BAB I
PENDAHULUAN
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada disekolah atau dirumah. Untuk memperoleh hasil yang maksimal didalam proses belajar hendaklah kita memperhatikan hal-hal yang menjadikan suksesnya suatu proses belajar, salah satunya ialah efisiensi dan efektifitas pelajar.
Maka dari itu kami akan menyajikan makalah dengan judul efisiensi dan efektifitas belajar, untuk kita diskusikan bersama.
BAB II
PERMASALAHAN
Didalam makalah ini kami akan menyajikan tentang :
1. Pengertian dari efisiensi dan efektifitas belajar.
2. Beberapa cara untuk memperoleh efisiensi dan efektifitas belajar.
3. Manfaat yang diperoleh dari metode belajar yang efektif dan efisien.
BAB III
EFISIENSI DAN EFEKTIFITAS BELAJAR
A. PENGERTIAN EFISIENSI DAN EFEKTIFITAS BELAJAR
Efisiensi adalah sebuah konsep yang mencerminkan perbandingan terbaik antara usaha dan hasilnya ( Gie, 1985 ). Suatu kegiatan belajar dapat dikatakan efisien apabila prestasi belajar yang diinginkan dapat dicapai dengan usaha yang minimal dan dengan usaha tersebut dapat memberikan prestasi belajar yang tinggi .
Efektifitas merupakan kesesuaian antara orang yang melaksanakan tugas dengan sasaran yang ingin dicapai. Efektifitas adalah bagaimana seseorang berhasil mendapatkan dan memanfaatkan metode belajar untuk memperoleh hasil yang baik. Efektifitas merupakan kesesuaian antara siswa dengan hasil belajar, dapat dikatakan bahwa makna efektifitas itu berbeda sesuai dengan sudut pandang dan kepentingan masing-masing, pendapat itu diakui oleh Chong dan Maginson ( 1981 ) dalam Efektivienes Means Different to Different People .
Jadi dapat disimpulkan bahwa efisiensi dan efektifitas belajar adalah metode belajar siswa dengan usaha yang minimal dan memanfaatkan metode-metode belajar tertentu untuk menghasilkan prestasi siswa yang maksimal.
B. BEBERAPA CARA UNTUK MEMPEROLEH EFISIENSI DAN EFEKTIFITAS BELAJAR
1. Ragam Pendekatan Belajar
a. Pendekatan hukum Jost.
Menurut Reber ( 1988 ), salah satu asumsi penting yang mendasari hukum Jost adalah siswa yang lebih sering mempraktekan meteri pelajaran akan mudah mngingat kembali memori lama yang berhubungan dengan materi yang sedang ia tekuni, maksudnya adalah ketika siswa mempelajari materi tersebut yang panjang dan kompleks dengan alokasi waktu dua jam perhari selama empat hari akan lebih efektif dari pada mempelajari materi tersebut dengan alokasi waktu empat jam sehari tetapi hanya selama dua hari, perumpamaan dengan cara mencicil tersebut hingga kini masih dipandang cukup berhasil terutama untuk materi-meteri yang bersifat hafalan.
b. Pendekatan Ballard dan Clanchy
Menurut Ballard dan Clanchy ( 1990 ) ada dua macam siswa dalam menyikapi ilmu pengetahuan yaitu sikap melestarikan apa yang sudah ada Conserving dan sikap memperluas Extending. Siswa yang conserving umumnya mengunakan pendekatan belajar dengan Reproduktif yaitu belajar dengan menghafal, menjelaskan, meringkas yang tujuannya untuk menyebutkan kembali materi-materi yang sudah disampaikan. Sedangkan siswa yang extending umumnya menggunakan pendekatan Analitis yaitu belajar dengan berfikir kritis, berargumen yang tujuannya pembentukan kembali materi kedalam pola baru atau berbeda.
Diantara mereka ( siswa ) yang bersifat extending cukup banyak yang menggunakan pendekatan belajar yang lebih ideal yaitu pendekatan Spekulatif yaitu belajar dengan mencari kemungkinan dan penjelasan baru yang tujuannya menciptakan atau mengembangkan materi pengetahuan.
c. Pendekatan Biggs.
Menurut hasil penelitian Biggs ( 1991 ), pendekatan belajar siswa dapat dikelompokkan menjadi tiga prototype ( bentuk dasar ) yakni :
Pendekatan surface ( pendekatan permukaan )
Yaitu siswa belajar karena dorongan dari luar Ekstrinsik antara lain takut tidak lulus yang mengakibatkan dia malu, gaya belajarnya pun santai, asal hafal dan tidak secara mendalam dalam memahami materi, pendekatan ini tidak baik digunakan untuk siswa karena siswa tidak sungguh-sungguh dalam belajar.
Pendekatan deep ( mendalam )
Yaitu siswa dalam mempelajari materi sungguh-sungguh, serius, lulus dengan nilai baik adalah penting bagi siswa ini tetapi yang paling penting adalah memiliki pengetahuan yang cukup banyak dan bermanfaat bagi kehidupannya .
Pendekatan achieving ( pencapaian prestasi tinggi )
Yaitu siswa belajar karena memiliki ambisi pribadi yang besar dalam meningkatkan prestasi keakuan dirinya dengan cara meraih prestasi setinggi-tingginya, gaya belajarnya serius dan dia sangat cerdik serta efisien dalam mengatur waktu, dia sangat disiplin dan berjiwa kompetisi untuk meraih nilai yang paling tinggi disbanding denganteman-temannya.
2. Ragam Metode Belajar
a. Metode 5Q3R
Metode ini dikembangkan oleh Francis P.Robinson untuk mempelajari teks yang terdapat dalam buku, artikel ilmiah dan laporan penelitian. Metode 5Q3R meliputi :
Survey ;Memeriksa atau mengidentifikasi seluruh teks.
Question ;Menyusun daftar pertanyaan yang relefan dengan teks.
Read ;Membaca teks secara ektif untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang telah tersusun.
Recite ;Menghafal setiap jawaban yang telah ditemukan.
Review ;Meninjau ulang seluruh jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang tersusun pada langkah ke dua dan ke tiga.
b. Metode PQ4R
Metode belajar lain yang dipandang dapat meningkatkan kinerja memori dalam memahami teks adalah metode ciptaan Thomas dan Robinson ( 1972 ) yaitu PQ4R, metode tersebut terdiri atas enam langkah pendukung upaya pembelajaran materi bab dalam teks atau buku, enam langkah tersebut merupakan singkatan dari PQ4R, yaitu :
Preview ; Bab yang akan dipelajari hendaknya disurvei terlebih dahulu untuk menemukan topic umum yang terdapat didalamnya, kemudian sub bab yang ada didalam bab tersebut hendaknya diidentifikasi sebagai unit-unit yang akan dibaca.
Question ; Pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan sub bab hendanya disusun misalnya dengan cara mengubah judul sub bab yang bersangkutan kedalam bentuk kalimat bertanya.
Read ; Isi sub bab hendaknya dibaca secara cermat sambil mencoba mencari jawaban untuk pertanyaan yang telah disusun tadi.
Reflect ; Selama membaca isi sub bab hendaknya dikenang secara mendalam dalam pikiran dengan berusaha memahami isi dan menangkap contoh-contohnya serta menghubungkannya dengan pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya.
Recite ; Setelah sebuah sub bab dibaca informasi yang terdapat didalamnya hendaknya diingat-ingat lalu semua pertanyaan mengenai sub bab tersebut dijawab. Jika ada jawaban yang kurang memuaskan maka bagian yang sulit diingat dan menyebabkan kesalahan jawaban itu hendaknya dibaca lagi.
Review ; Setelah menyelesaikan satu bab tanamkanlah materi bab tersebut kedalam memori sambil mengingat intisarinya kemudian jawablah sekali lagi seluruh pertanyaan yang berhubungan dengan sub-sub bab dari bab tersebut .
C. MANFAAT YANG DIPEROLEH DARI METODE BELAJAR YANG EFEKTIF DAN EFISIEN
Dengan menggunakan metode belajar yang efektif dan efisien, siswa dapat memperoleh manfaat diantaranya :
1. Hemat waktu dan tenaga.
2. Siswa lebih mudah dalam mempelajari materi.
3. Peluang dalam keberhasilan belajar lebih besar.
4. Meningkatkan motifasi belajar.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan makalah diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan efisien dan efektifitas belajar ialah metode belajar siswa dengan usaha yang minimal dan memanfaatkan metode-metode belajar tertentu untuk menghasilkan prestasi siswa yang maksimal. Untuk mendapatkan hasil belajar atau prestasi yang baik dan maksimal siswa diharapkan dapat belajar secara efektif dan efisien, diantaranya yaitu dengan berbagai pendekatan dan metode dalam belajar. Terlepas dari semua itu siswa juga diharapkan lebih optimis dan sadar akan pentingnya belajar untuk mendapatkan prestasi yang baik.
Demikian makalah yang dapat kami sampaikan, kami menyadari bahwa susunan makalah ini masih jauh untuk mencapai kesempurnaan, dalam arti yang sebenarnya dengan maksud peningkatan. Kami mengharap saran dan kritik yang membangun. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua Amin……….
B. REFERENSI
Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002.
Muhibbin Syach, Psikologi Belajar, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003.
Imadudin Ismail, Pengembangan Kemampuan Belajar Pada Anak-Anak, Bulan Bintang, Jakarta, 1980.
Raisul Muttaqin, 101 Cara Belajar Siswa Aktif, Nusa Media, Bandung, 2004.
KETAKJUBAN AKAN FENOMENA DUNIA MEMBAWA KEPADA KEIMANAN, KESUSAHAN MENGINGATKAN PADA ALLAH, KEBAHAGIAAN MENJADIKAN SYUKUR NIKMAT ALLAH
Selasa, 24 November 2009
IDENTITAS PERADABAN ISLAM DI INDONESIA
BAB I
PENDAHULUAN
Islam sebagai agama Rahmatan Lilalamin pertama kali lahir dan tumbuh berkembang di jazirah arab yang pada perkembangannya mampu menyebar hingga keseluruh pelosok dunia. Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa islam lahir dan wafat di wilayah arab tepatnya dikota makkah dan madinah sebagai bagian dari wilayah saudi arabia sehingga islam lebih berbudaya timur tengah. Islam secara perlahan mampu menyebar hingga ke Mesir, Andalusia, Persia, India dan Cina sejak masa khulafaurrosyidin, Bani Umayah, Abasiyah hingga dinasti-dinasti sesudahnya.
Indonesia sebagai negara kepulauan terbanyak didunia dengan potensi alam dan lautnya yang sangat banyak dan luas membentang dari Sabang sampai Merauke merupakan jalur perdagangan laut yang sangat ramai dan strategis dikawasan asia tenggara. Hal ini berlangsung sejak masa kerajaan Sriwijaya, Majapahit, Airlangga, Singosari, Samudera Pasai hingga Demak. Dengan jalur perdangangan tersebut banyak pedagang islam dari Gujarat, Cina dan jazirah arab yang singgah sementara maupun menetap di Nusantara dengan menyebarkan kebudayaan islam pula. Sehingga terjadi asimilasi antara kebudayaan nusantara dengan kebudayaan islam bernuansa gujarat dan timur tengah.
Dengan perjalanan historis tersebut maka dalam makalah ini kami berupaya mengetengahkan berbagai contoh pengaruh peradaban islam terhadap kebudayaan Indonesia serta asimilasi yang terjadi diantara keduanya sehingga mampu membentuk kekhasan identitas peradaban islam di Indonesia yang bernilai historis tinggi.
BAB II
IDENTITAS PERADABAN ISLAM DI INDONESIA
A. LATAR BELAKANG SEJARAH TERBENTUKNYA IDENTITAS PERADABAN ISLAM DI INDONESIA
Adalah sebuah kenyataan sejarah yang tak bisa dipungkiri bahwa masuknya Islam ke Indonesia lebih banyak mengandalkan jalur-jalur kultural ketimbang aksi kekerasan. Mulai dari era dakwah para saudagar Arab dan Gujarat, bahkan konon termasuk para pedagang Cina, di wilayah-wilayah pesisir Nusantara pada abad ke-7. Banyak artefak dan dokumen sejarah membuktikan bahwa pada masa itu secara pelan Islam merasuki wilayah nusantara ini. Bahkan diasumsikan pada masa itu kontak perdagangan antara kerajaan-kerajaan di Nusantara khususnya Airlangga dan Singosari dengan Tiongkok telah terjalin dengan baik
Setelah para penyebar itu menjalin hubungan yang baik dengan tradisi kultural masyarakat saat itu dengan memperlihatkan kesantunan ajaran serta perilaku-perlaku yang meneduhkan, Islam meluas hingga ke pusat-pusat kekuasaan kerajaan. Ini terbukti, bagaimana Sunan Ampel sangat dekat dengan raja Brawijaya di era Kerajaan Majapahit. Kiprah Sunan Ampel telah mengantarkan Walisongo memiliki peranan penting perkembangan Islam selanjutnya. Islam telah merambah ke pelosok tanah Jawa bahkan menyebar ke seluruh Nusantara. Keberhasilan para Walisongo tidak terlepas dari strategi dakwahnya. Islam nyaris selalu diperkenalkan kepada masyarakat melalui ruang-ruang dialog, forum pengajian, pagelaran seni dan sastra, serta aktivitas-aktivitas budaya lainnya, yang sepi dari unsur paksaan dan nuansa konfrontasi, apalagi sampai menumpahkan darah .
Melacak identitas dan otentitas Islam keindonesiaan dalam relasi kuasa agama-budaya lokal dan agama--negara, menjadi varian pergulatan pemikiran Islam di Indonesia, hingga kini masih berada dalam bingkai reinventing, proses mencari dan menjadi. Proses "menjadi Islam Indonesia" sejatinya dibangun dalam konstruk "keislaman Indonesia" tanpa terjebak pada pobia negara Islam. Akan tetapi, kesadaran terhadap besarnya kontribusi dan pergulatan Islam dalam proses "menjadi Indonesia" sangat urgen di tengah mewabahnya wacana yang hendak membelokkan sejarah, sehingga kontribusi Islam diabaikan dalam kitab besar sejarah bangsa ini. Islam keindonesiaan lahir dari "rahim" pergulatan Islam dengan budaya lokal yang muncul seiring lahirnya gagasan mendialogkan Islam dengan dimensi lokalitasnya. Upaya mengadaptasikan konsep-konsep ajaran universal Islam dengan nilai-nilai kebudayaan lokal yang tumbuh dalam masyarakat merupakan ikhtiar reinventing Islam keindonesiaan .
Identitas Islam keindonesiaan sejauh ini dimaknai sebagai Islam berwajah Indonesia, bukan Islam arabisme tetapi "nilai langit" Islamisme yang didaratkan di bumi nusantara. Semangat ini sama dengan semangat pribumisasi Islam yang digagas Abdurrahman Wahid. Pribumisasi diajukan Gus Dur bukan sebagai upaya untuk menghindarkan timbulnya perlawanan dari kekuatan-kekuatan budaya setempat, tetapi agar budaya itu sendiri tidak hilang. Hal ini kemudian diracik dari proses dialog antara Islam dengan realitas, antara Islam dengan budaya lokal sehingga kehadiran Islam tidak mencerabut identitas lokalitas. Inilah semangat Islam pribumi, wajah Islam indonesia. Islam Indonesia adalah Islam yang telah mengalami lokalisasi kultural di berbagai wilayah, sehingga tidak menjadikan Islam Arab sebagai Islam ideal. Islam di Arab dan Islam di Indonesia berbanding lurus, bahkan Islam di Indoensia boleh jadi lebih berperadaban.
Keislaman dan keindonesiaan menjadi satu kesatuan dan mustahil dipisahkan, sebab kehadiran Islam sebagai transformator bagi masyarakat yang diselimuti kebodohan menjadi masyarakat bermartabat dan berperadaban. Islam pun tercatat berhasil merekatkan wilayah nusantara dalam kultur keindonesiaan dan dalam bingkai integrasi.
B. MACAM-MACAM IDENTITAS PERADABAN ISLAM DI INDONESIA
1. Bentuk material identitas peradaban islam indonesia
a. Bangunan Masjid
Upaya rekonsiliasi memang wajar antara agama dan budaya di Indonesia dan telah dilakukan sejak lama serta bisa dilacak bukti-buktinya. Masjid Demak adalah contoh konkrit dari upaya rekonsiliasi atau akomodasi itu. Ranggon atau atap yang berlapis pada masa tersebut diambil dari konsep 'Meru' dari masa pra Islam (Hindu-Budha) yang terdiri dari sembilan susun. Sunan Kalijaga memotongnya menjadi tiga susun saja, hal ini melambangkan tiga tahap keberagamaan seorang muslim; iman, Islam dan ihsan .
Tidak hanya masjid Demak saja sebagai warisan budaya sekaligus identitas islam di Indonesia namun masih banyak masjid lain di Nusantara sebagai warisan budaya yang pada umumya bentuk fisik bangunannya sangat bermakna filosofis sebagai hasil penggabungan budaya asli lokal dengan budaya islam. Seperti contoh Masjid dan Menara Kudus.
b. Pesantren dan Madrasah
Pesantren adalah salah satu segmen dalam masyarakat Indonesia yang memiliki akar sangat kuat dalam masyarakat Indonesia pada umumnya, bahkan bisa disebut subkultur, sebuah kelompok masyarakat yang memiliki sistem nilai dan pandangan hidupnya sendiri sebagai bagian dari masyarakat luas. Tetapi karena tempatnya yang pada umumnya di pedesaan dan menerapkan pendidikan dan tradisi keagamaan (Islam) tradisional, maka dinamika yang ada di dalamnya kurang mendapatkan ekspose. Ide pendirian pesantren pada mulanya berasal dari Sunan Ampel sebagai penyebar islam di Jawa Timur, bertujuan untuk lebih mengoptimalkan pendidikan agama bagi masyarakat sekitar. Mulanya pesantren di Indonesia merupakan sebuah surau tempat mengaji para santri yang pada perkembangan berikutnya menjadi seperti sekarang ini dengan berbagai bentuk model kurikulum dan bangunan fisik yang indah dan besar .
Madrasah merupakan sebuah nuansa pendidikan yang khas di Indonesia sebagai hasil perkembangan dunia pendidikan Islam yang menginginkan suatu konsep pendidikan yang mampu mengintegralkan antara pelajaran umum dengan pendidikan agama.
2. Bentuk imaterial identitas peradaban islam indonesia
a. Politik Kemasyarakatan
Dalam sejarah perkembangan islam di Nusantara pergelatan politik islam sudah muncul semenjak zaman penjajahan Belanda yaitu pada masa pergerakan nasional Indonesia. Pergerakan ini pada perkembangannya mampu menjadi sebuah identitas khas politik kemasyarakatan islam di Indonesia. Sejarah mencatat berdirinya Sarekat Dagang Islam 1911 oleh Haji Samanhudi dan Sarekat Islam tahun 1912 diprakarsai oleh Haji Oemar Said Cokroaminoto .
Pada perkembangan era setelah merdeka pergerakan identitas politik di Indonesia ditandai oleh semakin banyaknya partai politik bernuansa islam yang muncul kepermukaan sejak orde lama ( Masyumi, NU, PMI, PSII, PTI dan lain-lain ) hingga orde baru ( PPP ) dan era reformasi dewasa ini dengan puluhan partai islamnya.
b. Sosial Budaya
Mulai tahun 1989 di Indonesia muncul sebuah istilah islam budaya yaitu islam berkembang sebagai gerakan kebudayaan dan bukan lembaga politik. Islam budaya ini ditandai dengan lahirnya Undang-undang Peradilan Agama ( UU No:7 Tahun 1989 ) dan komplinkasi hokum islam berdasarkan Inpres No:1 Tahun 1991. Faktor lain yang menandai lahirnya islam budaya ialah penyelenggaraan festifal Istiqlal tahun 1991 dan 1995 serta makin berkurangnya menteri non muslim pada masa cabinet pembangunan VI dan VII .
Islam budaya sebagai bagian dari identitas islam di Indonesia ditandai oleh semakin banyak dan menjamurnya berbagi organisasi social agama antara lain: Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, ICMI ( 1990 ), BMI ( 1991 ), MUI, HMI ( 1947 ) dan lain-lain.
c. Seni budaya ( Tradisi )
Dengan adanya asimilasi budaya islam dengan budaya local Nusantara dan dibarengi dengan misi penyebaran islam secara damai maka para mubaligh zaman dulu mengambil strategi menggunakan adat istiadat ( tradisi ) local sebagai alat penyebaran islam dengan memasukkan ajaran islam kedalamnya. Ternyata strategi ini sangat berhasil dengan bukti berbondong-bondong masyarakat yang masuk islam secara sukarela tanpa keterpaksaan. Seperti yang dikembangkan oleh Sunan Kali Jogo dengan pertunjukan wayang kulit. Model pakaian masyarakat Indonesia yang beragam namun bernuansa islam juga merupakan identitas islam seperti peci hitam, sarung dan lain-lain.
