PENDIDIKAN ISLAM BERBASIS INTEGRASI ILMU
Disusun oleh : Mohammad
Saifuddin (2052115002)
Mahasiswa Pasca Sarjana
STAIN Pekalongan
A. Pendahuluan
Seiring
dengan berkembangnya zaman dan semakin
majunya peradaban serta teknologi manusia, maka semakin berkembang pula ilmu
pengetahuan (sains) di segala bidang keilmuan. Inilah yang sering membuat
masyarakat modern dewasa ini lebih cenderung menyukai, mempelajari ilmu
pengetahuan umum (sains) dari pada ilmu agama karena mereka memiliki
kecenderungan rasionalistis, realistis, ilmiah dan bersifat materialistis, mereka juga sebagian besar beranggapan ilmu agama ketinggalan
zaman. Begitu juga sebaliknya, sebagian besar umat islam juga enggan
mempelajari Ilmu pengetahuan umum (sains) karena beranggapan sains modern dapat
merusak aqidah dan banyak yang tidak sesuai syariat islam serta tidak berpahala
mempelajarinya dan tidak ada manfaatnya kelak diakhirat. Sehingga bidang keilmuan umat islam
untuk menciptakan peradaban islami yang modern tertinggal jauh dengan umat
lain.
Pemahaman
yang beragam inilah yang
perlu dibenarkan. Sejatinya islam tidak pernah melarang adanya perkembangan
ilmu pengetahuan umum (sains) dan tidak pula beranggapan haram mempelajarinya,
bahkan Islam menganjurkan umatnya untuk memikirkan dan mempelajari segala
sesuatu fenomena yang ada di alam semesta ini dengan pembuktian kebenaran secara
ilmiah apa yang telah tertuang didalam Al-qur’an. Sehingga menjadikan umat
islam cerdas pemikirannya, tinggi peradabannya dan kuat keimanannya. Begitu
pula ketika masyarakat islam di dunia modern dewasa ini dalam mempelajari sains
perlu juga di bekali dengan pengetahuan agama yang bersumber dari Al-Qur’an dan
hadits supaya mereka tidak terlalu condong kepada sifat
materialistis keduniawian serta memiliki filter
alami berupa kepekaan batin terhadap situasi disekitarnya.
Maka
dari kita sebagai seorang pendidik
agama islam perlu memiliki pengetahuan yang cukup tentang
sains sehingga mampu memahami proses dan prosedur integrasi PAI dengan ilmu
pengetahuan umum (sains). Untuk itu dalam artikel
ini kami akan memberikan pembahasan mengenai integrasi PAI dan sains. Diharapkan dengan adanya pembahasan ini umat islam dapat memaknai islam
sebagai agama yang mendorong berkembangnya ilmu pengetahuan.
B. Konsep Integrasi Ilmu
Integrasi berasal dari
bahasa Inggris Integrate, Integration yang kemudian diadaptasi kedalam
bahasa Indonesia menjadi integrasi yang berarti menyatu padukan, penggabungan.[1] Dalam
bahasa Indonesia Integrasi diartikan sebagai pembauran, menggabungkan,
menyatukan hingga menjadi kesatuan yg utuh atau bulat.[2]
Integrasi ilmu juga dimaknai sebagai sebuah proses menyempurnakan atau
menyatukan ilmu-ilmu yang selama ini dianggap dikotomis sehingga menghasilkan
satu pola pemahaman integrative
tentang konsep ilmu pengetahuan.[3]
Sehingga Integrasi ilmu merupakan usaha menggabungkan atau menyatupadukan
ontologi, epistemologi dan aksiologi ilmu-ilmu umum dan agama pada kedua bidang
tersebut.[4]
Untuk lebih memahami makna integrasi, amatilah gambar dibawah ini :
Dalam
perjalanannya, pemikiran tentang integrasi ilmu antara beberapa tokoh/ahli dan
Institusi Perguruan Tinggi di Indonesia maupun diseluruh dunia mengalami
berbagai perbedaan paradigma mulai dari penamaan istilah (keragaman redaksional
), model integrasi hingga strategi implementasi integrasi keilmuan yang dipakai,
namun memiliki konsep dan tujuan integrasi keilmuan yang sama, yakni
menghilangkan dikotomi keilmuan antara ilmu agama dan ilmu umum. Salah satu
istilah yang paling populer dipakai dalam konteks integrasi ilmu agama dan ilmu
umum adalah “Islamisasi” yang bermakna to
bring within Islam. Makna yang lebih luas adalah menunjuk pada proses
pengislaman, di mana objeknya adalah orang atau manusia, bukan ilmu pengetahuan
maupun objek lainnya.
