Selasa, 24 November 2009

IDENTITAS PERADABAN ISLAM DI INDONESIA


BAB I
PENDAHULUAN

Islam sebagai agama Rahmatan Lilalamin pertama kali lahir dan tumbuh berkembang di jazirah arab yang pada perkembangannya mampu menyebar hingga keseluruh pelosok dunia. Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa islam lahir dan wafat di wilayah arab tepatnya dikota makkah dan madinah sebagai bagian dari wilayah saudi arabia sehingga islam lebih berbudaya timur tengah. Islam secara perlahan mampu menyebar hingga ke Mesir, Andalusia, Persia, India dan Cina sejak masa khulafaurrosyidin, Bani Umayah, Abasiyah hingga dinasti-dinasti sesudahnya.
Indonesia sebagai negara kepulauan terbanyak didunia dengan potensi alam dan lautnya yang sangat banyak dan luas membentang dari Sabang sampai Merauke merupakan jalur perdagangan laut yang sangat ramai dan strategis dikawasan asia tenggara. Hal ini berlangsung sejak masa kerajaan Sriwijaya, Majapahit, Airlangga, Singosari, Samudera Pasai hingga Demak. Dengan jalur perdangangan tersebut banyak pedagang islam dari Gujarat, Cina dan jazirah arab yang singgah sementara maupun menetap di Nusantara dengan menyebarkan kebudayaan islam pula. Sehingga terjadi asimilasi antara kebudayaan nusantara dengan kebudayaan islam bernuansa gujarat dan timur tengah.
Dengan perjalanan historis tersebut maka dalam makalah ini kami berupaya mengetengahkan berbagai contoh pengaruh peradaban islam terhadap kebudayaan Indonesia serta asimilasi yang terjadi diantara keduanya sehingga mampu membentuk kekhasan identitas peradaban islam di Indonesia yang bernilai historis tinggi.






BAB II
IDENTITAS PERADABAN ISLAM DI INDONESIA

A. LATAR BELAKANG SEJARAH TERBENTUKNYA IDENTITAS PERADABAN ISLAM DI INDONESIA
Adalah sebuah kenyataan sejarah yang tak bisa dipungkiri bahwa masuknya Islam ke Indonesia lebih banyak mengandalkan jalur-jalur kultural ketimbang aksi kekerasan. Mulai dari era dakwah para saudagar Arab dan Gujarat, bahkan konon termasuk para pedagang Cina, di wilayah-wilayah pesisir Nusantara pada abad ke-7. Banyak artefak dan dokumen sejarah membuktikan bahwa pada masa itu secara pelan Islam merasuki wilayah nusantara ini. Bahkan diasumsikan pada masa itu kontak perdagangan antara kerajaan-kerajaan di Nusantara khususnya Airlangga dan Singosari dengan Tiongkok telah terjalin dengan baik
Setelah para penyebar itu menjalin hubungan yang baik dengan tradisi kultural masyarakat saat itu dengan memperlihatkan kesantunan ajaran serta perilaku-perlaku yang meneduhkan, Islam meluas hingga ke pusat-pusat kekuasaan kerajaan. Ini terbukti, bagaimana Sunan Ampel sangat dekat dengan raja Brawijaya di era Kerajaan Majapahit. Kiprah Sunan Ampel telah mengantarkan Walisongo memiliki peranan penting perkembangan Islam selanjutnya. Islam telah merambah ke pelosok tanah Jawa bahkan menyebar ke seluruh Nusantara. Keberhasilan para Walisongo tidak terlepas dari strategi dakwahnya. Islam nyaris selalu diperkenalkan kepada masyarakat melalui ruang-ruang dialog, forum pengajian, pagelaran seni dan sastra, serta aktivitas-aktivitas budaya lainnya, yang sepi dari unsur paksaan dan nuansa konfrontasi, apalagi sampai menumpahkan darah .
Melacak identitas dan otentitas Islam keindonesiaan dalam relasi kuasa agama-budaya lokal dan agama--negara, menjadi varian pergulatan pemikiran Islam di Indonesia, hingga kini masih berada dalam bingkai reinventing, proses mencari dan menjadi. Proses "menjadi Islam Indonesia" sejatinya dibangun dalam konstruk "keislaman Indonesia" tanpa terjebak pada pobia negara Islam. Akan tetapi, kesadaran terhadap besarnya kontribusi dan pergulatan Islam dalam proses "menjadi Indonesia" sangat urgen di tengah mewabahnya wacana yang hendak membelokkan sejarah, sehingga kontribusi Islam diabaikan dalam kitab besar sejarah bangsa ini. Islam keindonesiaan lahir dari "rahim" pergulatan Islam dengan budaya lokal yang muncul seiring lahirnya gagasan mendialogkan Islam dengan dimensi lokalitasnya. Upaya mengadaptasikan konsep-konsep ajaran universal Islam dengan nilai-nilai kebudayaan lokal yang tumbuh dalam masyarakat merupakan ikhtiar reinventing Islam keindonesiaan .
Identitas Islam keindonesiaan sejauh ini dimaknai sebagai Islam berwajah Indonesia, bukan Islam arabisme tetapi "nilai langit" Islamisme yang didaratkan di bumi nusantara. Semangat ini sama dengan semangat pribumisasi Islam yang digagas Abdurrahman Wahid. Pribumisasi diajukan Gus Dur bukan sebagai upaya untuk menghindarkan timbulnya perlawanan dari kekuatan-kekuatan budaya setempat, tetapi agar budaya itu sendiri tidak hilang. Hal ini kemudian diracik dari proses dialog antara Islam dengan realitas, antara Islam dengan budaya lokal sehingga kehadiran Islam tidak mencerabut identitas lokalitas. Inilah semangat Islam pribumi, wajah Islam indonesia. Islam Indonesia adalah Islam yang telah mengalami lokalisasi kultural di berbagai wilayah, sehingga tidak menjadikan Islam Arab sebagai Islam ideal. Islam di Arab dan Islam di Indonesia berbanding lurus, bahkan Islam di Indoensia boleh jadi lebih berperadaban.
Keislaman dan keindonesiaan menjadi satu kesatuan dan mustahil dipisahkan, sebab kehadiran Islam sebagai transformator bagi masyarakat yang diselimuti kebodohan menjadi masyarakat bermartabat dan berperadaban. Islam pun tercatat berhasil merekatkan wilayah nusantara dalam kultur keindonesiaan dan dalam bingkai integrasi.