Seperti contoh didaerah madura setiap rumah disumenep memiliki langgar, kenduri memperingati anggota keluarga yang meninggal setiap kamis malam, puasa bulanan memperingati pendiri sufi Qodiriyah, tajin sora ( makan bubur dan ayam ) pada bulan muharom/suro dan lain-lain . Contoh lain di Kudus ( Ritual giling tebu, bulus kupatan, sedekah bumi rahtawu, haul, tebokan ampyang, ketupat ) di Pati ( Budaya Meron ) Demak ( kirap, kupatan ) Semarang ( syawalan, apitan ) Magelang ( Ritual sendang suruh, sungkem roh ) Wonogiri ( bersih desa ) dan lain-lain
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari berbagai pemaparan diatas maka dapat kami simpulkan terjadinya identitas peradapan islam di Indonesia tidak terlepas dari sejarah masuk dan berkembangnya islam di Nusantara. Identitas ini terbentuk secara turun temurun sebagai hasil dari asimilasi dan pengintegrasian budaya local sebelum islam dengan budaya islam dari Gujarat dan timur tengah serta kandungan dari Al-Qur’an Hadits.
Di Indonesia banyak sekali identitas islam yang terbentuk seperti contoh bangunan masjid, pesantren dan madrasah, organisasi politik islam, organisasi kemasyarakatan islam serta tradisi / kultur budaya islam disuatu daerah.
B. PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat kami sampaikan, apabila ada pembahasan yang kurang berkenan kami mohon maaf yang sebesarnya dan kami juga mengharapkan saran serta kritik yang membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah kami dimasa mendatang. Dan semoga makalah kami dapat memberikan sedikit wawasan dan bermanfaat bagi kita semua, amin…..
DAFTAR PUSTAKA
http: Indonesia File.com, Mendialogkan Tradisi Dan Rekonsiliasi Kultural, 2008.
Firdaus Muhammad, Reinventing Islam Indonesia, Artikel Program Doktor UIN Syarif Hidatullah Jakarta, 2006.
Alwi Sofwan, Kerajaan Islam Di Demak, Pustaka Al-Alawiyah, Semarang, 1991.
Dedi Supriadi, Membangun Bangsa Melalui Pendidikan, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2004.
Sucipto Suntoro, Rangkuman Pengetahuan Umum, CV. Bringin 55, Solo, 2004.
Sudirman Tebba, Islam Pasca Orde Baru, PT. Tiara Wacana, Yogyakarta, 2001.
Taufiq Abdullah, Tradisi dan Kebangkitan Islam Di Asia Tenggara, LP3ES, Jakarta, 1989.
M. Rosyid, Antropologi Pendidikan, STAIN Kudus Press, Kudus.
BEBERAPA PENDEKATAN DALAM PENDIDIKAN
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam dunia pendidikan ada banyak cara supaya dalam pelaksanaan suatu pendidikan bisa berjalan dengan baik. Untuk itu Penulis akan menguraikan salah satu cara yang bisa dijadikan sebagai pendukaung dalam pelaksanaan pendidikan yaitu Pendekatan Pendekatan dalam Pendidikan. Setelah mengetahui bahasan tentang apa itu pendeekatan dan pendekatan apa saja yang harus dilakukan, yang nantinya bisa mewujudkan suatu pendidikan yang kreatif, dinamis dan inovatif.
BAB II
BEBERAPA PENDEKATAN DALAM PENDIDIKAN
A. Definisi Pendekatan
Adalah proses perbuatan atau usaha dalam rangka aktifitas penelitian untuk
mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti, dalam bahasa inggris yaitu Approach dalam bahasa arab Madkhal . Adapun dalam pendidikan untuk mencapai keberhasilan harus diadakan pendekatan antara pendidik dan peserta didik.
B. Pendekatan-pendekatan dalam pendidikan
1. Pendekatan penanaman nilai
Pendekatan penanaman nilai (inculcation approach) adalah suatu pendekatan yang memberi penekanan pada penanaman nilai-nilai social dalam diri siswa. Menurut Superka et al. (1976), tujuan pendidikan nilai menurut pendekatan ini adalah: Pertama, diterimanya nilai-nilai sosial tertentu oleh siswa; Kedua, berubahnya nilai-nilai siswa yang tidak sesuai dengan nilai-nilai sosial yang diinginkan. Metoda yang digunakan dalam proses pembelajaran menurut pendekatan iniantara lain: keteladanan, penguatan positif dan negatif, simulasi,permainan peranan, dan lain-lain. Pendekatan ini sebenarnya merupakan pendekatan tradisional. Banyak kritik dalam berbagai literatur barat yang ditujukan kepada pendekatan ini. Pendekatan ini dipandang indoktrinatif, tidak sesuai dengan perkembangan kehidupan demokrasi (Banks, 1985; Windmiller, 1976). Pendekatan ini dinilai mengabaikan hak anak untuk memilih nilainya sendiri secara bebas. Menurut Raths et al. (1978) kehidupan manusia berbeda karena perbedaan waktu dan tempat. Kita tidak dapat meramalkan nilai yang sesuai untuk generasi yang akan datang. Menurut beliau, setiap generasi mempunyai hak untuk menentukan nilainya sendiri. Oleh karena itu, yang perlu diajarkan kepada generasi muda bukannya nilai, melainkan proses, supaya mereka dapat menemukan nilai-nilai mereka sendiri, sesuai dengan tempat dan zamannya.
2. Pendekatan Psikologis
Psikologisme cenderung mereduksi ilmu penddidikan enjadi ilmu proses belajar da mengajar, hal tersebut telah mempersempit pandangan para pendidik yang seakan- akan ilmu pendidikan terbatas pada ilmu mengajar saja, akan tetapi proses pendidikan didalam masyarakat modern bukn hanya terbatas pada proses belajar mengajar semata-mata tetapi sejalan dengan perkembangan dengan pranata pendidikan sebagai prnata social maka pendidikan perlu dikaji secara ilmiah dan ditngani secara professional, dengan demikian pandangan-pandangan psikologisme akan memperpuruk profesi pendidikan sebagai profesi yang tidak professional dan kurang bobot keilmiahanya.
3. Pendekatan Perencanaan
a. Pendekatan perencanaan pendidikan berdasarkan permintaan Masyarakat
Sistem yang digunakan agar masyrakat sadar akan pendidikan adalah kita lakukan pendekatan terhadap mereka apa yang diinginkan merka, apa yang menjadikan mereka kurang minat untuk menyekolahkan anak-anak mereka, dari survei yang kami lihat kebanyakan mereka mengeluhkan masalah biaya sekolah yang mahal menurut mereka, karena mereka belum tahu, kalau biaya sekolah mahal tetapi didukung dengan fasilitas yang memadahi serta kelengkapan fasilitas yang begitu lengkap berarti biaya sekolah tidak mahal, kalau biaya sekolah murah tetapi tidak ada fasilitas sama sekali , mesin ketik saja tidak ada, apalagi komputer berarti biaya sekolah mahal, hal ini perlu dijelaskan oleh guru, agar minat masyarakat dalam pendidikantidak rendah
b. Pendekatan perencanaan pendidikan berdasarkan kebutuhan kerja
Kebanyakan orang mengatakan menyekolahkan anak agar anaknya bisa memperoleh pekerjaan yang layak, kalau tujuannya seperti itu kita harus menggunakan pendekatan perencanaan pendidikan yang siap untuk di pekerjakan atau sekolah yang siap kerja, kalau menurut kami sekolah yang siap kerja adalah sekolah yang berbasis keterampilan, dengan keterampiln yang dimiliki akan lebih mudah terjun di dunia kerja, jadi kita arahkan mereka ke pendidikan keterampilan
c. Pendekatan perencanaan pendidikan berdasarkan nilai baik .
Meamng nilai baik merupakan hasil prestasi yang selalu ingi kita raih tetapi nilai baik bukanlah tujuan utama, tujuan pendidikan yang paling utama adalah mendapatkan ridho Allah, menghilangkan kebodohan dan ketertinggalan kita, dan menghidupkan atau menyebarluaskan ilmu kita kepada orng lain, adapun nilai baik adalah sarana untuk mencapai hal tersebut, dengan nilai baik kita bisa lebih mudah menyebarluaskan ilmu kita, tetapi yang menjadi masalah, nilai baik itu hasil dari dirinya sendiri atau menyontek, atau prestasi orang lain .
4. Pendekatan Filosofis
Pendekatan filosofis ini memandang manusia adalah mahkluk rasional atau homorasional sehingga segala sesuatu yang menyangkut pemgembangannya didasarkan kepada sejauh mana pengembangan berfikir dapat dikembangkan , dalam Alqur’an diterangkan:
Artinya: Allah SWT memberikan hikmah kepada siapa yang dikehendaki-Nya barang siapa yang diberi hikmah, sungguh telah diberi kebaikan yang banyak dan tak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang berakal
Surat Al Baqoroh ayat 269 menerangkan tentang seorang yang. Mendapatkan hikmah akan memperoleh kebaikan yang banyak itu Maksudnya apa? Yang kami fahami hikmah adalah sesuatu yang bermanfaat dalam dunia pendidikan sesuatu yang bermanfaat itu apa? Yaitu ilmu. Kalau seseorang sudah mendapatkan ilmu juga akan mendapatka banyak kebaikan, kalau banyak kebaikanya yang diperoleh, dia akan berlaku bijak, berarti apabila seseorang yang telah mendapatkan hikmah dia akan bijak perbuatanya, tujuan kami menyampaikan hal itu agar siswa dapat menggunakan fikiran(Rasio)seluas-luasnya sampai titik maksimal dari daya tangkapnya sehingga siswa terlatih untuk terus berfikir, karena pendekatan Filosofis adalah mengajak berfikir sedalam-dalamnya untuk mendapatkan hikmah.
Berfikir merupakan kunci dari nur keilmuan yaitu terbukanya ilmu, pengetahuan dan pemahaman, didalam belajar berfikir merupakan hal yang paling penting karena belajar tanpa berfikir tidak akn mendapatkan hasil.
5. Pendekatan Sosiologi
Pendekatan ini sangt efektif dalam membentuk sifat kebersaman siswa dalam lingkunganya, baik di sekolah maupun dimasyarakat. Ppendekatan ini daitekankan pada aspek tingkah laku dimana guru hendaknya dapat menanamkan rasa kebersamaan dan siswa dapat menyesuaikan diri, baik individu maupun sosialnya .
a. .Pendekatan Individu
Dalam hal ini dimaksudkan supaya daalam suatu pendidikan dapat memahami tingkah laku individu satu-persatu, bagaimana cara berfikir, perasaan, perbuatan, sikap, watak dan moralnya. Individu sebagai titik tolak dalam masyarakat. Dalam berinteraksi dengan masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu:
i. Faktor internal (biologi)
Dalam hal ini peran di dalam bertingkah laku selalu di titikkan pada keadaan biologisnya baik secara fisik maupun non fisik, sehingga dalam berinteraksi dengan masyarakat baik buruknya seseorang dalam berhubungan ke hal tersebut saling berpengaruh, contoh : jika keadaan mentalitasnya tidak normal maka dalam bertingkah laku dengan masyarakat tidak wajar seperti layaknya teman yang lain .
ii. Faktor ekternal
Dalam hal ini peran juga dipengaruhi oleh lingkungan, baik keluarga maupun masyarakat sekitar. Jika dalam keluarganya didik dengan baik, sopan santun, beragama maka peran dalam berinteraksi nantinya kalau sudah dewasa akan baik, tapim jika dalam keluarga itu didiknya tidak baik mungkin sering bertengkar, maka tingkah laku seseorang / peraanpun nantinya juga tidak baik .
6. Pendekatan sosial
Pendekatan social ini adalah pedidikan yang tidak di lakukan secara menyeluruh tentang aspek-aspek atau komponen-komponen dari kebudayaan manusia seperti keluarga, tradisi –tradisi, adapt istiadat, moralitas dan norma-norma sosial masyarakat .
Menurut Wood Wart manusia dalam menyesuaikan diri dengan likungan selalu melalui 4 macam proses :
a) Individu dapat bertentangan dengan lingkungan
b) Individu dapat menggunakan lingkungan
c) Individu berpartisipasi dalam lingkungan
d) Individu dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan .
7. Pendekatan interksi / Timbal balik
Pendekatan ini berhubungan / interaksi antara individu dan social . di mana keduanya itu saling berhubungan bahkan saling mempengaruhi antar satu dengan yang lain, yang nantinya akan menuju pada suatu sikap yang kreatif dan dinamis
8. Pendekatan Emosional
Pendekatan emosional adalah usaha untuk menggugah perasaan dan emosi siswa dalam meyakini, memahami dan menghayati , karena kemampuan jiwa untuk merasakan gejala sesuatu yang disebabkan oleh rangsangan dari luar sangatlah peka. Kadang ada rasa marah, sedih, gembira bisa mempengaruhi belajar siswa. Apalagi kalau lingkunganya berupaya mempercepat proses perkembangan siswa akan dapat menimbulkan kesulitan dalam belajar.
Menurut penulis, dengan pendekatan emosional, siswa agar dapat meyakini, memahami dan menghayati perlu adanya tahapan-tahapan yang perlu diperhatikan yaitu, siswa bisa memperoleh pengetahuan baru walaupun secara penuh memahaminya setelah memperoleh hal baru, siswa diarahkan agar mau memahaminya, kemudian anak dapat memahami dan menghayatinya, setelah semuanya sudah berjalan dengan baik kemudian diharaokan agar siswa mau memanfaatkan dan mengamalkan serta melakukanya dengan emosi yang baik, pada tahap yang terakhir ini siswa telah memiliki pengethuan yang dipelajari sehingga dapat diterapkan kedaalm berbagai situasi
9. Pendektan Tekhnologi
Perkembangan di bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi saat ini sangat pesat dan berpengaruh sangat signifikan terhadap pribadi maupun komunitas, segala aktivitas, kehidupan, cara kerja, metoda belajar, gaya hidup maupun cara berpikir. Oleh karena itu, pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi harus diperkenalkan kepada siswa agar mereka mempunyai bekal pengetahuan dan pengalaman yang memadai untuk bisa menerapkan dan menggunakannya dalam kegiatan belajar, bekerja serta berbagai aspek kehidupan sehari-hari. Manusia secara berkelanjutan membutuhkan pemahaman dan pengalaman agar bisa memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi secara optimal dalam menghadapi tantangan perkembangan zaman dan menyadari implikasinya bagi pribadi maupun masyarakat. Siswa yang telah mengikuti dan memahami serta mempraktekkan Teknologi Informasi dan Komunikasi akan memiliki kapasitas dan kepercayaan diri untuk memahami berbagai jenis Teknologi Informasi dan Komunikasi dan menggunakannya secara efektif. Selain itu siswa memahami dampak negatif, dan keterbatasan Teknologi Informasi dan Komunikasi, serta mampu memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk mendukung proses pembelajaran dan dalam kehidupan.
Pemerintah dalam hal ini mendiknas melalui bidang kurikulum telah memberikan acuan untuk mempersiapkan penerus bangsa dalam penguasaan teknologi informasi dan komunikasi seperti dalam visi mata pelajaran teknologi informasi dan komonukasi. Didasarkan pada visi mata pelajaran ini diharapkan siswa dapat menggunakan perangkat Teknologi Informasi dan Komunikasi secara tepat dan optimal untuk mendapatkan dan memproses informasi dalam kegiatan belajar, bekerja, dan aktifitas lainnya sehingga siswa mampu berkreasi, mengembangkan sikap inisiatif, mengembangkan kemampuan eksplorasi mandiri, dan mudah beradaptasi dengan perkembangan yang baru.
Pendidikan sebagai pondasi pembangunan suatu bangsa memerlukan pembahuruan-pembaharuan sesuai dengan tuntutan zaman. Keberhasil dalam pendidikan selalu berhubungan erat dengan kemajuan suatu bangsa yang dampaknya meningkatnya kesejahteraan kehidupan masyarakat. Pada era teknologi tinggi (high technology) perkembangan dan transformasi ilmu berjalan begitu cepat. Akibatnya, sistem pendidikan konvensional tidak akan mampu lagi mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi. Pendekatan-pendekatan modern dalam proses pengajaran tidak akan banyak membantu untuk mengejaran perkembangan ilmu dan teknologi jika sistem pendidikan masih dilakukan secara konvensional. Keperluan akan penguasaan teknologi khususnya Teknologi Informasi (TI) telah diantisipasi oleh pemerintah dalam hal ini oleh Departemen Pendidikan Nasional dengan dimasukkannya kurikulum teknologi informasi dalam kurikulum 2004 mulai dari pendidikan dasar sampai ke perguruan tinggi. Diharapkan dengan diemplementasikannya kurikulum TI ini akan meningkatkan kualitas proses pengajaran, kualitas penilaian kemajuan siswa dan kualitas administrasi sekolah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa di dalam dunia pendidikan untuk mengetahui karakter, kamampuan dan hal apa yang harus dilakukan untuk mendidik siswa, agar dikatakan pendidikanya berhasil maka perlu adanya pendekatan-pendekatan dalam pendidikan,yang diantaranya telah kami bahas dalam makalah kami sbb:
a. Pendektan Penanaman Nilai
b. Pendekatan Psikologis
c. Pendekatan Perencanaan
Didalamnya:
1. Pendekatan perencanaan pendidikan berdasarkan permintaan Masyarakat
2. Pendekatan perencanaan pendidikan berdasarkan kebutuhan kerja
3. Pendekatan perencanaan pendidikan berdasarkan nilai baik
d. Pendekatan Filosofis
e. Pendekatan Sosiologi
1. Pendekatan Individu
2. Pendekatan social
3. Pendekatan Interaksi/Umpan balik
f. Pendekatan Emosional
g. Pendekatan Tekhnologi
B. Penutup
Demikianlah makalah ini penulis buat di harapkan dengan mkalah ini kita dapat mengetahui lebih jauh lagi tentang suatu pendekatan-pendekatan dalam pendidikan dan di harapkan nantinya dalam pelaksanaan suatu pendidikan bisa berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan suatu pendidikan
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca yang beriman dan kelompok kami pada khususnya . Apabila ada kesalahan tulisan maupan bahasanya kami mohon maaf . Kritik dan saran kami harapkan gana merevisi menjadi yang lebih baik .
DAFTAR PUSTAKA
H. AR Tibar, Pendidikan Kebudayaan dan masyarakat madani Indonesia, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung,1999
Armai Arief. MA, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Ciputat Pers, Jakarta, 2002.
Dr Nana Sudjana dan Drs.Ahmad Rivai,Teknologi pengajaran,1997,Sinar Baru ,bandung.
Endang Soenarya, Teori Perencanaan Pendidikan, Adicita Karya Nusa, Jogjakarta, 2002.
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Ciputat Pers, Jakarta, 2002.
Prof. Dr. Ace Partadiredja, Pengantar Ekonomi, UGM Yogyakarta, 2002.
Moh.Rosyid, Ilmu Pendidikan, Unnes Press, semarang, 2004.
Redja Mudyaharjo, Filsafat Ilmu Pendidikan, PT.Remaja Rosda Karya, Bandung, 2002.
Syaiful Bahri Djamaroh, Azwan zairi, Strategi Belajar, Rineka Cipta, Jakarta, 1997.
PENDAHULUAN
Dalam dunia pendidikan ada banyak cara supaya dalam pelaksanaan suatu pendidikan bisa berjalan dengan baik. Untuk itu Penulis akan menguraikan salah satu cara yang bisa dijadikan sebagai pendukaung dalam pelaksanaan pendidikan yaitu Pendekatan Pendekatan dalam Pendidikan. Setelah mengetahui bahasan tentang apa itu pendeekatan dan pendekatan apa saja yang harus dilakukan, yang nantinya bisa mewujudkan suatu pendidikan yang kreatif, dinamis dan inovatif.
BAB II
BEBERAPA PENDEKATAN DALAM PENDIDIKAN
A. Definisi Pendekatan
Adalah proses perbuatan atau usaha dalam rangka aktifitas penelitian untuk
mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti, dalam bahasa inggris yaitu Approach dalam bahasa arab Madkhal . Adapun dalam pendidikan untuk mencapai keberhasilan harus diadakan pendekatan antara pendidik dan peserta didik.
B. Pendekatan-pendekatan dalam pendidikan
1. Pendekatan penanaman nilai
Pendekatan penanaman nilai (inculcation approach) adalah suatu pendekatan yang memberi penekanan pada penanaman nilai-nilai social dalam diri siswa. Menurut Superka et al. (1976), tujuan pendidikan nilai menurut pendekatan ini adalah: Pertama, diterimanya nilai-nilai sosial tertentu oleh siswa; Kedua, berubahnya nilai-nilai siswa yang tidak sesuai dengan nilai-nilai sosial yang diinginkan. Metoda yang digunakan dalam proses pembelajaran menurut pendekatan iniantara lain: keteladanan, penguatan positif dan negatif, simulasi,permainan peranan, dan lain-lain. Pendekatan ini sebenarnya merupakan pendekatan tradisional. Banyak kritik dalam berbagai literatur barat yang ditujukan kepada pendekatan ini. Pendekatan ini dipandang indoktrinatif, tidak sesuai dengan perkembangan kehidupan demokrasi (Banks, 1985; Windmiller, 1976). Pendekatan ini dinilai mengabaikan hak anak untuk memilih nilainya sendiri secara bebas. Menurut Raths et al. (1978) kehidupan manusia berbeda karena perbedaan waktu dan tempat. Kita tidak dapat meramalkan nilai yang sesuai untuk generasi yang akan datang. Menurut beliau, setiap generasi mempunyai hak untuk menentukan nilainya sendiri. Oleh karena itu, yang perlu diajarkan kepada generasi muda bukannya nilai, melainkan proses, supaya mereka dapat menemukan nilai-nilai mereka sendiri, sesuai dengan tempat dan zamannya.