Untuk lebih
memahami mengenai konsep integrasi ilmu agama, sain dan teknologi marilah kita
telaah beberapa pemikiran para tokoh/ahli yang pernah memperbincangkan tentang
integrasi/islamisasi ilmu sebagai berikut:
1. Ismail Raji al-Faruqi (1921-1986),
sebagai prasyarat untuk menghilangkan dualisme sistem pendidikan, yang selanjutnya
juga menghilangkan dualisme kehidupan, demi mencari solusi dari malise yang
dihadapi umat, pengetahuan harus di islamisasikan, sambil menghindari perangkap
dan kekurangan metodologi tradisional. Islamisasi pengetahuan itu harus
mengamati sejumlah prinsip yang merupakan esensi Islam.[5]
2. Kuntowijoyo, mengatakan inti dari
integrasi adalah upaya menyatukan (bukan sekedar menggabungkan) wahyu Tuhan dan
temuan manusia (ilmu-ilmu integralistik), tidak mengucilkan Tuhan (sekularisme)
atau mengucilkan manusia (other worldly
asceticisme).[6]
3. Amin Abdullah, dengan konsepnya integrasi-interkoneksi yang menjadi
trend baru bagi civitas akademika dalam mengembangkan disiplin keilmuan baik di
tingkat pendidikan dasar hingga perguruan tinggi. Paradigma integrasi-interkoneksi ingin menunjukkan
bahwa antar berbagai bidang keilmuan tersebut sebenarnya saling memiliki
keterkaitan, karena memang yang dibidik oleh seluruh disiplin keilmuan itu
adalah realitas alam semesta yang sama. Hanya saja, dimensi dan fokus yang
dilihat oleh masing-masing disiplin keilmuan berbeda.[7]
Selain beberapa
pendapat para ahli diatas, beberapa UIN di Indonesia juga memaknai integrasi
keilmuan sesuai dengan karakteristik kelembagaan mereka masing-masing. Namun
secara substansial sesungguhnya mengacu pada muara yang sama, yakni peniadaan
dikotomi antara kebenaran wahyu dan kebenaran sains. Dengan kata lain,
integrasi keilmuan sesungguhnya ingin memadukan kebenaran wahyu (agama) dengan
kebenaran sains yang diimplementasikan dalam proses pendidikan. Namun demikian,
konsep integrasi keilmuan di masing-masing UIN memiliki keragaman redaksional
dan elaborasi yang sangat kontekstual dengan lingkungan masing-masing UIN.
Berikut gambaran konsep integrasi keilmuan di 6 UIN se-Indonesia berdasarkan
paradigma keilmuan yang dikembangkan:[8]
NO
|
NAMA
UIN
|
KONSEP
INTEGRASI KEILMUAN
|
1
|
UIN Sultan Syarif
Kasim, Riau
|
Integrasi keilmuan merupakan
penggabungan antara ilmu agama dan umum. Untuk mencapai ini, tidak cukup
dengan memberikan justifikasi ayat al-Qur’an dan memberikan label Islam pada
setiap penemuan sains, tetapi perlu ada perubahan paradigma pada basis keilmuan
barat agar sesuai dengan khazanah keilmuan Islam yang berkaitan dengan
realitas metafisik, religius dan teks suci.
|
2
|
UIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta
|
Integrasi keilmuan merupakan
perpaduan intern ilmu agama dan intren ilmu umum. Perpaduan ini mencakup 3
aspek, yakni; integrasi ontologis, klasifikasi ilmu dan metodologis.
|
3
|
UIN Sunan Gunung
Djati, Bandung
|
Integrasi keilmuan merupakan
integrasi ayat-ayat qauliyyah dan kauniyyah
yang mencakup aspek ontologis, epistemologis, dan aksiologis. Integrasi keilmuan
mengikuti filosofi 3 komponen roda, yakni poros (as), jari-jari (velg) dan
ban (tire). Ketiga komponen tersebut
bekerja secara simultan sesuai dengan fungsinya.
|
4
|
UIN Sunan Kalijaga,
Yogyakarta
|
Integrasi-interkoneksi merupakan
bangunan keilmuan universal yang tidak memisahkan antara wilayah agama dan
ilmu. Integrasi keilmuan adalah integrasi hadhârah
al nash, al-ilm dan al-falsafah yang dilakukan melalui 2
model, yakni; integrasi-interkoneksi dalam wilayah internal ilmu-ilmu
keislaman, dan integrasi-interkoneksi ilmu-ilmu keislaman dengan ilmu-ilmu
umum.
|
5
|
UIN Maulana Malik
Ibrahim, Malang
|
Integrasi keilmuan merupakan
penggabungan ilmu agama dan ilmu umum
dalam satu kesatuan. Kedua jenis ilmu yang berasal dari sumber yang berbeda
itu harus dikaji secara bersama-sama dan simultan. Mendalami ilmu yang
bersumber dari al-Qur’an dan hadis hukumnya wajib ain, sedangkan mendalami
ilmu yang bersumber dari manusia hukumnya wajib kifâyah.
|
6
|
UIN Alauddin,
Makassar
|
Integrasi keilmuan merupakan
perpaduan antara ilmu-ilmu agama keislaman dengan ilmu-ilmu umum sains dan
teknologi.
