahan yang lebih bervariasi dan bermanfaat dalam bidang keilmuan masing-masing. Seperti contoh Ibnu Khaldun tersohor sebagai bapak sosiologi dan ekonomi islam, beliaulah penggagas pertama ilmu ekonomi empiris (sistem harga, hukum penawaran permintaan, tata nilai. Konsumsi, produksi, modal) dalam merumuskan suatu teori ternyata beliau mengintegrasikan berbagai ilmu seperti sosiologi, agama, ekonomi dan sebagainya.[18]
E.       Hubungan Pendidikan, Agama Islam, dan Sains
Sebelum mencapai tahap integrasi PAI dengan Sains maka perlu dilakukan pemetaan hubungan dari ketiga bidang keilmuan sains, agama islam dan pendidikan, untuk itu perhatikan bagan di bawah:
Cara menyampaikan
AGAMA ISLAM
Pembuktian kebenaran
ajaran
 




SAINS
PENDIDIKAN

1.        Hubungan agama Islam dengan pendidikan
Pendidikan berorientasi pada cara menyampaikan suatu ilmu / pengetahuan dengan menggunakan metode / strategi pengajaran yang tepat untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Sedangkan agama islam berisi ajaran, doktrin dan tuntunan bagi umat islam dalam menjalani kehidupan di dunia agar sesuai syariat yang termaktub dalam Al-Qur’an dan Hadits sebagai bekal menuju kehidupan di akhirat. Dalam menyampaikan ajaran agama islam kepada orang lain, diperlukan metode / strategi yang tepat supaya penyampaian ajaran keagaaman itu sesuai yang diharapkan agama dan tidak mengalami kesalahan persepsi / pemahaman, tepat sasaran, mencapai tujuan dan bisa diterima serta di amalkan. Untuk mencapai tujuan keagamaan tersebut maka diperlukan cara pengajaran yang tepat berupa ilmu pendidikan, disinilah letak hubungan erat keduanya. Sehingga di era sekarang kita mengenal ilmu pendidikan agama Islam (PAI) / pendidikan Islam.
Pendidikan Islam adalah suatu sistem kependidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba Allah sebagaimana Islam telah menjadi pedoman bagi seluruh aspek kehidupan manusia baik duniawi maupun ukhrawi. Karena luasnya jangkauan yang harus digarap oleh pendidikan Islam maka pendidikan Islam tetap terbuka terhadap tuntutan kesejahteraan umat manusia baik tuntutan di bidang IPTEK maupun kebutuhan rohaniah sehingga pendidikan Islam berwatak akomodatif terhadap perubahan zaman sesuai norma-norma kehidupan Islam.[19]
2.        Hubungan pendidikan dengan sains
Sains merupakan ilmu tentang pembuktian suatu kebenaran / teori / hukum-hukum alam dan sosial secara ilmiah untuk mengetahui, mencari dan menyelesaikan permasalahan yang ada di alam maupun sosial kemasyarakatan sehingga lebih banyak berorientasi pada penelitian / kegiatan ilmiah. Dalam menyampaikan dan mengajarkan hasil penelitian ilmiah kepada masyarakat agar lebih berguna dan bermanfaat diperlukan ilmu pendidikan yang memiliki strategi tepat sehingga mudah diterima, dimengerti dan dipelajari oleh masyarakat. Dunia pendidikan juga membutuhkan peran sains untuk menambah khasanah keilmuan dasi hasil penelitian sains. Disinilah letak hubungan erat keduanya dalam membentuk simbiosis mutualisme pengetahuan.
3.        Hubungan agama Islam dengan sains
Islam sangat menghargai ilmu pengetahuan (sains), sains dan agama merupakan karunia Allah yang semata-mata diberikan kepada umat manusia. Manusia mempunyai kecenderungan untuk menuju kearah yang benar dan suci serta tidak dapat hidup tanpa menyucikan dan memuja sesuatu, inilah kecenderungan iman yang merupakan fitrah manusia. Manusia juga memiliki kecenderungan untuk selalu memahami alam semesta serta berkemampuan memandang masa lalu, sekarang dan akan datang yang kesemuanya merupakan ciri khas ilmu pengetahuan (sains). Oleh karena itu agama Islam dan sains harus diupayakan selalu sejalan dan islam adalah agama yang memadukan keduanya.[20]
Islam sebagai sebuah agama memiliki sumber dasar hukum berupa Al-Qur’an dan Hadits Nabi, didalam kedua sumber hukum ini banyak tersirat ajaran, dogma, hingga semua ilmu pengetahuan yang dibutuhkan manusia baik yang bersifat ilmu sosial, alam, matematis dan sebagainya. Akan tetapi  pembahasan keilmuan dalam Al-Qur’an dan Hadits menggunakan gaya bahasa yang singkat, menantang serta membutuhkan penelitian dan pemikiran yang lebih lanjut dari manusia. Untuk membuktikan kebenaran dalam ajaran islam maka dibutuhkan sebuah penelitian yang bersifat ilmiah, dimana hasil dari penelitian tersebut akan mampu membuktikan keaslian Al-Qur’an sebagai wahyu dari Allah SWT. Disinilah letak hubungan sains dengan agama Islam, sains sebagai pembukti kebenaran secara ilmiah apa saja yang terkandung di dalam Al-Qur’an sehingga masyarakat dapat mempercayai akan kebenaran ajaran Islam.