2. Pendekatan Psikologis
Psikologisme cenderung mereduksi ilmu penddidikan enjadi ilmu proses belajar da mengajar, hal tersebut telah mempersempit pandangan para pendidik yang seakan- akan ilmu pendidikan terbatas pada ilmu mengajar saja, akan tetapi proses pendidikan didalam masyarakat modern bukn hanya terbatas pada proses belajar mengajar semata-mata tetapi sejalan dengan perkembangan dengan pranata pendidikan sebagai prnata social maka pendidikan perlu dikaji secara ilmiah dan ditngani secara professional, dengan demikian pandangan-pandangan psikologisme akan memperpuruk profesi pendidikan sebagai profesi yang tidak professional dan kurang bobot keilmiahanya.
3. Pendekatan Perencanaan
a. Pendekatan perencanaan pendidikan berdasarkan permintaan Masyarakat
Sistem yang digunakan agar masyrakat sadar akan pendidikan adalah kita lakukan pendekatan terhadap mereka apa yang diinginkan merka, apa yang menjadikan mereka kurang minat untuk menyekolahkan anak-anak mereka, dari survei yang kami lihat kebanyakan mereka mengeluhkan masalah biaya sekolah yang mahal menurut mereka, karena mereka belum tahu, kalau biaya sekolah mahal tetapi didukung dengan fasilitas yang memadahi serta kelengkapan fasilitas yang begitu lengkap berarti biaya sekolah tidak mahal, kalau biaya sekolah murah tetapi tidak ada fasilitas sama sekali , mesin ketik saja tidak ada, apalagi komputer berarti biaya sekolah mahal, hal ini perlu dijelaskan oleh guru, agar minat masyarakat dalam pendidikantidak rendah
b. Pendekatan perencanaan pendidikan berdasarkan kebutuhan kerja
Kebanyakan orang mengatakan menyekolahkan anak agar anaknya bisa memperoleh pekerjaan yang layak, kalau tujuannya seperti itu kita harus menggunakan pendekatan perencanaan pendidikan yang siap untuk di pekerjakan atau sekolah yang siap kerja, kalau menurut kami sekolah yang siap kerja adalah sekolah yang berbasis keterampilan, dengan keterampiln yang dimiliki akan lebih mudah terjun di dunia kerja, jadi kita arahkan mereka ke pendidikan keterampilan
c. Pendekatan perencanaan pendidikan berdasarkan nilai baik .
Meamng nilai baik merupakan hasil prestasi yang selalu ingi kita raih tetapi nilai baik bukanlah tujuan utama, tujuan pendidikan yang paling utama adalah mendapatkan ridho Allah, menghilangkan kebodohan dan ketertinggalan kita, dan menghidupkan atau menyebarluaskan ilmu kita kepada orng lain, adapun nilai baik adalah sarana untuk mencapai hal tersebut, dengan nilai baik kita bisa lebih mudah menyebarluaskan ilmu kita, tetapi yang menjadi masalah, nilai baik itu hasil dari dirinya sendiri atau menyontek, atau prestasi orang lain .
4. Pendekatan Filosofis
Pendekatan filosofis ini memandang manusia adalah mahkluk rasional atau homorasional sehingga segala sesuatu yang menyangkut pemgembangannya didasarkan kepada sejauh mana pengembangan berfikir dapat dikembangkan , dalam Alqur’an diterangkan:
Artinya: Allah SWT memberikan hikmah kepada siapa yang dikehendaki-Nya barang siapa yang diberi hikmah, sungguh telah diberi kebaikan yang banyak dan tak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang berakal
Surat Al Baqoroh ayat 269 menerangkan tentang seorang yang. Mendapatkan hikmah akan memperoleh kebaikan yang banyak itu Maksudnya apa? Yang kami fahami hikmah adalah sesuatu yang bermanfaat dalam dunia pendidikan sesuatu yang bermanfaat itu apa? Yaitu ilmu. Kalau seseorang sudah mendapatkan ilmu juga akan mendapatka banyak kebaikan, kalau banyak kebaikanya yang diperoleh, dia akan berlaku bijak, berarti apabila seseorang yang telah mendapatkan hikmah dia akan bijak perbuatanya, tujuan kami menyampaikan hal itu agar siswa dapat menggunakan fikiran(Rasio)seluas-luasnya sampai titik maksimal dari daya tangkapnya sehingga siswa terlatih untuk terus berfikir, karena pendekatan Filosofis adalah mengajak berfikir sedalam-dalamnya untuk mendapatkan hikmah.
Berfikir merupakan kunci dari nur keilmuan yaitu terbukanya ilmu, pengetahuan dan pemahaman, didalam belajar berfikir merupakan hal yang paling penting karena belajar tanpa berfikir tidak akn mendapatkan hasil.
5. Pendekatan Sosiologi
Pendekatan ini sangt efektif dalam membentuk sifat kebersaman siswa dalam lingkunganya, baik di sekolah maupun dimasyarakat. Ppendekatan ini daitekankan pada aspek tingkah laku dimana guru hendaknya dapat menanamkan rasa kebersamaan dan siswa dapat menyesuaikan diri, baik individu maupun sosialnya .
a. .Pendekatan Individu
Dalam hal ini dimaksudkan supaya daalam suatu pendidikan dapat memahami tingkah laku individu satu-persatu, bagaimana cara berfikir, perasaan, perbuatan, sikap, watak dan moralnya. Individu sebagai titik tolak dalam masyarakat. Dalam berinteraksi dengan masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu:
i. Faktor internal (biologi)
Dalam hal ini peran di dalam bertingkah laku selalu di titikkan pada keadaan biologisnya baik secara fisik maupun non fisik, sehingga dalam berinteraksi dengan masyarakat baik buruknya seseorang dalam berhubungan ke hal tersebut saling berpengaruh, contoh : jika keadaan mentalitasnya tidak normal maka dalam bertingkah laku dengan masyarakat tidak wajar seperti layaknya teman yang lain .
ii. Faktor ekternal
Dalam hal ini peran juga dipengaruhi oleh lingkungan, baik keluarga maupun masyarakat sekitar. Jika dalam keluarganya didik dengan baik, sopan santun, beragama maka peran dalam berinteraksi nantinya kalau sudah dewasa akan baik, tapim jika dalam keluarga itu didiknya tidak baik mungkin sering bertengkar, maka tingkah laku seseorang / peraanpun nantinya juga tidak baik .
6. Pendekatan sosial
Pendekatan social ini adalah pedidikan yang tidak di lakukan secara menyeluruh tentang aspek-aspek atau komponen-komponen dari kebudayaan manusia seperti keluarga, tradisi –tradisi, adapt istiadat, moralitas dan norma-norma sosial masyarakat .
Menurut Wood Wart manusia dalam menyesuaikan diri dengan likungan selalu melalui 4 macam proses :
a) Individu dapat bertentangan dengan lingkungan
b) Individu dapat menggunakan lingkungan
c) Individu berpartisipasi dalam lingkungan
d) Individu dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan .
7. Pendekatan interksi / Timbal balik
Pendekatan ini berhubungan / interaksi antara individu dan social . di mana keduanya itu saling berhubungan bahkan saling mempengaruhi antar satu dengan yang lain, yang nantinya akan menuju pada suatu sikap yang kreatif dan dinamis
8. Pendekatan Emosional
Pendekatan emosional adalah usaha untuk menggugah perasaan dan emosi siswa dalam meyakini, memahami dan menghayati , karena kemampuan jiwa untuk merasakan gejala sesuatu yang disebabkan oleh rangsangan dari luar sangatlah peka. Kadang ada rasa marah, sedih, gembira bisa mempengaruhi belajar siswa. Apalagi kalau lingkunganya berupaya mempercepat proses perkembangan siswa akan dapat menimbulkan kesulitan dalam belajar.
Menurut penulis, dengan pendekatan emosional, siswa agar dapat meyakini, memahami dan menghayati perlu adanya tahapan-tahapan yang perlu diperhatikan yaitu, siswa bisa memperoleh pengetahuan baru walaupun secara penuh memahaminya setelah memperoleh hal baru, siswa diarahkan agar mau memahaminya, kemudian anak dapat memahami dan menghayatinya, setelah semuanya sudah berjalan dengan baik kemudian diharaokan agar siswa mau memanfaatkan dan mengamalkan serta melakukanya dengan emosi yang baik, pada tahap yang terakhir ini siswa telah memiliki pengethuan yang dipelajari sehingga dapat diterapkan kedaalm berbagai situasi
9. Pendektan Tekhnologi
Perkembangan di bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi saat ini sangat pesat dan berpengaruh sangat signifikan terhadap pribadi maupun komunitas, segala aktivitas, kehidupan, cara kerja, metoda belajar, gaya hidup maupun cara berpikir. Oleh karena itu, pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi harus diperkenalkan kepada siswa agar mereka mempunyai bekal pengetahuan dan pengalaman yang memadai untuk bisa menerapkan dan menggunakannya dalam kegiatan belajar, bekerja serta berbagai aspek kehidupan sehari-hari. Manusia secara berkelanjutan membutuhkan pemahaman dan pengalaman agar bisa memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi secara optimal dalam menghadapi tantangan perkembangan zaman dan menyadari implikasinya bagi pribadi maupun masyarakat. Siswa yang telah mengikuti dan memahami serta mempraktekkan Teknologi Informasi dan Komunikasi akan memiliki kapasitas dan kepercayaan diri untuk memahami berbagai jenis Teknologi Informasi dan Komunikasi dan menggunakannya secara efektif. Selain itu siswa memahami dampak negatif, dan keterbatasan Teknologi Informasi dan Komunikasi, serta mampu memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk mendukung proses pembelajaran dan dalam kehidupan.
Pemerintah dalam hal ini mendiknas melalui bidang kurikulum telah memberikan acuan untuk mempersiapkan penerus bangsa dalam penguasaan teknologi informasi dan komunikasi seperti dalam visi mata pelajaran teknologi informasi dan komonukasi. Didasarkan pada visi mata pelajaran ini diharapkan siswa dapat menggunakan perangkat Teknologi Informasi dan Komunikasi secara tepat dan optimal untuk mendapatkan dan memproses informasi dalam kegiatan belajar, bekerja, dan aktifitas lainnya sehingga siswa mampu berkreasi, mengembangkan sikap inisiatif, mengembangkan kemampuan eksplorasi mandiri, dan mudah beradaptasi dengan perkembangan yang baru.
Pendidikan sebagai pondasi pembangunan suatu bangsa memerlukan pembahuruan-pembaharuan sesuai dengan tuntutan zaman. Keberhasil dalam pendidikan selalu berhubungan erat dengan kemajuan suatu bangsa yang dampaknya meningkatnya kesejahteraan kehidupan masyarakat. Pada era teknologi tinggi (high technology) perkembangan dan transformasi ilmu berjalan begitu cepat. Akibatnya, sistem pendidikan konvensional tidak akan mampu lagi mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi. Pendekatan-pendekatan modern dalam proses pengajaran tidak akan banyak membantu untuk mengejaran perkembangan ilmu dan teknologi jika sistem pendidikan masih dilakukan secara konvensional. Keperluan akan penguasaan teknologi khususnya Teknologi Informasi (TI) telah diantisipasi oleh pemerintah dalam hal ini oleh Departemen Pendidikan Nasional dengan dimasukkannya kurikulum teknologi informasi dalam kurikulum 2004 mulai dari pendidikan dasar sampai ke perguruan tinggi. Diharapkan dengan diemplementasikannya kurikulum TI ini akan meningkatkan kualitas proses pengajaran, kualitas penilaian kemajuan siswa dan kualitas administrasi sekolah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa di dalam dunia pendidikan untuk mengetahui karakter, kamampuan dan hal apa yang harus dilakukan untuk mendidik siswa, agar dikatakan pendidikanya berhasil maka perlu adanya pendekatan-pendekatan dalam pendidikan,yang diantaranya telah kami bahas dalam makalah kami sbb:
a. Pendektan Penanaman Nilai
b. Pendekatan Psikologis
c. Pendekatan Perencanaan
Didalamnya:
1. Pendekatan perencanaan pendidikan berdasarkan permintaan Masyarakat
2. Pendekatan perencanaan pendidikan berdasarkan kebutuhan kerja
3. Pendekatan perencanaan pendidikan berdasarkan nilai baik
d. Pendekatan Filosofis
e. Pendekatan Sosiologi
1. Pendekatan Individu
2. Pendekatan social
3. Pendekatan Interaksi/Umpan balik
f. Pendekatan Emosional
g. Pendekatan Tekhnologi
B. Penutup
Demikianlah makalah ini penulis buat di harapkan dengan mkalah ini kita dapat mengetahui lebih jauh lagi tentang suatu pendekatan-pendekatan dalam pendidikan dan di harapkan nantinya dalam pelaksanaan suatu pendidikan bisa berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan suatu pendidikan
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca yang beriman dan kelompok kami pada khususnya . Apabila ada kesalahan tulisan maupan bahasanya kami mohon maaf . Kritik dan saran kami harapkan gana merevisi menjadi yang lebih baik .
DAFTAR PUSTAKA
H. AR Tibar, Pendidikan Kebudayaan dan masyarakat madani Indonesia, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung,1999
Armai Arief. MA, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Ciputat Pers, Jakarta, 2002.
Dr Nana Sudjana dan Drs.Ahmad Rivai,Teknologi pengajaran,1997,Sinar Baru ,bandung.
Endang Soenarya, Teori Perencanaan Pendidikan, Adicita Karya Nusa, Jogjakarta, 2002.
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Ciputat Pers, Jakarta, 2002.
Prof. Dr. Ace Partadiredja, Pengantar Ekonomi, UGM Yogyakarta, 2002.
Moh.Rosyid, Ilmu Pendidikan, Unnes Press, semarang, 2004.
Redja Mudyaharjo, Filsafat Ilmu Pendidikan, PT.Remaja Rosda Karya, Bandung, 2002.
Syaiful Bahri Djamaroh, Azwan zairi, Strategi Belajar, Rineka Cipta, Jakarta, 1997.
KARAKTERISTIK KAJIAN ISLAM KONTEKSTUAL
BAB I
PENDAHULUAN
Islam adalah agama samawi yang diturunkan Allah melalui Nabi Muhammad SAW yang ajarannya terdapat dalam Al-Qur’an dan Sunnah dalam bentuk perintah, larangan serta petunjuk untuk kebaikan manusia. Islam memiliki syariat-syariat yang diturunkan Allah kepada umat manusia untuk dijalankan dan bertujuan mencapai kemaslahatan. Ajaran Islam juga mencakup seluruh aspek kehidupan manusia seperti akidah / teologi, ibadah, hukum, tasawuf, filsafat, ekonomi, sosial, politik dan pembaruan.
Kita sebagai umat Islam diharapkan mampu memahami, mengerti dan mengamalkan setiap ajaran agama yang termuat dalam kitab sucinya disegala situasi dan kondisi bagaimanapun. Sedangkan sebagai kaum intelektual muslim tentu dalam memahami setiap syariat islam tidak hanya sekedar memaknai teks yang termaktub tapi diharapkan mampu mengambil makna kontekstual yang dapat direalisasikan dengan tetap menjaga kemurnian ajaran agama.
Maka dari itu, dalam makalah ini kami akan mengedepankan pembahasan tentang berbagai aspek syariat islam yang bisa direalisasikan dengan memahami karakteristik kajian islam kontekstual.
BAB II
KARAKTERISTIK KAJIAN ISLAM KONTEKSTUAL
A. KARAKTERISTIK DUNIA ISLAM
Islam merupakan sebuah ajaran agama yang tumbuh pertama kali didunia timur tengah beberapa abad yang lalu. Islam sebagai suatu agama yang mengandung berbagai ajaran sosial, ekonomi, hukum, akhlak merupakan pegangan umatnya yang harus diterima dan diamalkan secara seksama. Islam mampu berkembang dan menyebar keseluruh penjuru dunia hanya dalam beberapa dekade saja. Islam bukanlah satu-satunya agama didunia yang paling benar, tapi islam berusaha memberikan ajaran yang Rahmatanlilalamin yang tidak dimiliki oleh ajaran agama lainnya. Islam banyak memberikan kelonggaran dalam syariat agama bagi umatnya disesuaikan situasi dan kondisi mereka saat itu karena islam bukanlah agama otoriter dan pemaksaan.
Dalam perkembangan dunia islam pada umumnya terbagi dalam dua tahap yaitu :
1. Islam Tradisional
Tradisi bisa berarti addin yang mencakup semua aspek agama dan percabangannya atau assunah berdasarkan pada model sakral yang sudah menjadi tradisi, bisa juga berarti Al-Silsilah rantai yang mengkaitkan setiap periode episode atau tahap kehidupan dan pemikiran. Jadi Islam tradisional menerima Al-Qur’an sebagai kalam Tuhan baik kandungan maupun bentuknya, menerima komentar-komentar tradisional yang linguistik, historical, sapiental dan metafisikal atas Al-Qur’an. Islam tradisional menginterprestasikan bacaan suci bukan berdasarkan makna literal dan eksternal tapi sesuai tradisi hermeunitik yang mempertahankan syariah sebagai hukum Illahi sehingga seluruh moralitas diturunkan dari Al-Quran dan hadits .
Kadang kala Islam tradisional bertentangan dengan interprestasi modernis dan fundamentalis karena Islam tradisional menentang pencapaian kekuasaaan duniawi atas nama Islam dengan melupakan anjuran Islam sekalipun dunia terus berputar menuju keperadapan yang lebih tinggi. Islam tradisional akan tetap eksis dalam gerakan intelektual artistic klasik, cendekiawan dan orang suci yang setia menempuh jalan Nabi.
2. Islam Kontemporer
Sementara pada abad ke 19 banyak gagasan–gagasan barat tentang kemajuan dan pembangunan diterima secara luas dan merata dikalangan penguasa dunia Islam tanpa melakukan analisis secara obyektif sesuai norma-norma Islam yang mereka pegang. Hal ini berimplikasi pada merosotnya moral, keyakinan dan syariat umat Islam terhadap kemurnian ajaran agama yang selama masa tradisional mereka pegang teguh hanya untuk mengejar arus modernisasi dunia. Dari kebahagiaan semata manusia diera ini lebih memikirkan masa depan kehidupan dunianya dengan menempuh berbagai cara sesuai potensi SDM yang dimiliki dan menomerduakan hukum-hukum agama. Memang kalau dipandang sekilas umat Islam menjadi lebih mapan dan mampu bersaing dengan dunia non- Islam sehingga dipandangan dunia, umat Islam bukanlah umat yang lemah dan ketinggalan peradapan. Namun dibalik semua itu umat Islam harus mengorbankan keyakinan ajaran agama yang seharusnya dijadikan pegangan dalam berperilaku. Bukannya kemajuan peradapan Islam yang modern tapi moral umat Islam yang semakin jauh dari norma-norma agama. Setidaknya diera Islam kontemporer terdapat tiga gerakan Islam yang bersekala luas, antara lain Revivalisme, sebagai reaksi dimulainya ekspansi kolonial eropa abad ke 18 dan 19, kemudian muncul gerakan Reformisme Islam sebagai pengganti Refifalisme yang tidak berhasil mencapai tujuan jangka panjangnnya baru setelah itu muncul Islam fundamental .
Langkah dalam mengkaji gerakan ini adalah harus selalu mencermati bahwa dunia Islam sangat besar dan beragam, lebih dari 800 juta kaum muslim diseluruh dunia dan sebagian besar dibenua asia khusunya di Indonesia yang mencapai 190juta muslim. Indonesia bukanlah negara Islam tapi mayoritas penduduknya 90% adalah umat Islam sekaligus sebagai negara dengan jumlah umat Islam terbanyak didunia. Ironisnya sebagai negara mayoritas penduduknya muslim apakah umat Islam Indonesia sudah menjalankan semua syariat agama serta mampu mengembangkan peradapan Islam modern berbasis teknologi dengan potensi SDM yang unggulan demi kejayaan dan kemakmuran Indonesia pada umumnya dan Islam pada khususnya. Hal inilah yang belum mampu dicapai oleh Negara-negara Islam diseluruh dunia sebagaimana yang pernah diungkapkan Eric Hoffer pengarang The True Believer menyatakan belum ada negara Islam yang berhasil menguasai produksi industri atau mewujudkan sesuatu yang mendekatinya dengan membandingkan apa yang telah dicapai oleh Jepang, Taiwan, Korsel, Singapura, Hongkong dan India.
B. KONDISI PERADAPAN ISLAM
Diera ini dengan semakin memanasnya kehidupan didunia yang ditandai persaingan negara-negara didunia dalam bidang penguasaan IPTEK serta peningkatan kualitas SDM. Membuat dunia Islam kalang kabut apalagi dengan adanya era globalisasi dan perdagangan bebas membuat setiap Negara khususnya yang mayoritas berpenduduk muslim harus bersiap dan mengambil langkah prefentif guna menghadapi realitas dunia sekarang ini.