B. MACAM-MACAM IDENTITAS PERADABAN ISLAM DI INDONESIA
1. Bentuk material identitas peradaban islam indonesia
a. Bangunan Masjid
Upaya rekonsiliasi memang wajar antara agama dan budaya di Indonesia dan telah dilakukan sejak lama serta bisa dilacak bukti-buktinya. Masjid Demak adalah contoh konkrit dari upaya rekonsiliasi atau akomodasi itu. Ranggon atau atap yang berlapis pada masa tersebut diambil dari konsep 'Meru' dari masa pra Islam (Hindu-Budha) yang terdiri dari sembilan susun. Sunan Kalijaga memotongnya menjadi tiga susun saja, hal ini melambangkan tiga tahap keberagamaan seorang muslim; iman, Islam dan ihsan .
Tidak hanya masjid Demak saja sebagai warisan budaya sekaligus identitas islam di Indonesia namun masih banyak masjid lain di Nusantara sebagai warisan budaya yang pada umumya bentuk fisik bangunannya sangat bermakna filosofis sebagai hasil penggabungan budaya asli lokal dengan budaya islam. Seperti contoh Masjid dan Menara Kudus.
b. Pesantren dan Madrasah
Pesantren adalah salah satu segmen dalam masyarakat Indonesia yang memiliki akar sangat kuat dalam masyarakat Indonesia pada umumnya, bahkan bisa disebut subkultur, sebuah kelompok masyarakat yang memiliki sistem nilai dan pandangan hidupnya sendiri sebagai bagian dari masyarakat luas. Tetapi karena tempatnya yang pada umumnya di pedesaan dan menerapkan pendidikan dan tradisi keagamaan (Islam) tradisional, maka dinamika yang ada di dalamnya kurang mendapatkan ekspose. Ide pendirian pesantren pada mulanya berasal dari Sunan Ampel sebagai penyebar islam di Jawa Timur, bertujuan untuk lebih mengoptimalkan pendidikan agama bagi masyarakat sekitar. Mulanya pesantren di Indonesia merupakan sebuah surau tempat mengaji para santri yang pada perkembangan berikutnya menjadi seperti sekarang ini dengan berbagai bentuk model kurikulum dan bangunan fisik yang indah dan besar .
Madrasah merupakan sebuah nuansa pendidikan yang khas di Indonesia sebagai hasil perkembangan dunia pendidikan Islam yang menginginkan suatu konsep pendidikan yang mampu mengintegralkan antara pelajaran umum dengan pendidikan agama.
2. Bentuk imaterial identitas peradaban islam indonesia
a. Politik Kemasyarakatan
Dalam sejarah perkembangan islam di Nusantara pergelatan politik islam sudah muncul semenjak zaman penjajahan Belanda yaitu pada masa pergerakan nasional Indonesia. Pergerakan ini pada perkembangannya mampu menjadi sebuah identitas khas politik kemasyarakatan islam di Indonesia. Sejarah mencatat berdirinya Sarekat Dagang Islam 1911 oleh Haji Samanhudi dan Sarekat Islam tahun 1912 diprakarsai oleh Haji Oemar Said Cokroaminoto .
Pada perkembangan era setelah merdeka pergerakan identitas politik di Indonesia ditandai oleh semakin banyaknya partai politik bernuansa islam yang muncul kepermukaan sejak orde lama ( Masyumi, NU, PMI, PSII, PTI dan lain-lain ) hingga orde baru ( PPP ) dan era reformasi dewasa ini dengan puluhan partai islamnya.
b. Sosial Budaya
Mulai tahun 1989 di Indonesia muncul sebuah istilah islam budaya yaitu islam berkembang sebagai gerakan kebudayaan dan bukan lembaga politik. Islam budaya ini ditandai dengan lahirnya Undang-undang Peradilan Agama ( UU No:7 Tahun 1989 ) dan komplinkasi hokum islam berdasarkan Inpres No:1 Tahun 1991. Faktor lain yang menandai lahirnya islam budaya ialah penyelenggaraan festifal Istiqlal tahun 1991 dan 1995 serta makin berkurangnya menteri non muslim pada masa cabinet pembangunan VI dan VII .
Islam budaya sebagai bagian dari identitas islam di Indonesia ditandai oleh semakin banyak dan menjamurnya berbagi organisasi social agama antara lain: Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, ICMI ( 1990 ), BMI ( 1991 ), MUI, HMI ( 1947 ) dan lain-lain.
c. Seni budaya ( Tradisi )
Dengan adanya asimilasi budaya islam dengan budaya local Nusantara dan dibarengi dengan misi penyebaran islam secara damai maka para mubaligh zaman dulu mengambil strategi menggunakan adat istiadat ( tradisi ) local sebagai alat penyebaran islam dengan memasukkan ajaran islam kedalamnya. Ternyata strategi ini sangat berhasil dengan bukti berbondong-bondong masyarakat yang masuk islam secara sukarela tanpa keterpaksaan. Seperti yang dikembangkan oleh Sunan Kali Jogo dengan pertunjukan wayang kulit. Model pakaian masyarakat Indonesia yang beragam namun bernuansa islam juga merupakan identitas islam seperti peci hitam, sarung dan lain-lain.
Seperti contoh didaerah madura setiap rumah disumenep memiliki langgar, kenduri memperingati anggota keluarga yang meninggal setiap kamis malam, puasa bulanan memperingati pendiri sufi Qodiriyah, tajin sora ( makan bubur dan ayam ) pada bulan muharom/suro dan lain-lain . Contoh lain di Kudus ( Ritual giling tebu, bulus kupatan, sedekah bumi rahtawu, haul, tebokan ampyang, ketupat ) di Pati ( Budaya Meron ) Demak ( kirap, kupatan ) Semarang ( syawalan, apitan ) Magelang ( Ritual sendang suruh, sungkem roh ) Wonogiri ( bersih desa ) dan lain-lain


BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari berbagai pemaparan diatas maka dapat kami simpulkan terjadinya identitas peradapan islam di Indonesia tidak terlepas dari sejarah masuk dan berkembangnya islam di Nusantara. Identitas ini terbentuk secara turun temurun sebagai hasil dari asimilasi dan pengintegrasian budaya local sebelum islam dengan budaya islam dari Gujarat dan timur tengah serta kandungan dari Al-Qur’an Hadits.
Di Indonesia banyak sekali identitas islam yang terbentuk seperti contoh bangunan masjid, pesantren dan madrasah, organisasi politik islam, organisasi kemasyarakatan islam serta tradisi / kultur budaya islam disuatu daerah.
B. PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat kami sampaikan, apabila ada pembahasan yang kurang berkenan kami mohon maaf yang sebesarnya dan kami juga mengharapkan saran serta kritik yang membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah kami dimasa mendatang. Dan semoga makalah kami dapat memberikan sedikit wawasan dan bermanfaat bagi kita semua, amin…..











DAFTAR PUSTAKA

http: Indonesia File.com, Mendialogkan Tradisi Dan Rekonsiliasi Kultural, 2008.
Firdaus Muhammad, Reinventing Islam Indonesia, Artikel Program Doktor UIN Syarif Hidatullah Jakarta, 2006.
Alwi Sofwan, Kerajaan Islam Di Demak, Pustaka Al-Alawiyah, Semarang, 1991.
Dedi Supriadi, Membangun Bangsa Melalui Pendidikan, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2004.
Sucipto Suntoro, Rangkuman Pengetahuan Umum, CV. Bringin 55, Solo, 2004.
Sudirman Tebba, Islam Pasca Orde Baru, PT. Tiara Wacana, Yogyakarta, 2001.
Taufiq Abdullah, Tradisi dan Kebangkitan Islam Di Asia Tenggara, LP3ES, Jakarta, 1989.
M. Rosyid, Antropologi Pendidikan, STAIN Kudus Press, Kudus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan tulis komentar anda