|
Adapun proses
integrasi ilmu dalam penyelenggaraan pendidikan secara filosofis dapat
dilakukan dengan bermacam model. Upaya pembendungan dikhotomi ilmu ini dapat
dilakukan dengan upaya integrasi ilmu dalam Pendidikan Islam yang dimuat dalam
tiga model islamisasi pengetahuan, yaitu: model purifikasi, modernisasi Islam
dan Neo-Modernisme.[9]
Islamisasi Model Purifikasi, bermakna pembersihan atau penyucian, yang mana proses
Islamisasi berusaha menyelenggarakan ilmu pengetahuan agar sesuai dengan nilai
dan norma Islam secara kaffah. Islamisasi
Model Modernisasi Islam, berarti proses perubahan menurut fitrah atau sunnatullah. Islamisasi model ini
cenderung mengembangkan pesan Islam dalam proses perubahan sosial, perkembangan
IPTEK, adaktif terhadap perkembangan zaman tanpa harus meninggalkan sikap
kritis terhadap unsur negatif dan proses modernisasi. Islamisasi Model
Neo-Modernisme, berusaha memahami ajaran-ajaran dan nilai-nilai mendasar yang
terkandung dalam al-Quran dan al-Hadits dengan mempertimbangkan khazanah
intelektual Muslim klasik serta mencermati kesulitan-kesulitan dan
kemudahan-kemudahan yang ditawarkan IPTEK.[10]
Adapun secara
umum model integrasi keilmuan dapat dikelompokkan ke dalam model-model berikut
ini:
1. Model integrasi keilmuan IFIAS (International Federation of Institutes of
Advance Study) muncul pertama kali dalam seminar tentang "Knowledge and Values", di Stickholm
pada September 1984. Pendekatan Islam pada sains dibangun di atas landasan
moral dan etika yang absolut dengan sebuah bangunan yang dinamis berdiri di
atasnya. Akal dan objektivitas dianjurkan dalam rangka menggali ilmu
pengetahuan ilmiah, di samping menempatkan upaya intelektual dalam batas etika
dan nilai Islam.
2. Model yang dikembangkan oleh Akademi
Sains Islam Malaysia (ASASI) pada Mei 1977. Yang berpandangan bahwa ilmu tidak
terpisah dari prinsip-prinsip Islam. Model ASASI ingin mendukung dan mendorong
pelibatan nilai-nilai dan ajaran Islam dalam kegiatan penelitian ilmiah,
menggalakkan kajian keilmuan di kalangan masyarakat, dan menjadikan Al-Qur’an sebagai sumber
inspirasi dan petunjuk serta rujukan dalam kegiatan keilmuan.
3. Model Islamic
Worldview, Model ini berangkat dari pandangan bahwa pandangan dunia Islam (Islamic worldview) merupakan dasar bagi
epistemologi keilmuan Islam secara menyeluruh dan integral.
4. Model Struktur Pengetahuan Islam (SPI),
membangun SPI sebagai bagian dari upaya mengembangkan hubungan yang
komprehensif antara ilmu dan agama, hanya mungkin dilakukan jika umat Islam
mengakui kenyataan bahwa pengetahuan (knowledge)
secara sistematik telah diorganisasikan dan dibagi ke dalam sejumlah disiplin
akademik.
5. Model Bucaillisme, mencari kesesuaian penemuan ilmiah dengan ayat Al-Qur’an.
6. Model integrasi keilmuan berbasis
Filsafat Klasik, berusaha menggali warisan filsafat Islam klasik. Salah seorang
yang berpengaruh dalam gagasan ini adalah Seyyed Hossein Nasr. Menurutnya pemikir
Muslim klasik berusaha memasukkan Tauhid ke dalam skema teori mereka.
7. Model integrasi keilmuan berbasis Tasawuf,
penggagasnya ialah Syed Muhammad Naquib al-Attas, yang kemudian ia istilahkan
dengan konsep Islamisasi Ilmu Pengetahuan (Islamization
of Knowledge).
8. Model integrasi keilmuan berbasis Fiqh,
digagas oleh Ismail Raji al-Faruqi tahun 1982 ia menulis buku berjudul Islamization of Knowledge: General
Principles and Work Plan diterbitkan oleh International Institute of Islamic Thought, Washington.
9. Model kelompok Ijmali (Ijmali Group), dipelopori oleh Ziauddin
Sardar. Menurutnya tujuan sains Islam bukan untuk mencari kebenaran akan tetapi
melakukan penyelidikan sains menurut kehendak masyarakat Muslim berdasarkan
etos Islam yang digali dari Al-Qur’an.
10. Model
kelompok Aligargh (Aligargh Group),
dipelopori oleh Zaki Kirmani Aligargh University, India. Model ini menyatakan
bahwa sains Islam berkembang dalam suasana ‘ilm
dan tasykir untuk menghasilkan
gabungan ilmu dan etika. Pendek kata, sains Islam adalah sekaligus sains dan
etika.
C.
Tujuan Integrasi Ilmu
Asumsi umat islam bahwa sains yang berasal dari
negara barat dianggap sebagai pengetahuan yang sekuler sehingga ilmu tersebut
harus ditolak merupakan asumsi yang tidak tepat.
Sains yang sebenarnya merupakan hasil pembacaan manusia terhadap ayat-ayat
Allah SWT, apabila sains kehilangan dimensi spiritualnya akan mengakibatkan
malapetaka yang merugikan manusia.[11] Salah satu upaya
untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan cara mengintegrasikan intern
ilmu agama dan sains, upaya ini sudah dikembangkan oleh PTAI yang mulai mencoba
inklusif menerapkan metode integrasi keilmuan dalam pembelajarannya. Sehingga tujuan dari integrasi ilmu agama, sains dan teknologi adalah mampu
menciptakan karakter peserta didik yang berbudi pekerti Islami serta memiliki motivasi dan visi
pengembangan sains dan teknologi demi peningkatan kualitas hidup
masyarakat Islam menuju peradaban
yang tinggi berlandaskan asas Islam.