Umat Islam sebenarnya bisa menjadi modern dan demokratis tapi tetap setia pada akidah Islam, namun pilihan mereka dalam mengungkapkan diri dibatasi oleh kriteria hak-hak istimewa ekonomis yang ada sekarang. Orang tak mungkin mengabaikan apa yang sekarang terjadi didunia ketiga ini disetiap lapisan kelompok. Mereka yang tidak ikut serta dalam jajaran depan masyarakat yang mengalami teknikalisasi itu mengalami kesenjangan yang sangat mencolok. Menurut Izetbegovic keunikan Islam adalah dalam memproyeksikan sikap pandangan dunia yang holistic dengan menerapkan norma agama sebagai praktik politik korektif, agama menjadi wahana untuk memperbaiki kehidupan pablik karena Islam menganjurkan penguasaan atas pikiran, badan, ruang sebagai dimensi agama yang tegas .
Diera kontemporer ini perkembangan peradapan dunia yang selalu tumbuh dan berkembang cepat baik dibidang IPTEK, SOSBUD, hukum, ekonomi dan segala bidang kehidupan yang lain membuat setiap individu dituntut memiliki life skill dan meningkatkan SDMnya demi mengejar perkembangan dunia yang semakin signifikan. Sebagaimana umat Islam diseluruh dunia lebih-lebih di Indonesia sendiri, kaum muslim mendapat berbagai tantangan baru yang membutuhkan penyelesaian secara akal, hati atau perasaan dan syariat Islam. Ketiga jalur ini diharapkan mampu berjalan berdampingan secara sinergi untuk meningkatkan sumber daya muslim yang sejalur dengan norma-norma agama.
Sebagai contoh, salah satu permasalahan tersebut adalah mengenai peran dan status perempuan dalam perspektif Islam diera modern atau millennium sekarang ini. Islam mencoba mengajukan persoalan sentral mengenai peran dan status wanita dalam kehidupan religius dan sentral, Islam mendasarkan pada ajaran eplisit Al-Qur’an dan bimbingan hidup dari Nabi. Berdasarkan dua sumber tersebut Islam telah mengembangkan doktrin tentang problem wanita serta memformulasikan norma-norma menurut potensi makna masing-masing dalam berhubungan dan bekerjasama disistem sosial .
Maka dari itu, akhir-akhir ini ada beberapa peninjauan kaum perempuan yang disoroti oleh dunia Islam dan dibahas panjang lebar oleh ulama’ dan cendikiawan muslim. Untuk membangun gambaran yang lebih jelas tentang status dan peran perempuan dalam Islam seseorang harus membedakan antara Islam sebagai agama dan Islam sebagai kultur. Islam sebagai agama yang menunjukkan kepada aturan-aturan berkenaan dengan kesalehan etika keimanan. Aspek spiritual Islam dipandang sebagai tugas-tugas peribadatan sebagai pondasi keimanan, berkenaan dengan kereligian ini laki-laki dan perempuan adalah sederajat dalam pandangan Allah, sebagaimana firman Allah dalam surat Ar-rum : 21, Al-Baqoroh : 187, An-nisa’ : 1 dan 32. Islam sebagai kultur menunjuk pada ide dan praktek-praktek kaum muslim dalam konteks situasi dan kondisi sosial, ekonomi, politik. Manusia tidak hanya beribadah tetapi juga berinteraksi dalam hubungan sosial, pada dataran ini kaum perempuan tidak diperlakukan sama dengan kaum lelaki .
Sebagaimana beberapa kasus yang terjadi di Indonesia seperti diskriminasi terhadap kaum perempuan minoritas yang sangat rentang menjadi obyek kekerasan dan pelecehan seksual seperti peristiwa Mei 1998 terhadap etnis Tionghua, peristiwa kerusuhan Sambas, Ambon, Poso dan Timor-timor. Begitu juga yang dialami kaum TKW Indonesia yang bekerja sebagai PRT atau buruh diluar negeri, mereka juga rentang menjadi obyek pelanggaran HAM dan ironisnya di beberapa Negara tertentu seperti Saudi Arabia mereka tidak mendapat perlindungan apapun. Banyak juga para perempuan Indonesia yang diperdagangkan untuk eksploitasi seksual baik sebagai pekerja seks, pornografi dan perkawinan pesanan tanpa sepengetahuan mereka sebelumnya. Namun yang lebih ironis adalah kasus KDRT di Indonesia baik secara fisik, psikologis, seksual dan ekonomi yang terkadang tindakan tersebut didasarkan pada mitos-mitos yang menempatkan perempuan sebagai pihak yang disalahkan .
C. BEBERAPA KARAKTER KAJIAN ISLAM KONTEKSTUAL
Islam sebagai ajaran dijamin oleh Allah sesuai dengan kondisi manusia dimanapun, kapanpun dan bagi segala jenis kehidupan, karena Islam adalah serangkaian kalam Allah yang abadi bagi manusia, hidayah umum bagi semua ras, rahmat bagi sekalian alam, kebenaran yang tidak mungkin ada kebatilan dimuka dan dibelakang, senantiasa menjaga dan memelihara realita disetiap aspek yang didakwahkan kepada manusia mulai aspek akidah, ibadah, akhlak dan tasyri’. Islam mengakui wujud manusia yang terdiri dari laki-laki dan perempuan yang memiliki proses pembentukan, kecenderungan dan tugas berbeda sebagai unsur penentu dalam masyarakat, mengakui realitas manusia sebagai makhluk yang memiliki kombinasi penciptaan, mengakui kehidupan yang marhalah dan berganti-ganti adalah hukum konstitusionalnya, Islam tidak pernah melupakan realitas alam, kehidupan, dan manusia dengan segala kondisi dan peristiwa yang melengkapinya. Islam dalam menyusun aturan kehidupan bergantung dan dipengaruhi oleh kenyataan yang dialami manusia dilingkungan dan zaman tertentu ( kontekstual ).
Idiologi dan gerakan Islam bukan semata-mata fenomena marginal yang terbatas pada kelompok atau organisasi radikal kecil. Implementasi Islam oleh pemerintah dan rekaman sejarah gerakan Islam mencuatkan banyak pertanyaan mengenai pemanfaatan agama demi tujuan politik maupun sifat serta arah pembaharuan Islam. Makin banyak Sarjana kontemporer berkesimpulan bahwa asal usul Islam tidak boleh dibaca sebagai sejarah sekular dengan tambahan religius. Tidak bisa dipisahkan dari komunitas “ulama” yang mengetahui tentang ajaran agama Islam (Al-Qur’an dan As-Sunnah). Sebetulnya masalah Islam kontemporer adalah bagaimana cara menghasilkan atau mewujudkan bukan cara memikirkannya, menurut Thomas S.Kuhn, perkembangan Ilmu Agama Islam Masa sekarang berada pada tahap Anomali.
Menurut Dr. Yusuf Qordowi pemahaman Islam secara kontekstual sering disebut Al-Waqi’iyyah yaitu mengakui realitas alam ini sebagai suatu hakekat yang faktual dan memiliki eksistensi yang terlihat . Yusuf Qardhawi yang dikenal sebagai ulama’ dan pemikir islam unik sekaligus istimewa dalam menggunakan cara atau metodologi khas dalam menyampaikan risalah islam. Karena itulah dia diterima oleh kalangan barat sebagai pemikir yang selalu menampilkan islam secara ramah, santun, dan moderat. Beliau lahir pada tahun 1926 di desa Shafth Turat provinsi Manovia Mesir. Sejak usia 9 tahun beliau telah hafal 30 Juz Al-Qur’an, kemudian melanjutkan studinya di Al-Azhar dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi. Corak penting metodologi islam Qardhawi adalah Taysir ( memudahkan ) dalam pemahaman dan praktik keagamaan.
Dr. Yusuf Qardawi memberikan beberapa karakter aspek ajaran islam yang dapat dipahami secara kontekstual ( Al-Waqi’iyyah ) antara lain :
1. Al-Waqi’iyyah dalam akidah islam yang mengajak ;
a. Beriman kepada Allah yang satu dan memaparkan keberadaannya dengan ayat-ayat kauniyah dan qauliyah.
b. Mengajak beriman kepada Rosul untuk menyempurnakan Makarimul Akhlak. Rosul adalah manusia biasa bukan Tuhan atau Malaikat, yang menunjukkan kejujuran dakwahnya adalah ruh beliau yang suci, kepribadian yang luar biasa serta wahyu beliau yang berupa Al-Qur’an yang tidak ada menandingi kehebatannya, terjaga dan dipelihara Allah atas keontikan kalimatnya, tertulis dalam mushaf, tertilawati oleh lisan-lisan suci, terpatri dalam dada, memberi Khitob pada akal dan hati serta sebagai isyarat kepada manusia baik menyenangkan atau menakutkan.
c. Mengajak beriman pada kehidupan setelah dunia ini, disana akan dibalas segala amal perbuatannya. Keimanan ini memberi kepuasan pada manusia akan alam kekekalan dan kesesuaian perasaan perihal keabadian dialam baka yang setiap ajaran agama dan aliran filsafat mengakuinya.
2. Al-Waqi’iyyah dalam ibadat islam
Islam datang dengan sistem ibadah yang Waqi’iyyah karena islam paham betul kondisi spiritualitas manusia yang memerlukan Ittshal ( kontak ) dengan Allah. Maka islam mewajibkan amal ibadah yang melegakan kehausan rohani, memberi kepuasan fitroh dan mengisi kekosongan jiwa tapi islam juga menjaga kemampuan manusia dan tidak membebaninya ( Qs. Al-Hajj : 78 ).
a. Islam menjaga dan memperhatikan realitas manusia dan kondisi sosial, ekonomi, keluarga yang melingkupinya serta mengharuskan dirinya mencari Mais’yah ( penghasilan ) dan berusaha untuk dunia. Islam tidak menghendaki umatnya berlebihan dalam ibadah serta tidak menjadikan seluruh hidupnya melambung kealam sufistik yang tinggi dan murni.
b. Islam memahami tabiat kebosanan yang ada pada diri manusia makanya islam memberikan variasi dalam hal ibadah, ada ibadah badaniyah ( Sholat, puasa ), maliyyah ( zakat, sedekah ), dan gabungan keduanya ( haji, umrah ), ada yang harian ( sholat ), tahunan ( puasa ), sekali seumur hidup ( haji ) serta amalan sunah untuk menambah kebaikan Taqorrob Illah ( Al-Baqoroh : 184 ).
c. Islam memperhatikan kondisi yang tidak terduga dan memberikan keringanan sebagai perhatian akan realitas manusia dan kadar kondisinya yang tidak setabil seperti mengkoshor, menjama’ sholat bagi musafir, tayamum, sholat orang sakit dengan duduk, berbaring, tidak berpuasa bagi orang hamil, menyusui dan orang tua.
3. Al-Waqi’iyyah dalam akhlak islamiyah
Islam datang dengan memperhatikan kemampuan yang dimiliki mayoritas manusia, akhlak manusia mengakui kelemahan, dorongan dan kebutuhan material dan psikis manusia maka dari itu :
a. Islam tidak mewajibkan bagi orang yang hendak memeluk islam agar melepas semua masalah ma’isyah dan kekayaannya. Islam memperhatikan kebutuhan individu terhadap harta karena harta sebagai tiang kehidupan dan diperintah menginvestasikan serta menjaganya dengan baik ( Ad-Dhuha ; 8 ).
b. Islam menetapkan keadilan dan menolak permusuhan dengan mensyariatkan membalas penganiayaan dengan penganiayaan sejenis tidak ditambah dan dikurangi, islam juga menyuruh memberi maaf, bersabar dan mengampuni pelaku kejahatan dimana ini merupakan kemuliaan yang dianjurkan bukan kewajiban ( Asy-Syura : 40, An-Nahl : 126 ).
c. Ahklak islam menetapkan dan mengakui adanya perbedaan kemampuan nurani operasional antar manusia karena kadar iman manusia tidaklah sama. Dalam islam dikenal derajat iman dan ihsan yang dimiliki tiap pribadi muslim.
d. Akhlak islam tidak mengharuskan ahli taqwa dapat suci dari segala dosa seperti malaikat karena manusia ditakdirkan memiliki sifat salah dan lupa.
e. Akhlak islam memperhatikan situasi dan kondisi khusus seperti peperangan, islam melarang menghancurkan bangunan, membakar pohon serta dibolehkan berbohong untuk menyesatkan musuh karena perang adalah tipu daya.
4. Al-Waqi’iyyah dalam tarbiyah islamiyah
Berinteraksi dengan manusia sesuai posisinya sebagai daging dan darah, pikiran dan perasaan, emosi dan kecenderungan, spiritual dan material. Islam tidak mengakui adanya dosa warisan tapi mengakui adanya pengaruh lingkungan dan bahayanya, khususnya lingkungan keluarga. Lingkungan dapat membentuk ideologi anak dan kecenderungan pola pikir yang pertama. Karenanya islam menyuruh orang tua memberikan taujih dan tarbiyah yang baik kepada anak mereka ( At-Tahrim : 6 ).
Islam sangat memperhatikan fase anak karena fase ini sangat peka dalam menerima ta’allum ( pelajaran ) mudah terpengaruh dan terkondisi. Pada fase ini islam memerintahkan orang tua senantiasa giat melatih anak pada ketaatan, melaksanakan kewajiban ketika sampai pada fase tamyiz ( mampu membedakan baik dan buruk ), hadits nabi menentukan fase ini ketika anak berumur 7 tahun sebagaimana islam memerintahkan tegas dengan pemukulan ketika berusia 10 tahun.
5. Al-Wai’iyyah dalam syariat islam
a. Islam tidak mengabaikan konteks yang ada pada setiap perkara yang dihalalkan atau diharamkan.
b. Islam tidak akan mengharamkan sesuatu yang memang betul-betul dibutuhkan oleh manusia dalam realitas kehidupannya dan islam tidak membolehkan sesuatu yang membahayakan ( Al-A’rof : 31-32 ).
c. Islam memperhatikan fitrah manusia dalam hal kecenderungan pada main-main dan refresing , islam memperhatikan fitrah manusia yang mencintai perhiasan dan berdandan.
d. Syariat islam memperhitungkan keadaan darurat yang sewaktu-waktu menimpa dan menekan keberadaan manusia ( Al-Baqoroh : 173 ).
e. Islam memahami ketidakberdayaan manusia dihadapan hal-hal yang diharamkan atau yang mengarah kepadanya.
f. Islam memperhatikan dorongan seksual pada manusia kemudian islam memenuhinya dengan syariat pernikahan yang bertujuan menjaga kelangsungan dan kemuliaan manusia serta mengangkatnya dari derajat kebinatangan.
g. Islam membolehkan poligami dan melegitimasi kumpul kebo.
h. Islam membolehkan talak ketika tidak mungkin dicapai kerukunan suami istri.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Islam sebagai suatu agama yang mengandung berbagai ajaran sosial, ekonomi, hukum, akhlak merupakan pegangan umatnya yang harus diterima dan diamalkan secara seksama. Islam banyak memberikan kelonggaran dalam syariat agama bagi umatnya disesuaikan situasi dan kondisi mereka saat itu karena islam bukanlah agama otoriter dan pemaksaan.
Dalam perkembangan dunia islam pada umumnya terbagi dalam dua tahap yaitu : Islam tradisional yang menerima Al-Qur’an sebagai kalam Tuhan baik kandungan maupun bentuknya, menerima komentar-komentar tradisional yang linguistik, historical, sapiental dan metafisikal atas Al-Qur’an dan Islam kontemporer sebagai realita masa kini. Diera kontemporer ini dalam memahami Islam hendaknya diarahkan secara kontekstual yang menurut Dr. Yusuf Qordowi pemahaman Islam secara kontekstual sering disebut Al-Waqiiyyah yaitu mengakui realitas alam ini sebagai suatu hakekat yang faktual dan memiliki eksistensi yang terlihat. Menurut Qordowi ada beberapa aspek ajaran agama yang dapat dipahami secara AL-Waqi’iyyah antara lain aspek akidah, ibadah, syariat, tarbiyah dan akhlak.
B. PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat kami sampaikan, apabila ada pembahasan yang kurang berkenan kami mohon maaf yang sebesarnya dan kami juga mengharapkan saran serta kritik yang membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah kami dimasa mendatang. Dan semoga makalah kami yang berjudul Karakteristik kajian islam kontekstual dapat memberikan sedikit wawasan dan bermanfaat bagi kita semua, amin…..
DAFTAR PUSTAKA
Bruce B.Lawrence, Islam Tidak Tunggal, Terj.Harimukti Bagoes Oka, PT.Serambi Ilmu Semesta, Jakarta, 2004.
John L.Esposito, Ensiklopedi Oxford Dunia Islam Modern, Terj.Eva, Femmy, dkk, Mizan, Bandung, 2002.
Mohammad Arkoun, Islam Kontemporer Menuju Dialog Antar Agama, Terj.Ruslani, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2001.
Muslim A.Kadir, Ilmu Islam Terapan ,Pustaka Pelajar Offset,Yogyakarta, 2003.
Nur Said, Perempuan Dalam Himpitan Teologi Dan HAM di Indonesia, Pilar Religia, Yogyakarta, 2005.
Seyyed Hosein Nasr, Islam Tradisi Ditengah Kancah Dunia Modern, Terj. Lukman Hakim, Pustaka, Bandung, 1994.
Syuhudi Ismail, Hadits Nabi Tekstual dan Kontekstual, Bulan Bintang, Jakarta,1994.
Yusuf Qardawi, Karakteristik Islam Kajian Analitik, Terj.Rofi’Munawwar, Tajuddin, Risalah Gusti, Surabaya, 1994.
PENDAHULUAN
Islam adalah agama samawi yang diturunkan Allah melalui Nabi Muhammad SAW yang ajarannya terdapat dalam Al-Qur’an dan Sunnah dalam bentuk perintah, larangan serta petunjuk untuk kebaikan manusia. Islam memiliki syariat-syariat yang diturunkan Allah kepada umat manusia untuk dijalankan dan bertujuan mencapai kemaslahatan. Ajaran Islam juga mencakup seluruh aspek kehidupan manusia seperti akidah / teologi, ibadah, hukum, tasawuf, filsafat, ekonomi, sosial, politik dan pembaruan.
Kita sebagai umat Islam diharapkan mampu memahami, mengerti dan mengamalkan setiap ajaran agama yang termuat dalam kitab sucinya disegala situasi dan kondisi bagaimanapun. Sedangkan sebagai kaum intelektual muslim tentu dalam memahami setiap syariat islam tidak hanya sekedar memaknai teks yang termaktub tapi diharapkan mampu mengambil makna kontekstual yang dapat direalisasikan dengan tetap menjaga kemurnian ajaran agama.
Maka dari itu, dalam makalah ini kami akan mengedepankan pembahasan tentang berbagai aspek syariat islam yang bisa direalisasikan dengan memahami karakteristik kajian islam kontekstual.
BAB II
KARAKTERISTIK KAJIAN ISLAM KONTEKSTUAL
A. KARAKTERISTIK DUNIA ISLAM
Islam merupakan sebuah ajaran agama yang tumbuh pertama kali didunia timur tengah beberapa abad yang lalu. Islam sebagai suatu agama yang mengandung berbagai ajaran sosial, ekonomi, hukum, akhlak merupakan pegangan umatnya yang harus diterima dan diamalkan secara seksama. Islam mampu berkembang dan menyebar keseluruh penjuru dunia hanya dalam beberapa dekade saja. Islam bukanlah satu-satunya agama didunia yang paling benar, tapi islam berusaha memberikan ajaran yang Rahmatanlilalamin yang tidak dimiliki oleh ajaran agama lainnya. Islam banyak memberikan kelonggaran dalam syariat agama bagi umatnya disesuaikan situasi dan kondisi mereka saat itu karena islam bukanlah agama otoriter dan pemaksaan.
Dalam perkembangan dunia islam pada umumnya terbagi dalam dua tahap yaitu :
1. Islam Tradisional
Tradisi bisa berarti addin yang mencakup semua aspek agama dan percabangannya atau assunah berdasarkan pada model sakral yang sudah menjadi tradisi, bisa juga berarti Al-Silsilah rantai yang mengkaitkan setiap periode episode atau tahap kehidupan dan pemikiran. Jadi Islam tradisional menerima Al-Qur’an sebagai kalam Tuhan baik kandungan maupun bentuknya, menerima komentar-komentar tradisional yang linguistik, historical, sapiental dan metafisikal atas Al-Qur’an. Islam tradisional menginterprestasikan bacaan suci bukan berdasarkan makna literal dan eksternal tapi sesuai tradisi hermeunitik yang mempertahankan syariah sebagai hukum Illahi sehingga seluruh moralitas diturunkan dari Al-Quran dan hadits .
Kadang kala Islam tradisional bertentangan dengan interprestasi modernis dan fundamentalis karena Islam tradisional menentang pencapaian kekuasaaan duniawi atas nama Islam dengan melupakan anjuran Islam sekalipun dunia terus berputar menuju keperadapan yang lebih tinggi. Islam tradisional akan tetap eksis dalam gerakan intelektual artistic klasik, cendekiawan dan orang suci yang setia menempuh jalan Nabi.