F.       Konsep Integrasi PAI dan sains
Dewasa ini antara ilmu pendidikan dengan agama Islam di Indonesia telah berintegrasi dan membentuk suatu ilmu baru berupa Ilmu Pendidikan Agama Islam (PAI). Untuk itu proses integrasinya tidak kami bahas dalam pembahasan ini. Pendidikan agama Islam (PAI) sebagai Mapel wajib ditingkat SD, SMP, SMA dan sederajat serta menjadi mata kuliah umum (MKU) di perguruan tinggi (PT) umum tentunya sangat berperan sebagai penopang satu-satunya ilmu keagamaan di sekolah-sekolah / PT umum di Indonesia.
Peran strategis PAI untuk membentuk karakter / kepribadian islami siswa dan mengajarkan ilmu keislaman di sekolah / PT umum di Indonesia baik yang berstatus swasta maupun negeri membutuhkan sentuhan strategi pengajaran yang berbeda dibandingkan dengan sekolah atau PT agama Islam (PTAI). Perbedaan itu terletak pada kuantitas muatan keagamaan yang sangat terbatas di sekolah / PT umum jika di bandingkan dengan sekolah / PTAI, karena di sekolah / PT umum muatan keagamaan hanya terdapat pada Mapel / Makul PAI dan didominasi oleh muatan umum sesuai jurusan sekolah / PT tersebut. Permasalahan lainnya adalah input dan minat siswa tentang ilmu agama Islam juga sangat minim. Akan tetapi hal positifnya ialah minat dan kesempatan siswa mempelajari sains lebih besar sehingga dapat diarahkan pada pengembangan sains sesuai nilai-nilai keislaman serta belajar membuktikan secara ilmiah apa yang terkandung didalam Al-Qur’an dan Hadits.
Tantangan bagi guru / dosen PAI di era globalisasi ialah disatu sisi memiliki kewajiban mengajarkan agama islam yang sangat luas pembahasannya disatu sisi bagaimana menyesuaikan pembahasan materi PAI dengan muatan sains yang ada sesuai jalur pendidikan yang ditempuh siswa supaya minat, motivasi siswa semakin tinggi serta mereka mampu berfikir dan membuktikan secara ilmiah kebenaran ajaran agama sehingga meningkatkan kesadaran keimanan mereka. Disinilah konsep integrasi PAI dan Sains berlaku yaitu dengan memasukkan nuansa sains didalam pembelajaran PAI. Lihat gambar di bawah ini:
                   