Integrasi antara
ilmu agama, sains dan
teknologi merupakan solusi yang dapat ditawarkan guna menjawab kemelut fenomena
dikhotomi pendidikan Islam saat ini. Dengan kata lain, integrasi ilmu merupakan
solusi terbaik untuk meningkatkan kualitas pendidikan Islam, agar senantiasa
dapat dikembangkan menembus waktu dan ruang tanpa adanya jerat dan aral yang
menghadang langkah-langkah kemajuan manusia dalam mengaktualisasikan diri
sebagai ‘abdun sekaligus khalifatullah fil a’-Ardh.
D. Konsep Ilmu Pendidikan, Agama Islam dan Sains
Pada dasarnya setiap cabang keilmuan memiliki beberapa konsep, karakteristik,
metodologi, dan cara pengembangan serta penyampaian yang
berbeda. Begitu juga dengan ilmu pendidikan, agama Islam dan sains tentu
dilandasi dengan dasar yang berbeda, dikarenakan ketiganya memiliki
karakteristik dan para ahli yang menguasai bidangnya masing-masing. Meskipun
sebenarnya diantara ketiganya memiliki hubungan dan mampu di integrasikan satu
sama lain.
Untuk lebih memahami konsep dasar ke tiga cabang keilmuan diatas
bisa di jelaskan dengan bagan berikut :
|
Makna dari bagan diatas sebagai berikut :
1.
Konsep ilmu pendidikan
Ilmu pendidikan dirumuskan dan dikembangkan oleh
manusia sejak berabad yang lalu hingga sekarang. Menurut Plato pendidikan adalah
cara mengasuh jasmani, rohani supaya sampai kepada keindahan dan kesempurnaan
yang dapat dicapai. Jules Simon mengatakan pendidikan ialah jalan untuk merubah
akal menjadi akal yang lain dan merubah hati menjadi hati yang lain[12]. Sedangkan menurut Ki Hajar
Dewantara pendidikan merupakan proses pembudayaan yakni suatu usaha memberikan
nilai-nilai luhur kepada generasi baru dalam masyarakat yang tidak hanya
bersifat pemeliharaan tetapi juga dengan maksud memajukan serta
memperkembangkan kebudayaan menuju ke arah keluhuran hidup kemanusiaan.
Ilmu pendidikan sendiri adalah ilmu yang
mempelajari cara-cara mengasuh anak mencapai status manusia dewasa, kedewasaan
diartikan sebagai kemampuan mengambil keputusan mengenai diri sendiri dan mampu
mempertanggung jawabkan kepada dirinya
sendiri pula[13].
Ilmu pendidikan termasuk ilmu pengetahuan empiris karena obyeknya adalah
situasi pendidikan yang terdapat pada dunia pengalaman. Ilmu pendidikan ialah
ilmu yang normatif karena berdasar atas pemilihan antara yang baik dan yang
tidak baik untuk manusia pada umumnya. Ilmu pendidikan adalah ilmu pengetahuan
praktis karena yang diuraikan didalam ilmu tersebut dilaksanakan didalam
kegiatan pendidikan. Jadi ilmu pendidikan merupakan suatu ilmu yang berdiri
sendiri yang memenuhi sifat-sifat ilmiah dari ilmu pengetahuan[14].
2.
Konsep agama Islam
Dalam sudut pandang umat islam, islam merupakan satu-satunya
agama yang diridhoi oleh Allah, serta memiliki dogma ajaran dan landasan hukum
yang wajib di imani dan dijalankan oleh umatnya untuk mencapai keselamatan hidup di dunia
dan akhirat berdasarkan
Al-Qur’an dan Hadits, sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an Surat
Ali-Imran : 19
¨bÎ) úïÏe$!$#
yYÏã
«!$# ÞO»n=óM}$#
3
ÇÊÒÈ
Dan dalam Surat Al-Ma'idah : 3
tPöquø9$# àMù=yJø.r& öNä3s9 öNä3oYÏ àMôJoÿøCr&ur öNä3øn=tæ ÓÉLyJ÷èÏR àMÅÊuur ãNä3s9 zN»n=óM}$# $YYÏ ÇÌÈ
Artinya : Pada hari
Ini Telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan Telah Ku-cukupkan kepadamu
nikmat-Ku, dan Telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu..[16]
3. Konsep sains
Sains merupakan kata
benda “Noun” yang berarti ilmu pengetahuan atau pengetahuan yang sistematis
tentang alam dan dunia fisik. Sains diperoleh dari hasil observasi, penelitian,
dan uji coba yg mengarah pada penentuan sifat dasar atau prinsip sesuatu yang
sedang diselidiki dan dipelajari.[17] Sains dikembangkan oleh
manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup menuju kepada peradaban dan kualitas
hidup yang lebih baik. Tokoh sains barat antara lain Albert Einsten, Galileo
Galilei, Isaac Newton, James Watt, Louis Pasteur, Thomas Alva Edison. Sedangkan di dunia Islam kita kenal antara lain Ibnu Battutah, Ibnu
Sina, Ibnu Maskawaih, Ibnu Khaldun. Para tokoh diatas selain ahli dalam
bidangnya mereka juga menguasai ilmu lain, dalam artian mereka mampu
mengintegrasikan satu cabang ilmu dengan ilmu lain sehingga mampu memberikan
perubahan yang lebih bervariasi dan bermanfaat dalam bidang keilmuan masing-masing.