2. Islam Kontemporer
Sementara pada abad ke 19 banyak gagasan–gagasan barat tentang kemajuan dan pembangunan diterima secara luas dan merata dikalangan penguasa dunia Islam tanpa melakukan analisis secara obyektif sesuai norma-norma Islam yang mereka pegang. Hal ini berimplikasi pada merosotnya moral, keyakinan dan syariat umat Islam terhadap kemurnian ajaran agama yang selama masa tradisional mereka pegang teguh hanya untuk mengejar arus modernisasi dunia. Dari kebahagiaan semata manusia diera ini lebih memikirkan masa depan kehidupan dunianya dengan menempuh berbagai cara sesuai potensi SDM yang dimiliki dan menomerduakan hukum-hukum agama. Memang kalau dipandang sekilas umat Islam menjadi lebih mapan dan mampu bersaing dengan dunia non- Islam sehingga dipandangan dunia, umat Islam bukanlah umat yang lemah dan ketinggalan peradapan. Namun dibalik semua itu umat Islam harus mengorbankan keyakinan ajaran agama yang seharusnya dijadikan pegangan dalam berperilaku. Bukannya kemajuan peradapan Islam yang modern tapi moral umat Islam yang semakin jauh dari norma-norma agama. Setidaknya diera Islam kontemporer terdapat tiga gerakan Islam yang bersekala luas, antara lain Revivalisme, sebagai reaksi dimulainya ekspansi kolonial eropa abad ke 18 dan 19, kemudian muncul gerakan Reformisme Islam sebagai pengganti Refifalisme yang tidak berhasil mencapai tujuan jangka panjangnnya baru setelah itu muncul Islam fundamental .
Langkah dalam mengkaji gerakan ini adalah harus selalu mencermati bahwa dunia Islam sangat besar dan beragam, lebih dari 800 juta kaum muslim diseluruh dunia dan sebagian besar dibenua asia khusunya di Indonesia yang mencapai 190juta muslim. Indonesia bukanlah negara Islam tapi mayoritas penduduknya 90% adalah umat Islam sekaligus sebagai negara dengan jumlah umat Islam terbanyak didunia. Ironisnya sebagai negara mayoritas penduduknya muslim apakah umat Islam Indonesia sudah menjalankan semua syariat agama serta mampu mengembangkan peradapan Islam modern berbasis teknologi dengan potensi SDM yang unggulan demi kejayaan dan kemakmuran Indonesia pada umumnya dan Islam pada khususnya. Hal inilah yang belum mampu dicapai oleh Negara-negara Islam diseluruh dunia sebagaimana yang pernah diungkapkan Eric Hoffer pengarang The True Believer menyatakan belum ada negara Islam yang berhasil menguasai produksi industri atau mewujudkan sesuatu yang mendekatinya dengan membandingkan apa yang telah dicapai oleh Jepang, Taiwan, Korsel, Singapura, Hongkong dan India.
B. KONDISI PERADAPAN ISLAM
Diera ini dengan semakin memanasnya kehidupan didunia yang ditandai persaingan negara-negara didunia dalam bidang penguasaan IPTEK serta peningkatan kualitas SDM. Membuat dunia Islam kalang kabut apalagi dengan adanya era globalisasi dan perdagangan bebas membuat setiap Negara khususnya yang mayoritas berpenduduk muslim harus bersiap dan mengambil langkah prefentif guna menghadapi realitas dunia sekarang ini.
Umat Islam sebenarnya bisa menjadi modern dan demokratis tapi tetap setia pada akidah Islam, namun pilihan mereka dalam mengungkapkan diri dibatasi oleh kriteria hak-hak istimewa ekonomis yang ada sekarang. Orang tak mungkin mengabaikan apa yang sekarang terjadi didunia ketiga ini disetiap lapisan kelompok. Mereka yang tidak ikut serta dalam jajaran depan masyarakat yang mengalami teknikalisasi itu mengalami kesenjangan yang sangat mencolok. Menurut Izetbegovic keunikan Islam adalah dalam memproyeksikan sikap pandangan dunia yang holistic dengan menerapkan norma agama sebagai praktik politik korektif, agama menjadi wahana untuk memperbaiki kehidupan pablik karena Islam menganjurkan penguasaan atas pikiran, badan, ruang sebagai dimensi agama yang tegas .
Diera kontemporer ini perkembangan peradapan dunia yang selalu tumbuh dan berkembang cepat baik dibidang IPTEK, SOSBUD, hukum, ekonomi dan segala bidang kehidupan yang lain membuat setiap individu dituntut memiliki life skill dan meningkatkan SDMnya demi mengejar perkembangan dunia yang semakin signifikan. Sebagaimana umat Islam diseluruh dunia lebih-lebih di Indonesia sendiri, kaum muslim mendapat berbagai tantangan baru yang membutuhkan penyelesaian secara akal, hati atau perasaan dan syariat Islam. Ketiga jalur ini diharapkan mampu berjalan berdampingan secara sinergi untuk meningkatkan sumber daya muslim yang sejalur dengan norma-norma agama.
Sebagai contoh, salah satu permasalahan tersebut adalah mengenai peran dan status perempuan dalam perspektif Islam diera modern atau millennium sekarang ini. Islam mencoba mengajukan persoalan sentral mengenai peran dan status wanita dalam kehidupan religius dan sentral, Islam mendasarkan pada ajaran eplisit Al-Qur’an dan bimbingan hidup dari Nabi. Berdasarkan dua sumber tersebut Islam telah mengembangkan doktrin tentang problem wanita serta memformulasikan norma-norma menurut potensi makna masing-masing dalam berhubungan dan bekerjasama disistem sosial .
Maka dari itu, akhir-akhir ini ada beberapa peninjauan kaum perempuan yang disoroti oleh dunia Islam dan dibahas panjang lebar oleh ulama’ dan cendikiawan muslim. Untuk membangun gambaran yang lebih jelas tentang status dan peran perempuan dalam Islam seseorang harus membedakan antara Islam sebagai agama dan Islam sebagai kultur. Islam sebagai agama yang menunjukkan kepada aturan-aturan berkenaan dengan kesalehan etika keimanan. Aspek spiritual Islam dipandang sebagai tugas-tugas peribadatan sebagai pondasi keimanan, berkenaan dengan kereligian ini laki-laki dan perempuan adalah sederajat dalam pandangan Allah, sebagaimana firman Allah dalam surat Ar-rum : 21, Al-Baqoroh : 187, An-nisa’ : 1 dan 32. Islam sebagai kultur menunjuk pada ide dan praktek-praktek kaum muslim dalam konteks situasi dan kondisi sosial, ekonomi, politik. Manusia tidak hanya beribadah tetapi juga berinteraksi dalam hubungan sosial, pada dataran ini kaum perempuan tidak diperlakukan sama dengan kaum lelaki .
Sebagaimana beberapa kasus yang terjadi di Indonesia seperti diskriminasi terhadap kaum perempuan minoritas yang sangat rentang menjadi obyek kekerasan dan pelecehan seksual seperti peristiwa Mei 1998 terhadap etnis Tionghua, peristiwa kerusuhan Sambas, Ambon, Poso dan Timor-timor. Begitu juga yang dialami kaum TKW Indonesia yang bekerja sebagai PRT atau buruh diluar negeri, mereka juga rentang menjadi obyek pelanggaran HAM dan ironisnya di beberapa Negara tertentu seperti Saudi Arabia mereka tidak mendapat perlindungan apapun. Banyak juga para perempuan Indonesia yang diperdagangkan untuk eksploitasi seksual baik sebagai pekerja seks, pornografi dan perkawinan pesanan tanpa sepengetahuan mereka sebelumnya. Namun yang lebih ironis adalah kasus KDRT di Indonesia baik secara fisik, psikologis, seksual dan ekonomi yang terkadang tindakan tersebut didasarkan pada mitos-mitos yang menempatkan perempuan sebagai pihak yang disalahkan .
C. BEBERAPA KARAKTER KAJIAN ISLAM KONTEKSTUAL
Islam sebagai ajaran dijamin oleh Allah sesuai dengan kondisi manusia dimanapun, kapanpun dan bagi segala jenis kehidupan, karena Islam adalah serangkaian kalam Allah yang abadi bagi manusia, hidayah umum bagi semua ras, rahmat bagi sekalian alam, kebenaran yang tidak mungkin ada kebatilan dimuka dan dibelakang, senantiasa menjaga dan memelihara realita disetiap aspek yang didakwahkan kepada manusia mulai aspek akidah, ibadah, akhlak dan tasyri’. Islam mengakui wujud manusia yang terdiri dari laki-laki dan perempuan yang memiliki proses pembentukan, kecenderungan dan tugas berbeda sebagai unsur penentu dalam masyarakat, mengakui realitas manusia sebagai makhluk yang memiliki kombinasi penciptaan, mengakui kehidupan yang marhalah dan berganti-ganti adalah hukum konstitusionalnya, Islam tidak pernah melupakan realitas alam, kehidupan, dan manusia dengan segala kondisi dan peristiwa yang melengkapinya. Islam dalam menyusun aturan kehidupan bergantung dan dipengaruhi oleh kenyataan yang dialami manusia dilingkungan dan zaman tertentu ( kontekstual ).
Idiologi dan gerakan Islam bukan semata-mata fenomena marginal yang terbatas pada kelompok atau organisasi radikal kecil. Implementasi Islam oleh pemerintah dan rekaman sejarah gerakan Islam mencuatkan banyak pertanyaan mengenai pemanfaatan agama demi tujuan politik maupun sifat serta arah pembaharuan Islam. Makin banyak Sarjana kontemporer berkesimpulan bahwa asal usul Islam tidak boleh dibaca sebagai sejarah sekular dengan tambahan religius. Tidak bisa dipisahkan dari komunitas “ulama” yang mengetahui tentang ajaran agama Islam (Al-Qur’an dan As-Sunnah). Sebetulnya masalah Islam kontemporer adalah bagaimana cara menghasilkan atau mewujudkan bukan cara memikirkannya, menurut Thomas S.Kuhn, perkembangan Ilmu Agama Islam Masa sekarang berada pada tahap Anomali.
Menurut Dr. Yusuf Qordowi pemahaman Islam secara kontekstual sering disebut Al-Waqi’iyyah yaitu mengakui realitas alam ini sebagai suatu hakekat yang faktual dan memiliki eksistensi yang terlihat . Yusuf Qardhawi yang dikenal sebagai ulama’ dan pemikir islam unik sekaligus istimewa dalam menggunakan cara atau metodologi khas dalam menyampaikan risalah islam. Karena itulah dia diterima oleh kalangan barat sebagai pemikir yang selalu menampilkan islam secara ramah, santun, dan moderat. Beliau lahir pada tahun 1926 di desa Shafth Turat provinsi Manovia Mesir. Sejak usia 9 tahun beliau telah hafal 30 Juz Al-Qur’an, kemudian melanjutkan studinya di Al-Azhar dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi. Corak penting metodologi islam Qardhawi adalah Taysir ( memudahkan ) dalam pemahaman dan praktik keagamaan.
Dr. Yusuf Qardawi memberikan beberapa karakter aspek ajaran islam yang dapat dipahami secara kontekstual ( Al-Waqi’iyyah ) antara lain :
1. Al-Waqi’iyyah dalam akidah islam yang mengajak ;
a. Beriman kepada Allah yang satu dan memaparkan keberadaannya dengan ayat-ayat kauniyah dan qauliyah.
b. Mengajak beriman kepada Rosul untuk menyempurnakan Makarimul Akhlak. Rosul adalah manusia biasa bukan Tuhan atau Malaikat, yang menunjukkan kejujuran dakwahnya adalah ruh beliau yang suci, kepribadian yang luar biasa serta wahyu beliau yang berupa Al-Qur’an yang tidak ada menandingi kehebatannya, terjaga dan dipelihara Allah atas keontikan kalimatnya, tertulis dalam mushaf, tertilawati oleh lisan-lisan suci, terpatri dalam dada, memberi Khitob pada akal dan hati serta sebagai isyarat kepada manusia baik menyenangkan atau menakutkan.
c. Mengajak beriman pada kehidupan setelah dunia ini, disana akan dibalas segala amal perbuatannya. Keimanan ini memberi kepuasan pada manusia akan alam kekekalan dan kesesuaian perasaan perihal keabadian dialam baka yang setiap ajaran agama dan aliran filsafat mengakuinya.
2. Al-Waqi’iyyah dalam ibadat islam
Islam datang dengan sistem ibadah yang Waqi’iyyah karena islam paham betul kondisi spiritualitas manusia yang memerlukan Ittshal ( kontak ) dengan Allah. Maka islam mewajibkan amal ibadah yang melegakan kehausan rohani, memberi kepuasan fitroh dan mengisi kekosongan jiwa tapi islam juga menjaga kemampuan manusia dan tidak membebaninya ( Qs. Al-Hajj : 78 ).
a. Islam menjaga dan memperhatikan realitas manusia dan kondisi sosial, ekonomi, keluarga yang melingkupinya serta mengharuskan dirinya mencari Mais’yah ( penghasilan ) dan berusaha untuk dunia. Islam tidak menghendaki umatnya berlebihan dalam ibadah serta tidak menjadikan seluruh hidupnya melambung kealam sufistik yang tinggi dan murni.
b. Islam memahami tabiat kebosanan yang ada pada diri manusia makanya islam memberikan variasi dalam hal ibadah, ada ibadah badaniyah ( Sholat, puasa ), maliyyah ( zakat, sedekah ), dan gabungan keduanya ( haji, umrah ), ada yang harian ( sholat ), tahunan ( puasa ), sekali seumur hidup ( haji ) serta amalan sunah untuk menambah kebaikan Taqorrob Illah ( Al-Baqoroh : 184 ).
c. Islam memperhatikan kondisi yang tidak terduga dan memberikan keringanan sebagai perhatian akan realitas manusia dan kadar kondisinya yang tidak setabil seperti mengkoshor, menjama’ sholat bagi musafir, tayamum, sholat orang sakit dengan duduk, berbaring, tidak berpuasa bagi orang hamil, menyusui dan orang tua.
3. Al-Waqi’iyyah dalam akhlak islamiyah
Islam datang dengan memperhatikan kemampuan yang dimiliki mayoritas manusia, akhlak manusia mengakui kelemahan, dorongan dan kebutuhan material dan psikis manusia maka dari itu :
a. Islam tidak mewajibkan bagi orang yang hendak memeluk islam agar melepas semua masalah ma’isyah dan kekayaannya. Islam memperhatikan kebutuhan individu terhadap harta karena harta sebagai tiang kehidupan dan diperintah menginvestasikan serta menjaganya dengan baik ( Ad-Dhuha ; 8 ).
b. Islam menetapkan keadilan dan menolak permusuhan dengan mensyariatkan membalas penganiayaan dengan penganiayaan sejenis tidak ditambah dan dikurangi, islam juga menyuruh memberi maaf, bersabar dan mengampuni pelaku kejahatan dimana ini merupakan kemuliaan yang dianjurkan bukan kewajiban ( Asy-Syura : 40, An-Nahl : 126 ).
c. Ahklak islam menetapkan dan mengakui adanya perbedaan kemampuan nurani operasional antar manusia karena kadar iman manusia tidaklah sama. Dalam islam dikenal derajat iman dan ihsan yang dimiliki tiap pribadi muslim.
d. Akhlak islam tidak mengharuskan ahli taqwa dapat suci dari segala dosa seperti malaikat karena manusia ditakdirkan memiliki sifat salah dan lupa.
e. Akhlak islam memperhatikan situasi dan kondisi khusus seperti peperangan, islam melarang menghancurkan bangunan, membakar pohon serta dibolehkan berbohong untuk menyesatkan musuh karena perang adalah tipu daya.
4. Al-Waqi’iyyah dalam tarbiyah islamiyah
Berinteraksi dengan manusia sesuai posisinya sebagai daging dan darah, pikiran dan perasaan, emosi dan kecenderungan, spiritual dan material. Islam tidak mengakui adanya dosa warisan tapi mengakui adanya pengaruh lingkungan dan bahayanya, khususnya lingkungan keluarga. Lingkungan dapat membentuk ideologi anak dan kecenderungan pola pikir yang pertama. Karenanya islam menyuruh orang tua memberikan taujih dan tarbiyah yang baik kepada anak mereka ( At-Tahrim : 6 ).
Islam sangat memperhatikan fase anak karena fase ini sangat peka dalam menerima ta’allum ( pelajaran ) mudah terpengaruh dan terkondisi. Pada fase ini islam memerintahkan orang tua senantiasa giat melatih anak pada ketaatan, melaksanakan kewajiban ketika sampai pada fase tamyiz ( mampu membedakan baik dan buruk ), hadits nabi menentukan fase ini ketika anak berumur 7 tahun sebagaimana islam memerintahkan tegas dengan pemukulan ketika berusia 10 tahun.
5. Al-Wai’iyyah dalam syariat islam
a. Islam tidak mengabaikan konteks yang ada pada setiap perkara yang dihalalkan atau diharamkan.
b. Islam tidak akan mengharamkan sesuatu yang memang betul-betul dibutuhkan oleh manusia dalam realitas kehidupannya dan islam tidak membolehkan sesuatu yang membahayakan ( Al-A’rof : 31-32 ).
c. Islam memperhatikan fitrah manusia dalam hal kecenderungan pada main-main dan refresing , islam memperhatikan fitrah manusia yang mencintai perhiasan dan berdandan.
d. Syariat islam memperhitungkan keadaan darurat yang sewaktu-waktu menimpa dan menekan keberadaan manusia ( Al-Baqoroh : 173 ).
e. Islam memahami ketidakberdayaan manusia dihadapan hal-hal yang diharamkan atau yang mengarah kepadanya.
f. Islam memperhatikan dorongan seksual pada manusia kemudian islam memenuhinya dengan syariat pernikahan yang bertujuan menjaga kelangsungan dan kemuliaan manusia serta mengangkatnya dari derajat kebinatangan.
g. Islam membolehkan poligami dan melegitimasi kumpul kebo.
h. Islam membolehkan talak ketika tidak mungkin dicapai kerukunan suami istri.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Islam sebagai suatu agama yang mengandung berbagai ajaran sosial, ekonomi, hukum, akhlak merupakan pegangan umatnya yang harus diterima dan diamalkan secara seksama. Islam banyak memberikan kelonggaran dalam syariat agama bagi umatnya disesuaikan situasi dan kondisi mereka saat itu karena islam bukanlah agama otoriter dan pemaksaan.
Dalam perkembangan dunia islam pada umumnya terbagi dalam dua tahap yaitu : Islam tradisional yang menerima Al-Qur’an sebagai kalam Tuhan baik kandungan maupun bentuknya, menerima komentar-komentar tradisional yang linguistik, historical, sapiental dan metafisikal atas Al-Qur’an dan Islam kontemporer sebagai realita masa kini. Diera kontemporer ini dalam memahami Islam hendaknya diarahkan secara kontekstual yang menurut Dr. Yusuf Qordowi pemahaman Islam secara kontekstual sering disebut Al-Waqiiyyah yaitu mengakui realitas alam ini sebagai suatu hakekat yang faktual dan memiliki eksistensi yang terlihat. Menurut Qordowi ada beberapa aspek ajaran agama yang dapat dipahami secara AL-Waqi’iyyah antara lain aspek akidah, ibadah, syariat, tarbiyah dan akhlak.
B. PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat kami sampaikan, apabila ada pembahasan yang kurang berkenan kami mohon maaf yang sebesarnya dan kami juga mengharapkan saran serta kritik yang membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah kami dimasa mendatang. Dan semoga makalah kami yang berjudul Karakteristik kajian islam kontekstual dapat memberikan sedikit wawasan dan bermanfaat bagi kita semua, amin…..
DAFTAR PUSTAKA
Bruce B.Lawrence, Islam Tidak Tunggal, Terj.Harimukti Bagoes Oka, PT.Serambi Ilmu Semesta, Jakarta, 2004.
John L.Esposito, Ensiklopedi Oxford Dunia Islam Modern, Terj.Eva, Femmy, dkk, Mizan, Bandung, 2002.
Mohammad Arkoun, Islam Kontemporer Menuju Dialog Antar Agama, Terj.Ruslani, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2001.
Muslim A.Kadir, Ilmu Islam Terapan ,Pustaka Pelajar Offset,Yogyakarta, 2003.
Nur Said, Perempuan Dalam Himpitan Teologi Dan HAM di Indonesia, Pilar Religia, Yogyakarta, 2005.
Seyyed Hosein Nasr, Islam Tradisi Ditengah Kancah Dunia Modern, Terj. Lukman Hakim, Pustaka, Bandung, 1994.
Syuhudi Ismail, Hadits Nabi Tekstual dan Kontekstual, Bulan Bintang, Jakarta,1994.
Yusuf Qardawi, Karakteristik Islam Kajian Analitik, Terj.Rofi’Munawwar, Tajuddin, Risalah Gusti, Surabaya, 1994.
Minggu, 22 November 2009
KATA MUTIARA 1
CINTA MEMANG MEMBUTAKAN TAPI HIDUP TAMPA CINTA BAGAI BERJALAN DIKEGELAPAN MALAM.
KEBENARAN KADANG DIREKAYASA TAPI KEHORMATAN ABADI TERLETAK PADA KEJUJURAN HATI.
TEMAN BAGAIKAN SEBUAH POHON YANG RINDANG,DAUNNYA MENUTUPI DARI PANASNYA SANG SURYA, BATANGNYA SEBAGAI PENYANGGA HIDUP, AKARNYA MEMBERIKAN KEKUASAAN.
ALAM TEMAN TERBAIK BAGI MANUSIA, ALAM JUGA MENJADI MUSUH MEMATIKAN BAGI MUSUH-MUSUHNYA.