Konsep / rancangan integrasi PAI dan sains tidak hanya berlaku di sekolah / PT umum saja tapi diharapkan dapat diterapkan di sekolah / PT agama islam sesuai dengan cabang keilmuan masing – masing untuk lebih meningkatkan kualitas dan daya saingnya. Proses integrasi PAI dan Sains tidak serta merta harus meleburkan dua keilmuan itu menjadi satu cabang ilmu baru namun lebih kepada  proses penalaran / pemikiran secara kontekstual ajaran-ajaran islam dengan disertai teori atau penemuan secara ilmiah sehingga keaslian ilmu PAI dan sains tetap terjaga serta bisa menjadi control satu sama lain. Konsep integrasi PAI dan sains hampir sama dengan konsep kurikulum 2013 dimana satu muatan keilmuan bisa disisipi oleh muatan keilmuan lainnya yang saling berhubungan / relefan sehingga terjalin pemikiran yang utuh dan saling menyambung serta melengkapi.

G.      Mekanisme dan Tujuan Integrasi PAI dan Sains
Untuk dapat lebih memahami tentang konsep integrasi PAI dan sains maka kita perlu mengetahui mekanisme / proses terjadinya integrasi PAI dan sains serta tujuan dari integrasi PAI dan sains. untuk lebih memudahkan pemahaman tentang mekanisme dan tujuan integrasi PAI dan sains lihatlah gambar dibawah ini:






Masyarakat Islami berperadaban
 



PAI
Penyampaian dogma/ajaran
(guru)
Penelitian ilmiah, (ilmuan)
                               
Pendidikan sains
 



1.        Mekanisme integrasi PAI dan Sains
Proses terjadinya integrasi PAI dan Sains dilandasi hubungan simbiosis mutualisme antara agama islam, ilmu pendidikan dan sains yaitu saling membutuhkan dan melengkapi satu sama lain untuk mengisi kekosongan materi keilmuan di masing-masing bidang kajian.
Pendidikan sebagai bidang keilmuan tentang cara penyampaian pengajaran dan pembelajaran yang tepat untuk diterapkan di bidang keilmuan masing-masing. Sedangkan agama islam sebagai bidang keilmuan tentang ajaran-ajaran agama membutuhkan konsep ilmu pendidikan untuk mengajarkan kepada masyarakat namun tidak menghilangkan konteks ajaran keagamaan itu, agama islam hanya membutuhkan konsep pendidikan bagaimana cara mengajarkan ilmu keagamaan yang lebih efisien efektif dan mampu di terima masyarakat modern dewasa ini. Begitu pula ilmu pendidikan membutuhkan keilmuan agama islam untuk lebih memperkaya khasanah keilmuan dan metode pengajarannya.
Sedangkan Sains berfungsi meneliti tentang perkembangan kajian PAI (agama Islam dan ilmu pendidikan) secara ilmiah yang digunakan untuk meningkatkan kajian sains sendiri, begitu juga PAI membutuhkan hasil kajian ilmiah Sains untuk meningkatkan kualitas materi pembelajaran PAI.
2.        Tujuan integrasi PAI dan Sains
Asumsi umat islam bahwa sains yang berasal dari negara barat dianggap sebagai pengetahuan yang sekuler sehingga ilmu tersebut harus ditolak merupakan asumsi yang tidak tepat. Sains yang sebenarnya merupakan hasil pembacaan manusia terhadap ayat-ayat Allah SWT, apabila sains kehilangan dimensi spiritualnya akan mengakibatkan malapetaka yang merugikan manusia.[21] Salah satu upaya untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan cara mengintegrasikan intern ilmu agama dan sains, upaya ini sudah dikembangkan oleh PTAI yang mulai mencoba inklusif menerapkan metode integrasi keilmuan dalam pembelajarannya.
Tujuan dari integrasi PAI dan sains adalah mampu menciptakan karakter peserta didik yang berbudi pekerti islami serta memiliki motivasi dan visi pengembangan sains demi peningkatan kualitas hidup masyarakat islam menuju peradaban sains yang tinggi berlandaskan asas islam.