Seperti contoh Ibnu Khaldun tersohor sebagai bapak sosiologi dan ekonomi islam,
beliaulah penggagas pertama ilmu ekonomi empiris (sistem harga, hukum penawaran
permintaan, tata nilai. Konsumsi, produksi, modal) dalam merumuskan suatu teori
ternyata beliau mengintegrasikan berbagai ilmu seperti sosiologi, agama,
ekonomi dan sebagainya.[18]
E.
Hubungan Pendidikan, Agama Islam, dan Sains
Sebelum mencapai tahap integrasi PAI
dengan Sains maka perlu dilakukan pemetaan hubungan dari ketiga bidang keilmuan
sains, agama islam dan pendidikan, untuk itu perhatikan bagan di bawah:
|
1.
Hubungan agama Islam dengan pendidikan
Pendidikan berorientasi pada cara
menyampaikan suatu ilmu / pengetahuan dengan menggunakan metode / strategi
pengajaran yang tepat untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Sedangkan agama
islam berisi ajaran, doktrin dan tuntunan bagi umat islam dalam menjalani kehidupan
di dunia agar sesuai syariat yang termaktub dalam Al-Qur’an dan Hadits sebagai
bekal menuju kehidupan di akhirat. Dalam menyampaikan ajaran agama islam kepada
orang lain, diperlukan metode / strategi yang tepat supaya penyampaian ajaran
keagaaman itu sesuai yang diharapkan agama dan tidak mengalami kesalahan
persepsi / pemahaman, tepat sasaran, mencapai tujuan dan bisa diterima serta di
amalkan. Untuk mencapai tujuan keagamaan tersebut maka diperlukan cara
pengajaran yang tepat berupa ilmu pendidikan, disinilah letak hubungan erat
keduanya. Sehingga di era sekarang kita mengenal ilmu pendidikan agama Islam (PAI)
/ pendidikan Islam.
Pendidikan Islam adalah suatu sistem
kependidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba
Allah sebagaimana Islam telah menjadi pedoman bagi seluruh aspek kehidupan
manusia baik duniawi maupun ukhrawi. Karena luasnya jangkauan yang harus
digarap oleh pendidikan Islam maka pendidikan Islam tetap terbuka terhadap
tuntutan kesejahteraan umat manusia baik tuntutan di bidang IPTEK maupun
kebutuhan rohaniah sehingga pendidikan Islam berwatak akomodatif terhadap
perubahan zaman sesuai norma-norma kehidupan Islam.[19]
2.
Hubungan pendidikan dengan sains
Sains merupakan ilmu tentang
pembuktian suatu kebenaran / teori / hukum-hukum alam dan sosial secara ilmiah
untuk mengetahui, mencari dan menyelesaikan permasalahan yang ada di alam
maupun sosial kemasyarakatan sehingga lebih banyak berorientasi pada penelitian
/ kegiatan ilmiah. Dalam menyampaikan dan mengajarkan hasil penelitian ilmiah
kepada masyarakat agar lebih berguna dan bermanfaat diperlukan ilmu pendidikan
yang memiliki strategi tepat sehingga mudah diterima, dimengerti dan dipelajari
oleh masyarakat. Dunia pendidikan juga membutuhkan peran sains untuk menambah
khasanah keilmuan dasi hasil penelitian sains. Disinilah letak hubungan erat
keduanya dalam membentuk simbiosis mutualisme pengetahuan.
3.
Hubungan agama Islam dengan sains
Islam sangat menghargai ilmu
pengetahuan (sains), sains dan agama merupakan karunia Allah yang semata-mata
diberikan kepada umat manusia. Manusia mempunyai kecenderungan untuk menuju
kearah yang benar dan suci serta tidak dapat hidup tanpa menyucikan dan memuja
sesuatu, inilah kecenderungan iman yang merupakan fitrah manusia. Manusia juga
memiliki kecenderungan untuk selalu memahami alam semesta serta berkemampuan
memandang masa lalu, sekarang dan akan datang yang kesemuanya merupakan ciri
khas ilmu pengetahuan (sains). Oleh karena itu agama Islam dan sains harus
diupayakan selalu sejalan dan islam adalah agama yang memadukan keduanya.[20]
Islam sebagai sebuah agama
memiliki sumber dasar hukum berupa Al-Qur’an dan Hadits Nabi, didalam kedua
sumber hukum ini banyak tersirat ajaran, dogma, hingga semua ilmu pengetahuan yang
dibutuhkan manusia baik yang bersifat ilmu sosial, alam, matematis dan
sebagainya. Akan tetapi pembahasan
keilmuan dalam Al-Qur’an dan Hadits menggunakan gaya bahasa yang singkat,
menantang serta membutuhkan penelitian dan pemikiran yang lebih lanjut dari
manusia. Untuk membuktikan kebenaran dalam ajaran islam maka dibutuhkan sebuah
penelitian yang bersifat ilmiah, dimana hasil dari penelitian tersebut akan
mampu membuktikan keaslian Al-Qur’an sebagai wahyu dari Allah SWT. Disinilah
letak hubungan sains dengan agama Islam, sains sebagai pembukti kebenaran
secara ilmiah apa saja yang terkandung di dalam Al-Qur’an sehingga masyarakat
dapat mempercayai akan kebenaran ajaran Islam.