LOVE WILL CREEP WHERE WATER CAN'T PASS.
LOVE ISN'T THE BASE OF HAPPINES,BUT WITHOUT LOVE IS THE BASE OF SADNESS.
LOVE MAKE THE WEAK MAN BECOME STRONG AND THE STRONG MAN BECOME WEAK.
LOVE LIKES THE FIRE,IT CAN'T BE MADE A FOOL,IT WOULD BURN YOUR OWN.
LOVE IS BEAUTY,BUT NOT EVERY HAVE LOVE.
KINDNESS IS THE NOBIEST WEAPON TO CONQUER WITH.
PRAY IS THE RELIGIOUS CALL.
LOVE WHICH BEGUN WITH SOUL FLAME,OFTEN WOULD END WITH COLD AND FROZEN.
LOVE ISN'T A SHOP WHERE EVERYBODY CAN ENTER TO IT FOR SOME SHOPPING.
THE TRUE LOVE SUDDENLY BROKEN,NOT ONLY BUT LIKE THE OLD MAN WHO HAS LOST THE STICK.
LOVE IS MORE KINDS,BUT WHAT IS VERY SAFE AND ETERNAL IS LOVE WHICH COME FROM THE DOOR OF SWEETHEART.
LOVED CAN'T TESTED BY KISSES BUT THE FINE FEELING IS THE TESTOR.
Jumat, 06 November 2009
KUMPULAN ARTIKEL
ARTIKEL
KRISIS FIGUR PEMIMPIN DI INDONESIA
Setelah 63 tahun Indonesia merdeka dari kaum penjajah hingga era Reformasi dewasa ini, ternyata problematik perkembangan dunia politik di Indonesia semakin memilukan. Bangsa ini sudah sangat kesulitan memilih figur-figur pemimpin yang benar-benar mengerti dan memperjuangkan nasib-nasib mereka. Hal ini terbukti setelah perguliran orde baru menuju era reformasi sekitar tahun 1998 atas prakarsa mahasiswa dan tokoh-tokoh intelektual bangsa ini yang mengatas namakan suara rakyat. Dimana selama 9 tahun terakhir Indonesia setidaknya sudah mengalami 4 kali pergantian tahta kepresidenan, 3 kepala negara diantaranya ( BJ Habiebi, Megawati soekarno Putri, dan Abdurrahman Wahid ) kurang dari 5 tahun menjabat kursi kepresidenan antara kurun waktu tahun 1999 hingga 2004. Hal ini ditandai juga dengan sering silih bergantinya pejabat-pejabat pemerintahan di lingkungan institusi negara. Semua peristiwa ini apakah menandakan perubahan sistem politik atau karena kebingungan rakyat mencari calon petinggi pemerintahan yang benar-benar berjiwa dan berfigur seorang pemimipin yang dicintai rakyatnya. Sejarah mencatat sebelum Reformasi 1998 selama 53 tahun di Indonesia Cuma mengalami 2 kali pergantian kepala negara yaitu Ir Soekarno yang memimpin selama ±21 tahun sejak 1945 hingga 1966 dan Soeharto selama ±32 tahun sejak 1967 hingga 1998. Pertanyaan kita apakah mereka merupakan 2 figur pemimpin yang dicintai rakyat Indonesia sehingga mampu menjalankan roda pemerintahan selama berpuluh-puluh tahun atau karena ada faktor lain sebagai kekuatan kediktatoran waktu itu. Untuk mengetahui peristiwa ini kita harus banyak membaca buku sejarah yang ada.
Kini kita memasuki era millenium abad ke 21 dimana kebebasan individu untuk berekpresi dan HAMnya dijamin oleh pemerintah dan undang-undang. Kebebasan ini menyebabkan banyak sekali orang mampu dan berduit tanpa mengenal kasta dan jenis kelamin saling berlomba-lomba mencari kursi empuk pemerintahan mulai dari tingkat daerah hingga nasional. Tentunya tidak hanya kursi eksekutif saja yang diperebutkan namun kursi yudikatif dan legislatif juga tidak luput dari incaran. Padahal kedudukan ini memiliki tugas yang amat berat untuk mengemban amanat rakyat.
Terus bagaimanakah seorang figur pemimipin yang kompatibel dan berjiwa pemimpin sehingga mampu mengemban amanat rakyat? Tentunya mereka tidak harus yang kaya raya, pejabat, politikus dan yang telah populer namanya. Tapi yang dicari sekarang ini adalah seorang figur pemimpin yang berjiwa nasionalis, mau mengerti dan merasakan penderitaan rakyat, berorientasi kedepan demi kemajuan bangsa, amanah, jujur, adil dan beriman serta berkemampuan lahir dan batin.
ARTIS NAIK PANGGUNG POLITIK
Dengan popularitas yang dimilikinya tentu seorang artis mudah dikenal oleh masyarakat luas baik melalui media cetak maupun elektronik. Hal ini wajar bila akhir-akhir ini banyak partai politik yang memanfaatkan popularitas selebriti tersebut untuk mendongkrak citra partai yang beberapa tahun ini mengalami depresi publik. Mereka para artis mendapat kesempatan untuk menduduki jabatan ekslusif baik ditingkat eksekutif maupun legislatif. Tapi banyak juga artis yang mencalonkan diri untuk naik kepanggung politik dengan melihat celah yang ada dan bercermin pada para seniornya yang sukses dipanggung politik. Para super star tersebut seolah-olah tidak mau menyia-nyiakan kesempatan yang ada meskipun mereka merasa tidak cukup skill berjiwa kepemimpinan menjalankan amanat rakyat. Banyak kita ketahui melalui berbagai invotaiment dunia artis yang banyak terekam oleh kamera ialah dunia hura-hura, narkotika hingga perceraian dan perselingkuhan. Memang gosip tersebut tidak 100 % benar namun setidaknya itu sebagi tolak ukur rakyat dalam mencari figur pengemban amanat rakyat yang tidak hanya popularitas dan kantong tebal saja sebagai modal.
Dengan adanya kebebasan mengembangkan diri di Indonesia yang diatur oleh UUD pasal 27 ayat 1 dan 2 tentang warga negara siapapun warga negara indonesia tidak pandang bulu berhak menjadi seorang pemimpin asalkan kapabel dan mampu mengemban amanat rakyatnya. Dimana dalam islam setidaknya ada 4 sifat utama yang harus dimiliki oleh calon pemimpin yaitu sidiq, amanah, tabliq dan fatonah.
Nilai religius Pengkalenderan
Oleh : Mohammad Syaifuddin
Kita setidaknya mengetahui bahwa didunia ini banyak sekali macam penanggalan yang dipengaruhi oleh beberapa faktor kebudayaan dan religius suatu kelompok sosial dengan adat istiadat dan agama berbeda. Sistem penanggalan tersebut yang sering kita kenal ialah kalender masehi, kalender syamsiyah (islam), kalender kejawen, tionghoa dan masih banyak lagi lainnya. Setiap pembuatan sistem pengkalenderan tersebut sangat erat kaitannya dengan ilmu al-jabar/hitung masyarakat pada waktu itu serta disesuaikan dengan kepercayaan masyarakat setempat. Seperti yang kita ketahui setiap pengkalenderan hari memiliki maksud dan tujuan tertentu hingga nilai religius dan mitos yang sangat kental mengiringi kehidupan manusia.
Tetapi pada umumnya fungsi dari pengkalenderan hari untuk lebih memudahkan, mengingatkan dan mengorganisir setiap aktifitas manusia. Ini terbukti dari banyak sekali aktifitas bersejarah umat manusia diantero jagad yang diabadikan dan dimuseumkan gemanya dalam penanggalan suatu kalender tertentu didunia menurut keyakinan dan kepercayaan masing-masing seperti religius keagamaan, peristiwa-peristiwa nasionalis perjuangan suatu bangsa hingga peristiwa-peristiwa internasional.
Bagi sebagian besar masyarakat Asia khususnya di Indonesia yang masih sangat kental dengan mistis, sistem penanggalan yang ada saat ini tidak hanya sekedar pengkalenderan hari namun lebih banyak bermakna serta memiliki aura dan manfaat religius tertentu. Mitos ini sudah berkembang beribu-ribu tahun yang lalu hingga zaman modernisasi sekarang ini. Mitos tersebut tumbuh terhadap suatu keyakinan dan kemantapan hati seseorang terhadap suatu fenomena yang terjadi. Banyak tanggal-tanggal cantik tertentu dalam suatu kalender yang menggemparkan dunia. Seperti dulu pernah ada isu tanggal 9 bulan 9 tahun 1999 kiamat akan tiba serta kemarin tanggal 8 bulan 8 tahun 2008 sebagian masyarakat mempercayai sebagai hari keberuntungan.
Kepercayaan ini tidak hanya merebak pada kaum-kaum tradisional saja namun sudah mengakar pada pikiran kaum intelektual terpelajar. Seperti banyak pernikahan yang diadakan pada tanggal itu, serta suatu parpol mendeklarasikan setiap no berakhiran 8 sebagai keberuntungannya. Bahkan di Beijing Cina tepat pukul 08.08 menit waktu setempat dan tanggal 8 bulan 8 tahun 2008 digunakan sebagai pembukaan ajang Olimpiade dunia yang rencananya diikuti oleh 204 negara didunia dengan 10.700 atlet dan official serta memperebutkan 28 cabang olah raga.
Dari berbagai peristiwa tersebut seolah-olah sebagian besar masyarakat menganggap pada hari-hari tertentu ada tanggal-tanggal keberuntungan dan kesialan. Tentunya opini tersebut berefek positif dan negatif pada perkembangan mental seseorang yang berakibat pada kinerja aktifitasnya. Mental, pikiran dan aktifitas individu akan semakin bersemangat jika melihat hari keberuntungannya sehingga berpengaruh pada kinerja aktifitasnya yang menunjukkan perubahan kearah yang lebih baik. Hal ini akan berbalik arah manakal seseorang beranggapan hari ini adalah hari kesialan sehinggga menurunkan mental dan semangat beraktifitas yang pada akhirnya menurunkan kinerja kerjanya.
Memang mitos ini sulit kita cabut dari akar pinangnya karena sudah terlalu dalam menancap dalam kepercayaan seseorang. Dalam Islam sendiri dijelaskan setiap hari itu sama, tetapi memang ada beberapa penanggalan tertentu yang dianggap sacral, ini bukan berarti itu adalah tanggal khusus yang berbeda dari yang lainnya. Rosulallah sendiri mengajarkan setiap peristiwa yang terjadi atas kehendak Tuhan kita hanya wajib berusaha dan terus berusaha. Jika ada penanggalan khusus dalam Islam itu sebagai penghormatan terhadap suatu peristiwa sejarah dimasa lampau agar kita mengenang dan mengambil intisari peristiwa sejarah tersebut sehingga mampu mempengaruhi peningkatan aktifitas positif kita.
Bahkan dalam pengkalenderan kejawen, biasanya orang kuno pandai menghitung dan menggabungkan tanggal-tanggal tertentu sehingga menimbulkan suatu kesimpulan ramalan terhadap suatu peristiwa yang akan terjadi. Namun biarlah semua kepercayaan dan keyakinan tersebut berjalan sebagaimana mestinya selama masih mengandung nilai positif dan tidak disalah gunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, karena semua itu adalah bagian dari keunikan dunia. Dunia akan menjadi indah dan hidup manakala ada aktifitas-aktifitas yang beragam bentuknya namun tetap saling mengisi satu sama lainnya.
JIWA NASIONALIS YANG MULAI PUDAR
Moment 17 Agustus merupakan sebuah moment yang sangat berarti bagi bangsa Indonesia, dimana tepat pada hari Jum’at sekitar pukul 10.00 WIB tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya dari kaum penjajah serta menjadi sebuah negara yang berdaulat penuh. Peristiwa pembacaan teks proklamasi di kediaman Ir. Soekarno Jln.Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta oleh para tokoh proklamator Soekarno Hatta atas nama bangsa Indonesia merupakan puncak dari perjuangan bangsa selama berabad-abad serta sebagi awal dari tantangan sebuah negara yang baru saja merdeka.
Kini sudah 63 tahun Indonesia menikmati buah kemerdekaannya, tapi perubahan apa yang sudah dapat dicapai bangsa ini. Selama berpuluh puluh tahun merdeka apakah bangsaini sudah mencapai kesejahteraan atau kondisinya tidak jauh lebih buruk dari pada masa penjajahan dahulu. Memang kalau dilihat dari segi material, bangsa ini sudah mengalami perubahan yang sangat signifikan dibanding 63 tahun yang lalu entah itu dari segi perekonomian, politik dan kesejahteraan masyarakatnya. Ini terbukti dengan majunya pembanngunan diberbagai sektor industri, pendidikan, perumahan, perkantoran dan sarana publik lainnya. Akan tetapi bila dibandingkan dengan Malaysia yang baru 35 tahun merdeka sejak tanggal 16 September 1963 Hingga sekarang, perkembangan di Indonesia jauh tertinggal. Apakah gerangan yang menyebabkan semua ini? Tentunya jawaban dari pertanyaan ini sangat bermacam-macam. Namun salah satu diantaranya ialah merosotnya jiwa Nasionalisme pada setiap individu bangsa indonesia yang lebih mementingkan keinginan emosional pribadi, kelompok dan go;ongan semata tanpa memikirkan makna kemerdekaan bangsa ini. Yang lebih memalukan bangsa ini dimata Internasional ialah para petinggi pemerintahan dan pejabat institusi negara saling berlomba memperkaya diri dan berhura-hura diatas penderitaan rakyatnya. Tidak maen-maen yang melakukan pelanggran ini ialah para politikus dan kaum intelektual, terpelajar dibangsa ini. Akhir-akhir ini setelah orde baru roboh tahun 1998 silam dengan digantikan era reformasi demokratis sebagai gebrakan gerakan mahasiswa atas nama rakyat bercukullah para tikus-tikus rakyat dan kasus perselingkuhan pejabat negara yang menandai moral degenaration dan hilangnya jiwa nasionalis dalam diri mereka. Seseorang yang berjiwa nasionalis seharusnya seluruh jiwa dan raganya diperjuangkan untuk membela bangsa dan negara agar lebih maju dan berkembang.
Nah itulah sebagian penyebab hilangnya jiwa nasionalis dalam diri petinggi negara, sedangkan ditubuh rakyat biasa apakah jiwa nasionalis juga mulai pudar. Memang benar pudarnya jiwa nasionalis tidak hanya dikalangan pejabat namun juga terjadi pada jiwa rakyat jelata. Ini terbukti dengan berbagai sikap acuh tak acuh rakyat terhadap kondisi negara, banyak terjadinya kerusuhan dan pemberontakan terhadap negara serta sudah tidak bergemanya hari-hari nasional seperti 17 Agustus. Apakah ini karena kita sudah merasa keenakan dan kekenyangan menikmati kemerdekaan selama 63 tahun dari hasil jerih payah pengorbanan segenap jiwa raga para pahlawan terdahulu, sehingga kita merasa tidak perlu lagi berjuang. Atau karena sikap pemerintah yang selama era reformasi ini kurang mensosialisasikan nasionalisme, kurang disiplin dan tegas menanggapi isu kebangsaaan serta bertolak belakang dengan pemerintah selama orde lama dan orde baru.
OPINI
TINGKAT EMOSIONAL PESERTA OSPEK
Kegiatan OSPEK merupakan sebagian besar kewajiban yang harus dilalui oleh calon mahasiswa baru disuatu perguruan tinggi. Dimana OSPEK ialah sebagai tahap awal calon mahasiswa memasuki bangku perkuliahan untuk lebih mengenalkan calon mahasiswa kepada lingkungan kampus baik sarana prasarana, kegiatan-kegiatan dikampus, situasi dan kondisi di perguruan tinggi sera lebih memperkenalkan antar individu mahasiswa baru maupun dengan kakak seniornya dan para dosen beserta staf –staf perguruan tinggi. Sudah selayaknyalah kegiatan OSPEK memberikan wawasan baru dan cara pandang berbeda kepada calon mahasiswa baru agar tidak canggung dan takut kuliah di perguruan tinggi. Dimana lingkungan di perguruan tinggi agak berbeda dengan berbagai aktifitas selama di SLTA.
Bayangan OSPEK yang menakutkan
Maklumlah bila calon mahasiswa baru membayangkan bahwa kegiatan OSPEK merupakan sesuatu yang menakutkan dengan orang-orang asing yang tidak dikenalnya, OSPEK sebagai ajang hukuman atau pemploncoan dan OSPEK merupakan suatu paksaan dan tekaan batin yang tidak bisa dielakkan. Hal ini wajar terjadi sebagai bayangan pikiran calon mahasiswa baru yang belum mengenal lingkungan barunya sebagaimana saat pertama kali mereka masuk di sekolah baik SD, SLTP dan SLTA. Semua hayalan menakutkan ini tidak akan melekat dipikiran mereka jika sudah mengetahui dan mengenal lingkungan baru baik dengan memanfaatkan skill kita dalam melihat, memahami dan menganalisis fenomena dilingkungan tersebut dengan mencari informasi dari teman-temna atau senior yang mereka kenal sehingga mereka bisa memiliki sedikit bayangan tentang situasi dan kondisi lingkungan tersebut khususnya dalam kegiatan OSPEK.
Kejenuhan emosi peserta OSPEK
Bagi sebagian besar peserta OSPEK khususnya di STAIN Kudus selama beberapa tahun terakhir ini mengikuti kegiatan OSPEK selama beberapa hari berturut-turut merupakan sebuah aktifitas yang sangat menjenuhkan dan melelahkan tenaga serta fikiran. Kejenuhan ini timbul akibat kurang adanya kreatifitas perubahan aktifitas dan program kerja yang dari tahun ketahun bahkan dari hari kehari umumnya sama juga. Coba kita sedikit menengok kebelakang, selam OSPEK berlangsung sekitar pukul 06.00 pagi hingga selesai terlalu banyak waktu yang digunakan untuk aktifitas yang terlalu sering diulang dan memicu emosional peserta lainnya.
Perlu kita ketahui kebanyakan calon mahasiswa baru merupakan jiwa-jiwa muda yang potensial terhadap suatu perubahan baru serta masih labil emosionalnya. Pada umumnya kaula muda calon-calon intelektual lebih menyukai suatu kegiatan yang mengenang, santai, inofatif dan memicu adrenalin mereka serta berguna dan bermanfaat bagi kehidupannya mendatang.
Dalam setiap kegiatan yang berjalan kita mengharapkan agar berlangsung secara lancar dan bersemangat tanpa adanya ledakan emosional peserta yang menimbulkan kerusuhan dan suasana tidak nyaman bagi peserta lainnya. Emosi jiwa muda memang mudah sekali terpancing dan sulit dikendalikan, hal ini bisa saja terjadi sebagai luapan pikiran dan perasaan batin yang sudah tidak dapat lagi diredam sebagi akibat dari kejenuhan berfikir dan tekanan batin seseorang.
KRISIS FIGUR PEMIMPIN DI INDONESIA
Setelah 63 tahun Indonesia merdeka dari kaum penjajah hingga era Reformasi dewasa ini, ternyata problematik perkembangan dunia politik di Indonesia semakin memilukan. Bangsa ini sudah sangat kesulitan memilih figur-figur pemimpin yang benar-benar mengerti dan memperjuangkan nasib-nasib mereka. Hal ini terbukti setelah perguliran orde baru menuju era reformasi sekitar tahun 1998 atas prakarsa mahasiswa dan tokoh-tokoh intelektual bangsa ini yang mengatas namakan suara rakyat. Dimana selama 9 tahun terakhir Indonesia setidaknya sudah mengalami 4 kali pergantian tahta kepresidenan, 3 kepala negara diantaranya ( BJ Habiebi, Megawati soekarno Putri, dan Abdurrahman Wahid ) kurang dari 5 tahun menjabat kursi kepresidenan antara kurun waktu tahun 1999 hingga 2004. Hal ini ditandai juga dengan sering silih bergantinya pejabat-pejabat pemerintahan di lingkungan institusi negara. Semua peristiwa ini apakah menandakan perubahan sistem politik atau karena kebingungan rakyat mencari calon petinggi pemerintahan yang benar-benar berjiwa dan berfigur seorang pemimipin yang dicintai rakyatnya. Sejarah mencatat sebelum Reformasi 1998 selama 53 tahun di Indonesia Cuma mengalami 2 kali pergantian kepala negara yaitu Ir Soekarno yang memimpin selama ±21 tahun sejak 1945 hingga 1966 dan Soeharto selama ±32 tahun sejak 1967 hingga 1998. Pertanyaan kita apakah mereka merupakan 2 figur pemimpin yang dicintai rakyat Indonesia sehingga mampu menjalankan roda pemerintahan selama berpuluh-puluh tahun atau karena ada faktor lain sebagai kekuatan kediktatoran waktu itu. Untuk mengetahui peristiwa ini kita harus banyak membaca buku sejarah yang ada.
Kini kita memasuki era millenium abad ke 21 dimana kebebasan individu untuk berekpresi dan HAMnya dijamin oleh pemerintah dan undang-undang. Kebebasan ini menyebabkan banyak sekali orang mampu dan berduit tanpa mengenal kasta dan jenis kelamin saling berlomba-lomba mencari kursi empuk pemerintahan mulai dari tingkat daerah hingga nasional. Tentunya tidak hanya kursi eksekutif saja yang diperebutkan namun kursi yudikatif dan legislatif juga tidak luput dari incaran. Padahal kedudukan ini memiliki tugas yang amat berat untuk mengemban amanat rakyat.