H.      KESIMPULAN
1.    Konsep ilmu pendidikan, agama Islam dan sains
a.    Ilmu pendidikan merupakan ilmu tentang cara mengajarkan suatu materi pelajaran kepada siswa untuk membentuk karakter siswa yang berbudaya.
b.    Agama Islam sebagai salah satu agama samawi yang berasal dari Allah untuk umat manusia yang mengandung ajaran / dogma yang wajib di taati oleh umatnya.
c.    Sains merupakan ilmu yang berusaha mencari kebenaran dengan cara pembuktian secara logika disertai cara-cara yang ilmiah.
2.    Hubungan ilmu pendidikan, agama Islam dan sains
a.       Ilmu pendidikan membutuhkan materi agama Islam dan sains untuk memperkarya materi pembahasan dan khasanah keilmuannya..
b.      Agama Islam membutuhkan konsep pengajaran dari ilmu pendidikan sebagai sarana mempermudah dalam menjelaskan ajaran agama kepada manusia.
c.       Agama Islam membutuhkan peran sains dalam pembuktian secara ilmiah kebenaran dari kandungan Al-Qur’an dan Hadits.
d.       Sains memerlukan materi dari agama Islam sebagai bahan materi dalam penelitian dan pengujian ilmiah serta pengontrol dan penyeimbang dari kesesatan logika.
3.    Konsep integrasi PAI dan sains dengan cara satu / beberapa muatan keilmuan PAI bisa disisipi oleh muatan keilmuan sains yang saling berhubungan / relefan sehingga terjalin pemikiran yang utuh, saling menyambung, melengkapi dan mengontrol.
4.    Mekanisme proses terjadinya integrasi PAI dan Sains dilandasi hubungan simbiosis mutualisme antara agama islam, ilmu pendidikan dan sains yaitu saling membutuhkan dan melengkapi satu sama lain untuk mengisi kekosongan materi keilmuan di masing-masing bidang kajian.
5.    Tujuan dari integrasi PAI dan sains adalah mampu menciptakan karakter peserta didik yang berbudi pekerti islami serta memiliki motivasi dan visi pengembangan sains demi peningkatan kualitas hidup masyarakat islam menuju peradaban sains yang tinggi berlandaskan asas islam

I.         DAFTAR ISI
Mahmud Yunus, Pokok-Pokok Pendidikan dan Pengajaran, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1997).
Mochtar Bukhori, Ilmu Pendidikan dan Praktek Pendidikan Dalam Renungan, (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 1994).
Sutari Imam Barnaib, Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis, (Yogyakarta: Andi Offset, 1995).
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Departemen Agama, Al-Qur’an Mushaf Per Kata, (Bandung: Jabal).
Yayasan Pentafsir Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Mujamma’ Al Malik Fahd Li Thiba’at Al Mush-haf Asy-syarif, Madinah Al Munawarah, 1990.
Nurhasanah, Didik Tumianto, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT. Bina Sarana Pustaka, 2007).
Iqbal M. Ambara, Teguh Sutanto, Tokoh-tokoh Super Inspiratif Pewaris Nabi, (Jogjakarta: Sabil, 2012).
H.M Arifin, Ilmu Pendidikan Islam “Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner”, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006).
Hanna Djumhana Bastama, Integrasi Psikologi dengan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995).
John M. Echlos dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003).
Abuddin Nata dkk, Integrasi Ilmu Agama dan Ilmu Umum, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005).
Rizal Mustansyir, Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2002).
John M. Echlos dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003).
Nurlena Rifai, Fauzan, Wahdi Sayuti, Bahrissalim, “Integrasi Keilmuan Dalam Pengembangan Kurikulum  di UIN se-Indonesia:  Evaluasi Penerapan Integrasi Keilmuan UIN dalam Kurikulum dan Proses Pembelajaran”, Jurnal TARBIYA, Vol. I, No.1, Juni 2014.
Ida Fiteriani, “Analisis Model Integrasi Ilmu dan Agama Dalam Pelaksanaan Pendidikan  di Sekolah Dasar Islam  Bandar Lampung”, Jurnal Terampil, Vol 2, Nomor 2, Januari  2014.
Ismail Raji Al-Faruqi, Islamisasi Ilmu Pengetahuan, Terj. A. Mahyudin, (Bandung: Pustaka, 1984).
Kuntowijoyo, Islam Sebagai Ilmu, (Jakarta: Teraju, 2005).
M. Amin Abdullah, Islamic Studies Di Perguruan Tinggi Pendekatan Integratif-Interkonektif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006).
Abuddin Nata, dkk, Integrasi Ilmu, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2005).
Ramadhanita Mustika Sari, “Ambivalensi Integrasi Ilmu Agama dan Sains : Studi Transformasi Konflik dan Konsesus Pengaruh Ilmu Agama terhadap Perkembangan IPTEK di Zaman Modern”, Conference Proceeding AICIS XII.
Rizal Mustansyir, Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2002).