F.
Konsep Integrasi PAI
dan sains
Dewasa ini antara ilmu pendidikan dengan
agama Islam di Indonesia telah berintegrasi dan membentuk suatu ilmu baru
berupa Ilmu Pendidikan Agama Islam (PAI). Untuk itu proses integrasinya tidak
kami bahas dalam pembahasan ini. Pendidikan agama Islam (PAI) sebagai Mapel wajib
ditingkat SD, SMP, SMA dan sederajat serta menjadi mata kuliah umum (MKU) di perguruan
tinggi (PT) umum tentunya sangat berperan sebagai penopang satu-satunya ilmu
keagamaan di sekolah-sekolah / PT umum di Indonesia.
Peran strategis PAI untuk membentuk karakter /
kepribadian islami siswa dan mengajarkan ilmu keislaman di sekolah / PT umum di
Indonesia baik yang berstatus swasta maupun negeri membutuhkan sentuhan strategi
pengajaran yang berbeda dibandingkan dengan sekolah atau PT agama Islam (PTAI).
Perbedaan itu terletak pada kuantitas muatan keagamaan yang sangat terbatas di
sekolah / PT umum jika di bandingkan dengan sekolah / PTAI, karena di sekolah /
PT umum muatan keagamaan hanya terdapat pada Mapel / Makul PAI dan didominasi
oleh muatan umum sesuai jurusan sekolah / PT tersebut. Permasalahan lainnya
adalah input dan minat siswa tentang ilmu agama Islam juga sangat minim. Akan
tetapi hal positifnya ialah minat dan kesempatan siswa mempelajari sains lebih
besar sehingga dapat diarahkan pada pengembangan sains sesuai nilai-nilai
keislaman serta belajar membuktikan secara ilmiah apa yang terkandung didalam
Al-Qur’an dan Hadits.
Tantangan bagi guru / dosen PAI di era globalisasi
ialah disatu sisi memiliki kewajiban mengajarkan agama islam yang sangat luas
pembahasannya disatu sisi bagaimana menyesuaikan pembahasan materi PAI dengan
muatan sains yang ada sesuai jalur pendidikan yang ditempuh siswa supaya minat,
motivasi siswa semakin tinggi serta mereka mampu berfikir dan membuktikan
secara ilmiah kebenaran ajaran agama sehingga meningkatkan kesadaran keimanan
mereka. Disinilah konsep integrasi PAI dan Sains berlaku yaitu dengan
memasukkan nuansa sains didalam pembelajaran PAI. Lihat gambar di bawah ini:
Konsep / rancangan integrasi PAI dan sains tidak hanya berlaku
di sekolah / PT umum saja tapi diharapkan dapat diterapkan di sekolah / PT
agama islam sesuai dengan cabang keilmuan masing – masing untuk lebih
meningkatkan kualitas dan daya saingnya. Proses integrasi PAI dan Sains tidak
serta merta harus meleburkan
dua keilmuan itu menjadi satu cabang ilmu baru namun lebih kepada proses penalaran / pemikiran secara kontekstual ajaran-ajaran islam dengan disertai
teori atau penemuan secara ilmiah sehingga keaslian ilmu PAI dan sains tetap
terjaga serta bisa menjadi control satu sama lain. Konsep integrasi PAI dan sains hampir
sama dengan konsep kurikulum 2013 dimana satu muatan keilmuan bisa disisipi
oleh muatan keilmuan lainnya yang saling berhubungan / relefan sehingga
terjalin pemikiran yang utuh dan saling menyambung serta melengkapi.
G.
Mekanisme dan Tujuan Integrasi PAI dan Sains
Untuk dapat lebih memahami tentang konsep
integrasi PAI dan sains maka kita perlu mengetahui mekanisme / proses terjadinya integrasi PAI dan
sains serta tujuan dari integrasi PAI dan sains. untuk lebih memudahkan
pemahaman tentang mekanisme dan tujuan integrasi PAI dan sains lihatlah gambar
dibawah ini:
Masyarakat Islami berperadaban
|
PAI
Penyampaian dogma/ajaran
(guru)
|
Penelitian ilmiah, (ilmuan)
|
Pendidikan sains
|
1.
Mekanisme integrasi PAI dan Sains
Proses terjadinya integrasi PAI dan Sains
dilandasi hubungan simbiosis mutualisme antara agama islam, ilmu pendidikan dan
sains yaitu saling membutuhkan dan melengkapi satu sama lain untuk mengisi
kekosongan materi keilmuan di masing-masing bidang kajian.