Terus bagaimanakah seorang figur pemimipin yang kompatibel dan berjiwa pemimpin sehingga mampu mengemban amanat rakyat? Tentunya mereka tidak harus yang kaya raya, pejabat, politikus dan yang telah populer namanya. Tapi yang dicari sekarang ini adalah seorang figur pemimpin yang berjiwa nasionalis, mau mengerti dan merasakan penderitaan rakyat, berorientasi kedepan demi kemajuan bangsa, amanah, jujur, adil dan beriman serta berkemampuan lahir dan batin.
ARTIS NAIK PANGGUNG POLITIK
Dengan popularitas yang dimilikinya tentu seorang artis mudah dikenal oleh masyarakat luas baik melalui media cetak maupun elektronik. Hal ini wajar bila akhir-akhir ini banyak partai politik yang memanfaatkan popularitas selebriti tersebut untuk mendongkrak citra partai yang beberapa tahun ini mengalami depresi publik. Mereka para artis mendapat kesempatan untuk menduduki jabatan ekslusif baik ditingkat eksekutif maupun legislatif. Tapi banyak juga artis yang mencalonkan diri untuk naik kepanggung politik dengan melihat celah yang ada dan bercermin pada para seniornya yang sukses dipanggung politik. Para super star tersebut seolah-olah tidak mau menyia-nyiakan kesempatan yang ada meskipun mereka merasa tidak cukup skill berjiwa kepemimpinan menjalankan amanat rakyat. Banyak kita ketahui melalui berbagai invotaiment dunia artis yang banyak terekam oleh kamera ialah dunia hura-hura, narkotika hingga perceraian dan perselingkuhan. Memang gosip tersebut tidak 100 % benar namun setidaknya itu sebagi tolak ukur rakyat dalam mencari figur pengemban amanat rakyat yang tidak hanya popularitas dan kantong tebal saja sebagai modal.
Dengan adanya kebebasan mengembangkan diri di Indonesia yang diatur oleh UUD pasal 27 ayat 1 dan 2 tentang warga negara siapapun warga negara indonesia tidak pandang bulu berhak menjadi seorang pemimpin asalkan kapabel dan mampu mengemban amanat rakyatnya. Dimana dalam islam setidaknya ada 4 sifat utama yang harus dimiliki oleh calon pemimpin yaitu sidiq, amanah, tabliq dan fatonah.
Nilai religius Pengkalenderan
Oleh : Mohammad Syaifuddin
Kita setidaknya mengetahui bahwa didunia ini banyak sekali macam penanggalan yang dipengaruhi oleh beberapa faktor kebudayaan dan religius suatu kelompok sosial dengan adat istiadat dan agama berbeda. Sistem penanggalan tersebut yang sering kita kenal ialah kalender masehi, kalender syamsiyah (islam), kalender kejawen, tionghoa dan masih banyak lagi lainnya. Setiap pembuatan sistem pengkalenderan tersebut sangat erat kaitannya dengan ilmu al-jabar/hitung masyarakat pada waktu itu serta disesuaikan dengan kepercayaan masyarakat setempat. Seperti yang kita ketahui setiap pengkalenderan hari memiliki maksud dan tujuan tertentu hingga nilai religius dan mitos yang sangat kental mengiringi kehidupan manusia.
Tetapi pada umumnya fungsi dari pengkalenderan hari untuk lebih memudahkan, mengingatkan dan mengorganisir setiap aktifitas manusia. Ini terbukti dari banyak sekali aktifitas bersejarah umat manusia diantero jagad yang diabadikan dan dimuseumkan gemanya dalam penanggalan suatu kalender tertentu didunia menurut keyakinan dan kepercayaan masing-masing seperti religius keagamaan, peristiwa-peristiwa nasionalis perjuangan suatu bangsa hingga peristiwa-peristiwa internasional.
Bagi sebagian besar masyarakat Asia khususnya di Indonesia yang masih sangat kental dengan mistis, sistem penanggalan yang ada saat ini tidak hanya sekedar pengkalenderan hari namun lebih banyak bermakna serta memiliki aura dan manfaat religius tertentu. Mitos ini sudah berkembang beribu-ribu tahun yang lalu hingga zaman modernisasi sekarang ini. Mitos tersebut tumbuh terhadap suatu keyakinan dan kemantapan hati seseorang terhadap suatu fenomena yang terjadi. Banyak tanggal-tanggal cantik tertentu dalam suatu kalender yang menggemparkan dunia. Seperti dulu pernah ada isu tanggal 9 bulan 9 tahun 1999 kiamat akan tiba serta kemarin tanggal 8 bulan 8 tahun 2008 sebagian masyarakat mempercayai sebagai hari keberuntungan.
Kepercayaan ini tidak hanya merebak pada kaum-kaum tradisional saja namun sudah mengakar pada pikiran kaum intelektual terpelajar. Seperti banyak pernikahan yang diadakan pada tanggal itu, serta suatu parpol mendeklarasikan setiap no berakhiran 8 sebagai keberuntungannya. Bahkan di Beijing Cina tepat pukul 08.08 menit waktu setempat dan tanggal 8 bulan 8 tahun 2008 digunakan sebagai pembukaan ajang Olimpiade dunia yang rencananya diikuti oleh 204 negara didunia dengan 10.700 atlet dan official serta memperebutkan 28 cabang olah raga.
Dari berbagai peristiwa tersebut seolah-olah sebagian besar masyarakat menganggap pada hari-hari tertentu ada tanggal-tanggal keberuntungan dan kesialan. Tentunya opini tersebut berefek positif dan negatif pada perkembangan mental seseorang yang berakibat pada kinerja aktifitasnya. Mental, pikiran dan aktifitas individu akan semakin bersemangat jika melihat hari keberuntungannya sehingga berpengaruh pada kinerja aktifitasnya yang menunjukkan perubahan kearah yang lebih baik. Hal ini akan berbalik arah manakal seseorang beranggapan hari ini adalah hari kesialan sehinggga menurunkan mental dan semangat beraktifitas yang pada akhirnya menurunkan kinerja kerjanya.
Memang mitos ini sulit kita cabut dari akar pinangnya karena sudah terlalu dalam menancap dalam kepercayaan seseorang. Dalam Islam sendiri dijelaskan setiap hari itu sama, tetapi memang ada beberapa penanggalan tertentu yang dianggap sacral, ini bukan berarti itu adalah tanggal khusus yang berbeda dari yang lainnya. Rosulallah sendiri mengajarkan setiap peristiwa yang terjadi atas kehendak Tuhan kita hanya wajib berusaha dan terus berusaha. Jika ada penanggalan khusus dalam Islam itu sebagai penghormatan terhadap suatu peristiwa sejarah dimasa lampau agar kita mengenang dan mengambil intisari peristiwa sejarah tersebut sehingga mampu mempengaruhi peningkatan aktifitas positif kita.
Bahkan dalam pengkalenderan kejawen, biasanya orang kuno pandai menghitung dan menggabungkan tanggal-tanggal tertentu sehingga menimbulkan suatu kesimpulan ramalan terhadap suatu peristiwa yang akan terjadi. Namun biarlah semua kepercayaan dan keyakinan tersebut berjalan sebagaimana mestinya selama masih mengandung nilai positif dan tidak disalah gunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, karena semua itu adalah bagian dari keunikan dunia. Dunia akan menjadi indah dan hidup manakala ada aktifitas-aktifitas yang beragam bentuknya namun tetap saling mengisi satu sama lainnya.
JIWA NASIONALIS YANG MULAI PUDAR
Moment 17 Agustus merupakan sebuah moment yang sangat berarti bagi bangsa Indonesia, dimana tepat pada hari Jum’at sekitar pukul 10.00 WIB tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya dari kaum penjajah serta menjadi sebuah negara yang berdaulat penuh. Peristiwa pembacaan teks proklamasi di kediaman Ir. Soekarno Jln.Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta oleh para tokoh proklamator Soekarno Hatta atas nama bangsa Indonesia merupakan puncak dari perjuangan bangsa selama berabad-abad serta sebagi awal dari tantangan sebuah negara yang baru saja merdeka.
Kini sudah 63 tahun Indonesia menikmati buah kemerdekaannya, tapi perubahan apa yang sudah dapat dicapai bangsa ini. Selama berpuluh puluh tahun merdeka apakah bangsaini sudah mencapai kesejahteraan atau kondisinya tidak jauh lebih buruk dari pada masa penjajahan dahulu. Memang kalau dilihat dari segi material, bangsa ini sudah mengalami perubahan yang sangat signifikan dibanding 63 tahun yang lalu entah itu dari segi perekonomian, politik dan kesejahteraan masyarakatnya. Ini terbukti dengan majunya pembanngunan diberbagai sektor industri, pendidikan, perumahan, perkantoran dan sarana publik lainnya. Akan tetapi bila dibandingkan dengan Malaysia yang baru 35 tahun merdeka sejak tanggal 16 September 1963 Hingga sekarang, perkembangan di Indonesia jauh tertinggal. Apakah gerangan yang menyebabkan semua ini? Tentunya jawaban dari pertanyaan ini sangat bermacam-macam. Namun salah satu diantaranya ialah merosotnya jiwa Nasionalisme pada setiap individu bangsa indonesia yang lebih mementingkan keinginan emosional pribadi, kelompok dan go;ongan semata tanpa memikirkan makna kemerdekaan bangsa ini. Yang lebih memalukan bangsa ini dimata Internasional ialah para petinggi pemerintahan dan pejabat institusi negara saling berlomba memperkaya diri dan berhura-hura diatas penderitaan rakyatnya. Tidak maen-maen yang melakukan pelanggran ini ialah para politikus dan kaum intelektual, terpelajar dibangsa ini. Akhir-akhir ini setelah orde baru roboh tahun 1998 silam dengan digantikan era reformasi demokratis sebagai gebrakan gerakan mahasiswa atas nama rakyat bercukullah para tikus-tikus rakyat dan kasus perselingkuhan pejabat negara yang menandai moral degenaration dan hilangnya jiwa nasionalis dalam diri mereka. Seseorang yang berjiwa nasionalis seharusnya seluruh jiwa dan raganya diperjuangkan untuk membela bangsa dan negara agar lebih maju dan berkembang.
Nah itulah sebagian penyebab hilangnya jiwa nasionalis dalam diri petinggi negara, sedangkan ditubuh rakyat biasa apakah jiwa nasionalis juga mulai pudar. Memang benar pudarnya jiwa nasionalis tidak hanya dikalangan pejabat namun juga terjadi pada jiwa rakyat jelata. Ini terbukti dengan berbagai sikap acuh tak acuh rakyat terhadap kondisi negara, banyak terjadinya kerusuhan dan pemberontakan terhadap negara serta sudah tidak bergemanya hari-hari nasional seperti 17 Agustus. Apakah ini karena kita sudah merasa keenakan dan kekenyangan menikmati kemerdekaan selama 63 tahun dari hasil jerih payah pengorbanan segenap jiwa raga para pahlawan terdahulu, sehingga kita merasa tidak perlu lagi berjuang. Atau karena sikap pemerintah yang selama era reformasi ini kurang mensosialisasikan nasionalisme, kurang disiplin dan tegas menanggapi isu kebangsaaan serta bertolak belakang dengan pemerintah selama orde lama dan orde baru.
OPINI
TINGKAT EMOSIONAL PESERTA OSPEK
Kegiatan OSPEK merupakan sebagian besar kewajiban yang harus dilalui oleh calon mahasiswa baru disuatu perguruan tinggi. Dimana OSPEK ialah sebagai tahap awal calon mahasiswa memasuki bangku perkuliahan untuk lebih mengenalkan calon mahasiswa kepada lingkungan kampus baik sarana prasarana, kegiatan-kegiatan dikampus, situasi dan kondisi di perguruan tinggi sera lebih memperkenalkan antar individu mahasiswa baru maupun dengan kakak seniornya dan para dosen beserta staf –staf perguruan tinggi. Sudah selayaknyalah kegiatan OSPEK memberikan wawasan baru dan cara pandang berbeda kepada calon mahasiswa baru agar tidak canggung dan takut kuliah di perguruan tinggi. Dimana lingkungan di perguruan tinggi agak berbeda dengan berbagai aktifitas selama di SLTA.
Bayangan OSPEK yang menakutkan
Maklumlah bila calon mahasiswa baru membayangkan bahwa kegiatan OSPEK merupakan sesuatu yang menakutkan dengan orang-orang asing yang tidak dikenalnya, OSPEK sebagai ajang hukuman atau pemploncoan dan OSPEK merupakan suatu paksaan dan tekaan batin yang tidak bisa dielakkan. Hal ini wajar terjadi sebagai bayangan pikiran calon mahasiswa baru yang belum mengenal lingkungan barunya sebagaimana saat pertama kali mereka masuk di sekolah baik SD, SLTP dan SLTA. Semua hayalan menakutkan ini tidak akan melekat dipikiran mereka jika sudah mengetahui dan mengenal lingkungan baru baik dengan memanfaatkan skill kita dalam melihat, memahami dan menganalisis fenomena dilingkungan tersebut dengan mencari informasi dari teman-temna atau senior yang mereka kenal sehingga mereka bisa memiliki sedikit bayangan tentang situasi dan kondisi lingkungan tersebut khususnya dalam kegiatan OSPEK.
Kejenuhan emosi peserta OSPEK
Bagi sebagian besar peserta OSPEK khususnya di STAIN Kudus selama beberapa tahun terakhir ini mengikuti kegiatan OSPEK selama beberapa hari berturut-turut merupakan sebuah aktifitas yang sangat menjenuhkan dan melelahkan tenaga serta fikiran. Kejenuhan ini timbul akibat kurang adanya kreatifitas perubahan aktifitas dan program kerja yang dari tahun ketahun bahkan dari hari kehari umumnya sama juga. Coba kita sedikit menengok kebelakang, selam OSPEK berlangsung sekitar pukul 06.00 pagi hingga selesai terlalu banyak waktu yang digunakan untuk aktifitas yang terlalu sering diulang dan memicu emosional peserta lainnya.
Perlu kita ketahui kebanyakan calon mahasiswa baru merupakan jiwa-jiwa muda yang potensial terhadap suatu perubahan baru serta masih labil emosionalnya. Pada umumnya kaula muda calon-calon intelektual lebih menyukai suatu kegiatan yang mengenang, santai, inofatif dan memicu adrenalin mereka serta berguna dan bermanfaat bagi kehidupannya mendatang.
Dalam setiap kegiatan yang berjalan kita mengharapkan agar berlangsung secara lancar dan bersemangat tanpa adanya ledakan emosional peserta yang menimbulkan kerusuhan dan suasana tidak nyaman bagi peserta lainnya. Emosi jiwa muda memang mudah sekali terpancing dan sulit dikendalikan, hal ini bisa saja terjadi sebagai luapan pikiran dan perasaan batin yang sudah tidak dapat lagi diredam sebagi akibat dari kejenuhan berfikir dan tekanan batin seseorang.
KUMPULAN PUISI CINTA I
KEGUNDAHAN JIWA
Hadirmu membawa arti
JIwamu penyejuk hati
Kasihmu pancaran nurani
Sikapmu bermakna suci
Dikau impian
Setiap insan
Pantaskah gerangan
Bersandar bintang
Naluriku ingin
Nalurimu berpalin
Jiwaku tenang
Jiwamu goyang
Sudahlah diam
Sinarnya padam
Siang bagai malam
Dunia bagai makam
RAHASIA HATI
Wahai maha dewiku
Janganlah lihat daku sebelah mata
Karena kan nampak jasad rapuhku
Janganlah pandang daku kedua mata
Karena kan nampak kefanaanku
Pahamilah daku dengan mata hatimu
Kan kau rasakan cintaku
Duhai bidadariku
Hapuslah benci dengan cintamu
HIngga kau pahami daku
Dakilah gunung dengan tekadmu
Kan kau dapatkan harapmu
Selami samudra dengan jiwamu
Kan kau tahu isi hatiku
RAHASIA ILLAHI
Indahnya hidupku bertabur duka
NIkmatnya usiaku terhampar coba
Bahagianya jiwaku terdengar siksa
Janganlah….