[1] John M. Echlos dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003), hlm. 326
[3]Nurlena Rifai, Fauzan, Wahdi Sayuti, Bahrissalim, “Integrasi Keilmuan Dalam Pengembangan Kurikulum  di UIN se-Indonesia:  Evaluasi Penerapan Integrasi Keilmuan UIN dalam Kurikulum dan Proses Pembelajaran”, Jurnal TARBIYA, Vol. I, No.1, Juni 2014, hlm. 15.
[4] Ida Fiteriani, “Analisis Model Integrasi Ilmu dan Agama Dalam Pelaksanaan Pendidikan  di Sekolah Dasar Islam  Bandar Lampung”, Jurnal Terampil, Vol 2, Nomor 2, Januari  2014, hlm. 9.
[5] Ismail Raji Al-Faruqi, Islamisasi Ilmu Pengetahuan, Terj. A. Mahyudin, (Bandung: Pustaka, 1984), hlm. 55-96.
[6] Kuntowijoyo, Islam Sebagai Ilmu, (Jakarta: Teraju, 2005), hlm. 57-58.
[7]M. Amin Abdullah, Islamic Studies Di Perguruan Tinggi Pendekatan Integratif-Interkonektif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), hlm. viii.
[8] Nurlena Rifai, Fauzan, Wahdi Sayuti, Bahrissalim, Op.Cit., hlm. 27-29.
[9] Abuddin Nata, dkk, Integrasi Ilmu, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2005), hlm.143.
[10]Ramadhanita Mustika Sari, “Ambivalensi Integrasi Ilmu Agama dan Sains : Studi Transformasi Konflik dan Konsesus Pengaruh Ilmu Agama terhadap Perkembangan IPTEK di Zaman Modern”, Conference Proceeding AICIS XII, hlm. 2050-2051.
[11] Rizal Mustansyir, Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2002), hlm. 70.
[12] Mahmud Yunus, Pokok-Pokok Pendidikan dan Pengajaran, (Jakarta: PT.Hidakarya Agung, 1997), hlm. 5.
[13] Mochtar Bukhori, Ilmu Pendidikan dan Praktek Pendidikan Dalam Renungan, (Yogyakarta: PT.Tiara Wacana, 1994), hlm. 21.
[14] Sutari Imam Barnaib, Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis, (Yogyakarta: Andi Offset, 1995), hlm.15.
[15] Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Departemen Agama, Al-Qur’an Mushaf Per Kata, (Bandung:  Jabal), hlm. 52.
[16] Yayasan Pentafsir Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Mujamma’ Al Malik Fahd Li Thiba’at Al Mush-haf Asy-syarif, Madinah Al Munawarah, 1990, hlm. 157.
[17] Nurhasanah, Didik Tumianto, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT. Bina Sarana Pustaka, 2007), hlm. 645.
[18] Iqbal M. Ambara, Teguh Sutanto, Tokoh-tokoh Super Inspiratif  Pewaris Nabi, (Jogjakarta: Sabil, 2012), hlm. 174-178.
[19] H.M Arifin, Ilmu Pendidikan Islam “Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner”, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006), Hlm. 7-8.
[20] Hanna Djumhana Bastama, Integrasi Psikologi dengan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995), hlm. 146.
[21] Rizal Mustansyir, Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2002), hlm. 70.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan tulis komentar anda