Pendidikan sebagai bidang keilmuan tentang cara penyampaian
pengajaran dan pembelajaran yang tepat untuk diterapkan di bidang keilmuan
masing-masing. Sedangkan agama islam sebagai bidang keilmuan tentang
ajaran-ajaran agama membutuhkan konsep ilmu pendidikan untuk mengajarkan kepada
masyarakat namun tidak menghilangkan konteks ajaran keagamaan itu, agama islam hanya
membutuhkan konsep pendidikan bagaimana cara mengajarkan ilmu keagamaan yang
lebih efisien efektif dan mampu di terima masyarakat modern dewasa ini. Begitu
pula ilmu pendidikan membutuhkan keilmuan agama islam untuk lebih memperkaya
khasanah keilmuan dan metode pengajarannya.
Sedangkan Sains berfungsi meneliti tentang
perkembangan kajian PAI (agama Islam dan ilmu pendidikan) secara ilmiah yang
digunakan untuk meningkatkan kajian sains sendiri, begitu juga PAI membutuhkan
hasil kajian ilmiah Sains untuk meningkatkan kualitas materi pembelajaran PAI.
2.
Tujuan integrasi PAI dan Sains
Asumsi umat islam bahwa sains yang berasal dari
negara barat dianggap sebagai pengetahuan yang sekuler sehingga ilmu tersebut
harus ditolak merupakan asumsi yang tidak tepat. Sains yang sebenarnya
merupakan hasil pembacaan manusia terhadap ayat-ayat Allah SWT, apabila sains
kehilangan dimensi spiritualnya akan mengakibatkan malapetaka yang merugikan
manusia.[21] Salah
satu upaya untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan cara mengintegrasikan
intern ilmu agama dan sains, upaya ini sudah dikembangkan oleh PTAI yang mulai
mencoba inklusif menerapkan metode integrasi keilmuan dalam pembelajarannya.
Tujuan dari integrasi PAI dan sains adalah mampu
menciptakan karakter peserta didik yang berbudi pekerti islami serta memiliki motivasi
dan visi pengembangan sains demi peningkatan kualitas hidup masyarakat islam menuju
peradaban sains yang tinggi berlandaskan asas islam.
H. KESIMPULAN
1. Konsep ilmu
pendidikan, agama Islam dan sains
a. Ilmu pendidikan
merupakan ilmu tentang cara mengajarkan suatu materi pelajaran kepada siswa untuk
membentuk karakter siswa yang berbudaya.
b. Agama Islam sebagai
salah satu agama samawi yang berasal dari Allah untuk umat manusia yang
mengandung ajaran / dogma yang wajib di taati oleh umatnya.
c. Sains merupakan ilmu
yang berusaha mencari kebenaran dengan cara pembuktian secara logika disertai
cara-cara yang ilmiah.
2. Hubungan ilmu
pendidikan, agama Islam dan sains
a. Ilmu pendidikan
membutuhkan materi agama Islam dan sains untuk memperkarya materi pembahasan
dan khasanah keilmuannya..
b. Agama Islam
membutuhkan konsep pengajaran dari ilmu pendidikan sebagai sarana mempermudah
dalam menjelaskan ajaran agama kepada manusia.
c. Agama Islam
membutuhkan peran sains dalam pembuktian secara ilmiah kebenaran dari kandungan
Al-Qur’an dan Hadits.
d. Sains memerlukan materi dari agama Islam
sebagai bahan materi dalam penelitian dan pengujian ilmiah serta pengontrol dan
penyeimbang dari kesesatan logika.
3. Konsep integrasi PAI
dan sains dengan cara satu / beberapa muatan keilmuan PAI bisa disisipi oleh
muatan keilmuan sains yang saling berhubungan / relefan sehingga terjalin
pemikiran yang utuh, saling menyambung, melengkapi dan mengontrol.
4. Mekanisme proses
terjadinya integrasi PAI dan Sains dilandasi hubungan simbiosis mutualisme antara
agama islam, ilmu pendidikan dan sains yaitu saling membutuhkan dan melengkapi
satu sama lain untuk mengisi kekosongan materi keilmuan di masing-masing bidang
kajian.
5. Tujuan dari integrasi
PAI dan sains adalah mampu menciptakan karakter peserta didik yang berbudi
pekerti islami serta memiliki motivasi dan visi pengembangan sains demi peningkatan
kualitas hidup masyarakat islam menuju peradaban sains yang tinggi berlandaskan
asas islam
I.
DAFTAR ISI
Mahmud
Yunus, Pokok-Pokok Pendidikan dan
Pengajaran, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1997).
Mochtar
Bukhori, Ilmu Pendidikan dan Praktek Pendidikan Dalam Renungan, (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 1994).
Sutari
Imam Barnaib, Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis, (Yogyakarta: Andi
Offset, 1995).
Lajnah
Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Departemen Agama, Al-Qur’an Mushaf Per Kata,
(Bandung: Jabal).
Yayasan
Pentafsir Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Mujamma’ Al Malik Fahd
Li Thiba’at Al Mush-haf Asy-syarif, Madinah Al Munawarah, 1990.
Nurhasanah,
Didik Tumianto, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT. Bina Sarana Pustaka, 2007).
Iqbal M.
Ambara, Teguh Sutanto, Tokoh-tokoh Super Inspiratif Pewaris Nabi, (Jogjakarta: Sabil,
2012).
H.M
Arifin, Ilmu Pendidikan Islam “Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan
Pendekatan Interdisipliner”, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2006).
Hanna
Djumhana Bastama, Integrasi Psikologi dengan Islam, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1995).
John M.
Echlos dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003).
Abuddin
Nata dkk, Integrasi Ilmu Agama dan Ilmu Umum, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005).
Rizal
Mustansyir, Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar Offset, 2002).
John M. Echlos dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003).
Nurlena Rifai, Fauzan,
Wahdi Sayuti, Bahrissalim,
“Integrasi Keilmuan Dalam Pengembangan Kurikulum di UIN
se-Indonesia: Evaluasi
Penerapan Integrasi Keilmuan UIN dalam Kurikulum dan Proses Pembelajaran”, Jurnal
TARBIYA, Vol. I, No.1, Juni 2014.
Ida Fiteriani,
“Analisis Model Integrasi Ilmu dan Agama Dalam Pelaksanaan Pendidikan di
Sekolah Dasar Islam Bandar Lampung”, Jurnal Terampil, Vol 2, Nomor 2, Januari 2014.
Ismail Raji Al-Faruqi, Islamisasi Ilmu
Pengetahuan, Terj. A. Mahyudin, (Bandung: Pustaka, 1984).
Kuntowijoyo, Islam Sebagai Ilmu,
(Jakarta: Teraju, 2005).
M. Amin Abdullah, Islamic Studies
Di Perguruan Tinggi Pendekatan Integratif-Interkonektif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006).
Abuddin Nata, dkk, Integrasi Ilmu, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,
2005).
Ramadhanita Mustika Sari, “Ambivalensi Integrasi Ilmu Agama dan
Sains : Studi Transformasi Konflik dan Konsesus Pengaruh Ilmu Agama terhadap
Perkembangan IPTEK di Zaman Modern”, Conference
Proceeding AICIS XII.
Rizal Mustansyir, Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2002).
[1]
John M. Echlos dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003), hlm. 326
[3]Nurlena Rifai, Fauzan, Wahdi Sayuti,
Bahrissalim, “Integrasi Keilmuan Dalam
Pengembangan Kurikulum di UIN se-Indonesia:
Evaluasi Penerapan Integrasi Keilmuan UIN dalam Kurikulum dan Proses
Pembelajaran”, Jurnal TARBIYA, Vol. I, No.1, Juni 2014, hlm.
15.
[4] Ida Fiteriani, “Analisis Model
Integrasi Ilmu dan Agama
Dalam Pelaksanaan
Pendidikan di Sekolah Dasar Islam
Bandar Lampung”, Jurnal Terampil, Vol 2, Nomor 2, Januari 2014, hlm. 9.
[5]
Ismail Raji Al-Faruqi, Islamisasi Ilmu Pengetahuan, Terj. A.
Mahyudin, (Bandung: Pustaka, 1984), hlm. 55-96.
[6]
Kuntowijoyo, Islam Sebagai Ilmu, (Jakarta: Teraju, 2005), hlm. 57-58.
[7]M.
Amin Abdullah, Islamic Studies Di
Perguruan Tinggi Pendekatan Integratif-Interkonektif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), hlm. viii.
[9]
Abuddin Nata, dkk, Integrasi Ilmu,
(Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2005), hlm.143.
[10]Ramadhanita
Mustika Sari, “Ambivalensi Integrasi
Ilmu Agama dan Sains : Studi Transformasi Konflik dan Konsesus Pengaruh Ilmu
Agama terhadap Perkembangan IPTEK di Zaman Modern”, Conference Proceeding AICIS XII, hlm. 2050-2051.
[11]
Rizal Mustansyir, Filsafat Ilmu, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar Offset, 2002),
hlm. 70.
[12] Mahmud
Yunus, Pokok-Pokok Pendidikan dan
Pengajaran, (Jakarta: PT.Hidakarya Agung, 1997), hlm. 5.
[13] Mochtar
Bukhori, Ilmu Pendidikan dan Praktek Pendidikan
Dalam Renungan, (Yogyakarta: PT.Tiara Wacana, 1994), hlm. 21.
[14] Sutari
Imam Barnaib, Pengantar Ilmu Pendidikan
Sistematis, (Yogyakarta: Andi Offset, 1995), hlm.15.
[15] Lajnah
Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Departemen Agama, Al-Qur’an Mushaf Per Kata, (Bandung: Jabal), hlm. 52.
[16] Yayasan
Pentafsir Al-Qur’an, Al-Qur’an dan
Terjemahnya, Mujamma’ Al Malik Fahd Li Thiba’at Al Mush-haf Asy-syarif,
Madinah Al Munawarah, 1990, hlm. 157.
[17] Nurhasanah, Didik Tumianto, Kamus
Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT. Bina Sarana Pustaka, 2007), hlm. 645.
[18] Iqbal
M. Ambara, Teguh Sutanto, Tokoh-tokoh Super Inspiratif Pewaris Nabi, (Jogjakarta: Sabil, 2012), hlm. 174-178.
[19] H.M
Arifin, Ilmu Pendidikan Islam “Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan
Pendekatan Interdisipliner”, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006), Hlm. 7-8.
[20]
Hanna Djumhana Bastama, Integrasi Psikologi dengan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995), hlm. 146.
[21]
Rizal Mustansyir, Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2002), hlm. 70.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan tulis komentar anda