Tuhan dipersalah
Sabar dan tabah
Semua ada hikmah
Dibalik gundah
Kan ada pencerah
KARENAKU
Adakah salahku
Semua karenaku
Kebencian padaku
Kemungkaran untukku
Bukan aku sumber derita
Karena hidup tiada guna
Bukan aku penghancur cinta
Karena banyak nestapa
Akulah nafsu
Ciptaan Tuhanmu
Tumbuh dihatimu
Hidup bersamamu
DUNIA
Dunia penuh penderitaan
Aku terus melawan
Menerjang semua halangan
Berperan melawan cobaan
Sekarang aku terhina
Sengsara didunia fana
Mungkinkah lusa
Aku menjadi mulya
Mendidihnya darahku
Berkobarnya semangatku
Menggelegarnya tekadku
Demi cita dan harapanku
Berbakti bagi bangsaku
ADINDA
Apa yang harus dikata
Bila rasa telah tiba
Cinta tiada disangka
Walau raga berdusta
Hati tiada daya
Gelap jadi terang
Malam jadi siang
Sedih jadi senang
Gundah jadi tenang
Engkaulah mentari
Bagai pagi hari
Sinarnya sampai dihati
Menusuk nurani
Terbawa hingga mimpi
SETIAKU
Wajahmu dipelupuk mata
Jiwamu direlung hati
Tiada daya melupa
Hingga ajal menanti
Lemahnya raga
Tiada arti
Lemahnya jiwa
Baiknya mati
Hadirmu disetiap mimpi
Membuat hari jadi indah
Tiada daya hati
Jika ragamu menjauh
Namamu terlukis disanubari
Takkan terpisah
PUJA DAN PUJI
Ya Allah Ya Rabbi
Tiada daya hamba memuja
Tiada nada sanggup dikata
Tiada jiwa yang bahagia
Tiada hati tak terpesona
Ya Rahman Ya Rahim
Sanggupkah rasa syukurku
Menggantikan nikmat darimu
Mampukah puja dan pujiku
Sebanding anugerahmu
Ya Quddusu Ya Salam
Izankan hambamu ini
Menerima nur Illahi
Walau raga menderita
Jiwa senantiasa bahagia
Ya Jabbaru Ya Mutakabbiru
Engkau tunjukkan mata keindahan
Engkau anugerahkan jiwa kepuasan
Engkau tebarkan nurani kesucian
Engkau hiasi kesempurnaan hayalan
Ya Syakuru Ya Aliyyu
Enkau hadirkan dia dalam hidupku
Engkau pertemukan hatinya untuk hatiku
Engkau satukan padanya jiwaku
Engkau ikat dengannya akalku
Engkau abadikan hadirnya dalam sanubariku
SADARKAH ENGKAU
Putri bulanku
Taukah engkau isi hatiku
Mampukah jiwamu merabaku
Mampukah nuranimu mengenalku
Sanggupkah pikiranmu mengingatku
Sanggupkah hayalmu membanyangkanku
Pernahkah engkau impikanku
Pernahkah matamu mengenangku
Masihkah ada celah untukku
Masihkah ada cinta untukku
Walau tiada bibir bergetar
Tiada suara dari akal
Tiada terungkap kata dari perasaan
Tiada kusebar kabar dari angin
Tiada kuminta merpati terbang tinggi
Hanyalah jiwa diam ini
Sebagai penguji kesetiaan diri
Hanyalah gerak raga ini
Sebagai isyarat kata hati
Hingga sampai nanti
Setelah waktu terhenti
KENANGAN
Kenangan indah waktu sahdu
Saat derita menimpaku
Hardik kualami
Inilah ujian diri
Harus taati aturan
Dalam masa bimbingan
Sadarkah engkau wahai kawan
Usah engkau berpura durja
Air mata berliang
Gantilah sedih dengan riang
YA RAMADHAN
Ketika raga letih
Disaat jiwa bersedih
Ketika dosa terhampar
Disaat hidup sukar
Segarkanlah wahai raga
Sucikanlah wahai jiwa
Bersihkanlah dosa-dosa
Jalanilah suka duka
Kini tibalah suatu masa
Tuk sukma yang merana
Tuk kembali pada yang Esa
Menghapus segala duka
Marhaban ya Ramadhan
Sebagai rahmat illahi
lunturlah segala dosa
Sebagai pensucian hati
RENUNGAN DOSA
Renungkanlah wahai dikau
Akan suatu hikmah
Disaat langit biru nan cerah
Terselubung awan gelap
Disaat dedaunan hijau nan indah
Berguguran ke tanah
Disaat jiwa nan bersih
Tercemar kehinaan
Dapatkah langit jadi biru
Dikala turun hujan
Dapatkah daun merindang
Dikala cabangnya bersemi
Dapatkah jiwa mensuci
Dikala dicuci
PERTALIAN JIWA
Disaat hembusan angin menyapa
Seolah membawa auramu
Menyentuhku hingga kedalam hati
Ketika sukmaku teringat jiwamu
Seolah akalku membayangkanmu
Mataku melihat kedatanganmu
Kulitku merasakan sentuhanmu
Bibirku seolah ingin berucap
Disaat itu hanya kau dibenakku
Datang dan pergi bagai mimpi
Hati kecilku berbisik
Apa dikau merasakan apa yang daku rasakan
Pikiranmu membayangkan apa yang ku bayangkan
Sukmamu merasakan kehadiranku
Jikau kau mampu mendengarkanku
Aku ingin tau apa isi hatimu
Hingga ku tau adakah pertalian jiwa
Walau dalam isyarat hembusan angin
BAHTERA DOSA
Walau mata tak mampu memandang
Walau bibir tak kuasa berucap
Walau raga tak sanggup bertemu
Jiwaku kan slalu bersemi
Meski kemarau berkepanjangan
Nuraniku kan selalu bersinar
Meski tiada cahaya
Hatiku kan selalu bertahan
Meski badai menerpa
Sudikah kiranya kau terima bahteraku
Yang penuh duru dan kerikil dosa
Tuk kau hapus semua luka
Tuk kau bersihkan semua derita
Kau maafkan segala dosa
SAMPAN KOSONG
Disaat raga ingin jumpa
Walau tiada daya
Disaat jiwa merindu
Walau dalam benakku
Disaat nurani tersiksa
Karena bertabur dosa
Namun tetap kucoba
Tuk bersandar walau sekejap
Kuarungi samudra hampa
Dengan sampan kosong
Tanpa raga hanya jiwa
Hatiku rekat dengannya
Tuk arungi samudra biru
CINTA
Cinta tak hanya rasa
Cinta bukan karya logika
Cinta tak harus ungkapan kata
Cinta tak sekedar pandangan mata
Cinta tak musti gerak raga
Cinta suci bersemi dalam jiwa
Cinta karya sepercik aura
Cinta hadir dalam rongga dada
Cinta anugerah yang esa
JALAN CINTA
Hidup untuk cinta
Cinta isyarat hati
Hati penyejuk jiwa
Jiwa sandaran akal
Akal penggerak bibir
Bibir berucap kata
Kata berupa suara
Suara merasuki telinga
Telinga perantara rasa
Rasa menggoyahkan nurani
Nurani bersemayam kesucian
Kesucian cinta anugerah yang Esa
ALUNAN CINTA
Cinta suci
Cinta tulus dalam hati
Setia disanubari
Sesejuk embun pagi
Seindah mentari
Cinta palsu
Cinta karya nafsu
Merusak hati
Memandang materi
Tak seluas samudera
Tak sekeras baja
SENANDUNG JIWA
Sehelai benang cinta
Melilit hati nan rapuh
Seberkas sinar surga
Menelisik jiwa nan hampa
Membawa sepercik kehidupan
Menebarkan setitik kasih sayang
Merangkul jiwa setiap insan
Secarik lembaran jiwa
Terlukis hiasan cinta
Tanda kesetiaan jiwa
Terpampang dialtar terbuka
Tada yang menjaga
Terselubung seberkas embun
Menangkal api surya
MUSNAHKAH CINTA
Seberkas kemilau cahaya
Menelisik didasar hatiku
Membisikkan aura cinta
Setitik embun pagi
Meresap dikedalaman jiwaku
Melukiskan kasih sayang
Adakah jemari sang dewi
Menyentuh getaran hatiku
Sebelum panji-panji cinta
Roboh terbenam bisikan zaman
Selama apakah tinta cinta bertahan
Melukiskan cerita cinta
Hingga luntur karena hampa
DEWA ASMARA
Jiwa muda yang dirundung asmara
Melayang kenegeri hayalan
Mebumbung tinggi tanpa ujung
Menyelimuti jiwa-jiwa kerinduan
Bersemayam aura-aura keindahan
Terpantul cerminan nan berkilau
Terlukiskan tinta keemasan
Terpahat mutiara biru
Pandangan setajam duri
Perasaan sedalam hati
Suara semerdu petikan kecapi
Penantian seteguh karang
Kesejukan seiring embun pagi
Menghantarkan dua jiwa dalam anganan
Mengikat dua hati dengan zaman
PUISI
DIUJUNG NYAWA
Apalah arti hidup
Dikala sang pengembara senja
Meneteskan air mata ketanah
Membasahi wajah kerutnya
Berlinang mata sayupnya
Mengalirkan dosa penyesalan
Rapuh ranting tubuhnya
Mematahkan jiwa mudanya
Merdu suara angkuhnya
Menghiasi langit-langit hidupnya
Hingga sebulir harapan
Alunan pujian suci penantian
Sebelum hembusan nafas terhenti
Merobohkan raga tanpa nyawa
Minggu, 01 November 2009
MODERNISASI PEMBELAJARAN PAI BERBASIS CYBER
BAB I
PENDAHULUAN
Diera modern yang dimulai sejak abad 20 hingga 21 pesatnya perkembangang teknologi sudah tidak dapat dibendung lagi. Salah satu hasil karya terbaik teknologi manusia abad ini adalah menciptakan dunia baru yang mereka sebut dunia cyber atau dunia maya. Untuk dapat masuk dan mengakses dunia cyber ini kita membutuhkan keterampilan SDM yang kompeten dan mampu menguasai program-program perantaranya dari media computer.
Dunia cyber menawarkan kemudahan dan kecepatan dalam mengakses data-data dari seluruh penjuru dunia. Akes data ini ada juga yang berhubungan dengan dunia pendidikan, sehingga pengetahuan dan pengalaman pendidikan kita akan semakin bertambah. Dunia pendidikan islam sebagai rumpun dari dunia pendidikan secara umum juga memerlukan akses data ini untuk mengembangkan konsep dan model pembelajaran mereka.
Pengalaman dilapangan selama ini, kita banyak mengetahui bahwa pembelajaran PAI masih terpaku pada model-model pembelajaran lama satu arah yaitu guru mentransfer pengetahuan dan pengalaman kepada siswa sehingga pengetahuan mereka terbatas pada apa yang disampaikan guru. Oleh Karena itu dalam makalah ini kami akan membahas mengenai model baru pembelajaran PAI yang berbasis teknologi dengan memanfaatkan dunia cyber, dengan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana deskripsi model pembelajaran PAI konvensional dan dunia cyber?
2. Kapan kita perlu menerapkan pembelajaran PAI berbasis cyber ?
3. Mengapa kita membutuhkan dunia cyber dalam pembelajaran PAI ?
4. Bagaimana cara menerapkan teknologi cyber dalam pembelajarn PAI ?
5. Apakah dunia cyber cocok bagi pembelajaran PAI dan respon masyarakat dewasa ini ?
BAB II
MODERNISASI PEMBELAJARAN PAI BERBASIS CYBER
A. DESKRIPSI PEMBELAJARAN PAI KONVENSIONAL DAN DUNIA CYBER
Pembelajaran merupakan suatu kegiatan proses belajar mengajar antara siswa dan guru dalam mencapai suatu tujuan. Pembelajaran berasal dari dua konsep yang tak terpisahkan yaitu konsep belajar dan mengajar. Dua konsep tersebut menjadi terpadu dalam satu kegiatan manakala terjadi interaksi guru dan siswa pada saat pengajaran berlangsung .
Pendidikan islam atau pendidikan menurut islam adalah pendidikan yang dipahami dan dikembangkan dari ajaran dan nilai-nilai fundamental yang terkandung dalam sumber dasarnya berupa Al-Qur’an dan Hadits. Sedangkan pendidikan agama islam atau pendidikan keislaman ialah upaya pendidikan agama islam atau ajaran islam dan nilai-nilainya agar menjadi way of life seseorang. Visi pendidikan islam merupakan persepsi tujuan akhir meliputi learning to think, learning to do, learning to be, learning to live together .
Kata konvensional menurut kamus ilmiah berarti sesuatu yang sudah biasa dilakukan atau sesuai lazimnya . Jadi model pembelajaran PAI konvensional maksudnya ialah model pembelajaran PAI yang masih menggunakan metode, materi dan media pembelajaran yang sudah lama dan biasa dijalankan dalam proses pembelajaran PAI selama ini. Seperti metode ceramah, hafalan, tanya jawab, memaknai kitab dan lain-lain. Pembelajaran PAI konvensional biasanya masih menerapkan model pembelajaran satu arah yaitu guru mentransfer pengetahuan pada siswa dan murid wajib mengikutiya, sedangkan pengetahuan guru terbatas pada pengalaman belajarnya. Bahan yang diajarkan masih menggunakan buku, kitab atau referensi lain yang sudah kuno sehingga dalam memberikan ulasan menggunakan praktek keagamaan pada zamannya. Umumnya hal ini terjadi pada pembelajaran fiqih disekolah-sekolah, sedangkan zaman dan kehidupan manusia akan terus berubah dan berkembang dari masa kemasa.
Istilah dunia cyber digunakan orang untuk menyatakan sesuatu yang berhubungan dengan Internet atau dunia maya. Wiener sebagai pencetus Cybernetics theory mengakui bahwa istilah Cyber sebenarnya pernah digagas oleh Ampere yang namanya digunakan sebagai satuan kuat arus. Oleh karena itu jika ditilik dari asal-usulnya, istilah cyber sebenarnya erat hubungannya dengan kawat listrik. Sehingga tidak mengherankan, jika istilah tersebut juga digunakan untuk organ buatan listrik CYBORG yang merupakan singkatan dari Cybernetics Organics. Disini dunia cyber lebih akrab dengan kita dengan sebutan Internet (Inter-Network) yang dapat diartikan sebagai jaringan komputer luas yang menghubungkan pemakai komputer satu dengan komputer lainnya dan dapat berhubungan dengan komputer dari suatu negara ke negara di seluruh dunia, dimana di dalamnya terdapat berbagai anekaragam informasi. Internet memiliki banyak sekali fasilitas layanan yang kapan pun bisa kita akses secara mudah dan cepat antara lain browsing, e-mail, searching, chatting, FTP, WWW, Newsgroup, Download dan lain-lain .
Pembelajaran PAI konvensional yang selama ini kita jalankan memang tidak ada salahnya jika dilestarikan karena setiap model pembelajaran pasti memiliki nilai positif dan negatif masing-masing serta model pembelajaran yang sudah terbiasa dilaksanakan akan lebih efektif jika ditunjang dengan model-model pembelajaran lain yang relefan. Namun dalam mengembangkan model pembelajaran baru kita harus melihat realita kehidupan yang berkembang dewasa ini. Dunia cyber atau dunia internet menjadi populer bagi masyarakat dunia abad ini untuk melakukan berbagai aktivitas interaksi dengan orang lain dan mencari pengetahuan serta pengalaman-pengalaman baru bahkan bisa juga dijadikan lahan bisnis untuk mencari materi. Ketika orang sudah banyak mengakses dan memanfaatkan kemudahan teknologi cyber, kita sebagai umat islam jangan sampai rugi dan ketinggalan karena tidak memanfaatkan kemudahan itu sebagai anugerah Allah. Begitu juga dalam proses pembelajaran PAI kita harus siap dan mampu memanfaatkan teknologi cyber untuk menambah pengalaman dan pengetahuan baru mengenai materi-materi agama serta peristiwa keberagamaan yang sedang terjadi didunia dewasa ini.
B. MENERAPKAN TEKNOLOGI CYBER DALAM PEMBELAJARAN PAI
Dalam buku Media pengajaran karangan Azhar Arsyal disebutkan beberapa model pengembangan media pengajaran antara lain berbasis pada manusia, media cetak, media visual, media audio visual dan media berbasis komputer . Media yang berbasis pada komputer dewasa ini dikembangkan lagi dengan adanya internet. Tidak cukup disitu Cyber atau internet berkembang lagi tidak hanya dapat diakses dengan menggunakan komputer namun sekarang bisa juga diakses dengan menggunakan telepon sellular handphone yang lebih praktis dan ekonomis pemakaiannya, tentu dengan syarat bila sudah didukung dengan fitur-fitur pendukungnya.
Proses pembelajaran PAI yang selama ini kita lakukan disekolah kebanyakan hanya bersumber dari kitab yang kita punyai saja atau sekedar buku paket dari pemerintah. Yang mana kitab atau buku paket tersebut hanya membahas dan memberikan konsep-konsep dasar hukum syariat islam. Sedangkan permasalahan kontemporer saat ini sedikit sekali dibahas, kadang hanya berdasarkan keterangan guru semata, sehingga pengetahuan siswa terbatas pada pemahaman dan hafalan mereka selama menerima pelajaran disekolah. Hal ini akan berdampak pada kebingungan siswa dalam menentukan langkah dan sikap sebagai muslim untuk menyikapi problematika keberagamaan yang sedang mereka hadapi. Sehingga kadang mereka mengambil sikap yang menurut pandangan subyektif mereka sudah sesuai syariat padahal pada prakteknya melenceng dari ajaran agama.
Namun dengan memanfaatkan dunia cyber kita dapat bebas mencari referensi berkenaan dengan problem kehidupan itu. Sebelum kita menggunakan media cyber ini dalam pembelajaran PAI, setidaknya ada beberapa pendekatan yang mengarahkan kita pada media ini antara lain :
1. Pendekatan fungsional, dengan pendekatan ini seorang pendidik dalam menyampaikan materi PAI harus lebih mampu menekankan pada segi kemanfaatan ilmu agama dan internet bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari . Dengan pendekatan fungsional ini siswa diberikan pengarahan apa manfaat yang dapat kita peroleh ketika kita mampu mengkombinasikan materi pelajaran disekolah dengan menggunakan dunia maya untuk mencari topik-topik permasalahan umat dewasa ini sebagai bahan pembelajaran aktif. Sehingga dunia cyber difungsikan sebagai bahan pembelajaran alternatif untuk mengembangkan pengetahuan yang sudah diterima disekolah.
2. Pendekatan pengalaman yaitu pendekatan dengan memberikan pengalaman keagamaan khususnya yang berkaitan dengan masalah keberagamaan kepada siswa dalam rangka penanaman nilai-nilai keagamaan . Dengan pendekatan ini siswa diberikan pengalaman-pengalaman baru tentang perilaku manusia berkenaan hukum-hukum agama dengan melakukan studi kasus menggunakan media internet untuk dibahas bersama-sama sebagai bahan diskusi dan mencari jalan keluar dari permasalahan itu.
Setelah kita melakukan beberapa pendekatan kemudian kita mencari manfaat dan kekurangan dari dunia cyber berkenaan dengan PAI antara lain :
1. Manfaat dari dunia cyber bagi pembelajaran PAI adalah :
a. Konektifitas dan jangkauan internet bersifat global tanpa mengenal ruang ,waktu dan tempat sehingga dalam pembelajaran PAI kita dapat mengakses informasi keberagamaan umat islam diseluruh dunia. Bahkan disedikan pula literatur atau materi yang sudah kuno hingga yang terbaru.
b. Kecepatan aksesnya 24 jam, Dengan memanfaatkan dunia cyber ini siswa atau guru tidak perlu hawatir kalau internet tutup dan akses data yang diberikan sangat lama karena layanan yang diberikan bersifat 24 jam nonstop dan akses datanya lebih cepat dari pada kita mencari referensi kitab-kitab agama secara manual satu-persatu.
c. Informasi yang diberikan bisa bersifat up to det atau referensi-referensi yang sudah kuno, karena di sini menyediakan perpustakaan yang konvensional sehingga kita dapat mencari buku-buku PAI yang belum kita miliki.
2. Dunia cyber selain memberikan manfaat bagi kita, juga banyak efek negatif yang bisa ditimbulkan darinya sehingga dibutuhkan kontrol yang ketat dan bimbingan yang baik oleh guru, orang tua serta pihak yang terkait lainnya kepada peserta didik. Efek negatif itu antara lain mudahnya mengakses hal-hal yang berbau pornografi, game online yang membuat lupa waktu, ajang cari teman yang keblabasan, ancama virus, literatur-literatur yang menyesatkan dan lain sebagainya.
Sedangkan di dunia cyber sendiri disediakan beberapa layanan yang bisa diintegrasikan dengan pembelajaran PAI antara lain:
1. Browsing atau surfing dengan fasilitas ini siswa bisa melihat-lihat kejadian atau kabar terbaru atau lama tentang dunia PAI.
2. Searching dengan fasilitas ini kita dapat mencari data informasi yang berkaitan PAI dengan hanya memberikan kata kunci.
3. Chatting fasilitas ini bisa kita manfaatkan untuk bercakap-cakap dengan orang lain lewat komputer entah dengan teman, guru, atau tokoh-tokoh agama untuk sekedar ngobrol atau bertanya langsung mengenai persoalan keagamaan kita.
4. Mailing List, fasilitas ini digunakan untuk berdiskusi , bertukar pendpat atau informasi secara elektronik dengan menggunakan e-mail .dengan fasilitas ini pembelajaran PAI bisa dilakukan siswa dengan berdiskusi atau bertukar informasi mengenai sikap keagaman mereka masing-masing.
5. Download dengan fasilitas ini kita diberikan kemudahan dalam mengambil file-file atau data yang berkenaan dengan pembelajaran PAI.
Setelah mengetahui manfaat dan fasilitas dari dunia cyber kemudian kita memiliki beberapa trik yang bisa digunakan untuk mengembangkan pembelajaran PAI berbasis cyber antara lain :
1. Dalam menerapkan pembelajaran PAI yang berbasis cyber kita menggunakan teori pembelajaran condicioning dimana menurut Van P.Pavlov keberhasilan proses belajar dapat tercapai dengan penyesuaian kondisi yang diciptakan sehingga kondisi yang diciptakan tersebut merupakan syarat memunculkan refleks baru . Dengan berdasarkan teori ini seorang pendidik dalam menerapkan model pembelajaran PAI berbasis cyber harus mampu terlebih dahulu mengkondisikan situasi yang akan dilakukan mulai dari menyiapkan sumber daya manusia baik berupa keterampilan guru maupun siswa dalam memanfaatkan dan mengoperasian komputer maupun ketersediaan sarana dan prasarana penunjangnya.
2. Kemudian dalam memanfaatkan dunia cyber dalam pembelajaran PAI kita membutuhkan model-model pengembangan antara lain :
a. Menentukan mata pelajaran yang akan dikembangkan yaitu materi pelajaran agama islam beserta bagian-bagiannya.
b. Mengidentifikasi silabus mata pelajaran yang berkaitan dengan pendidikan agama islam.
c. Mengembangkan situs-situs yang bisa dijelajahi siswa dalam proses pembelajaran PAI.
d. Menyusun petunjuk penggunaan program berupa bagaimana mengelola informasi yang disajikan di internet untuk diaplikasikan pada mata pelajaran PAI disekolah.
e. Menyediakan jaringan berupa sarana dan prasarananya berkaitan dengan perangkat komputer dan jaringan internetnya .
C. RESPON MASYARAKAT TERHADAP PEMBELAJARAN BERBASIS CYBER
Dari berbagai uraian diatas ternyata pembelajaran PAI bisa lebih praktis jika memanfaatkan dunia cyber hal ini berdasarkan pertimbangan tingkat efisiensi dan efektifitasnya. Efisiensi adalah sebuah konsep yang mencerminkan perbandingan terbaik antara usaha dan hasilnya ( Gie, 1985 ). Suatu kegiatan belajar dapat dikatakan efisien apabila prestasi belajar yang diinginkan dapat dicapai dengan usaha yang minimal dan dengan usaha tersebut dapat memberikan prestasi belajar yang tinggi . Dengan internet siswa dapat menghemat biaya dan waktu dalam pembelajaran PAI dengan tidak terlalu banyak membeli buku-buku atau terjun langsung kesuatu lokasi untuk mencari permasalahan keagamaan berkaitan dengan PAI mereka cukup melakukan browsing diinternet.
Efektifitas merupakan kesesuaian antara orang yang melaksanakan tugas dengan sasaran yang ingin dicapai. Efektifitas adalah bagaimana seseorang berhasil mendapatkan dan memanfaatkan metode belajar untuk memperoleh hasil yang baik. Efektifitas merupakan kesesuaian antara siswa dengan hasil belajar, dapat dikatakan bahwa makna efektifitas itu berbeda sesuai dengan sudut pandang dan kepentingan masing-masing, pendapat itu diakui oleh Chong dan Maginson ( 1981 ) dalam Efektivienes Means Different to Different People . Dengan dunia cyber pembelajaran PAI bisa lebih efektif karena antara materi dan hasil yang dicapai siswa bisa lebih memuaskan dan penggunanya pun tidak cepat jenuh dalam memanfaatkan dunia cyber.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari berbagai pemaparan diatas maka pemakalah dapat memberikan kesimpulan bahwa modernisasi pembelajaran PAI berbasis cyber merupakan upaya perubahan dan perbaikan penggunaan media dan metode pembelajaran yang secara konvensional ( biasanya ) dilakukan dalam dunia pendidikan islam selama ini dengan melakukan pembaruan serta memanfaatkan hasil teknologi modern berupa dunia cyber atau yang sering kita sebut dengan internet. Untuk dapat menerapkan cyber dalam pembelajaran PAI dibutuhkan beberapa pendekatan berupa pendekatan fungsional dan pengalaman, kita juga harus dapat memahami dan memiliki pengetahuan yang cukup mengenai manfaat, fasilitas dan cara mengoperasikan internet agar pembelajaran yang kita kerjakan akan menjadi lebih efektif dan efisien.
A. PENUTUP
Demikianlah makalah ini penulis buat di harapkan dengan makalah ini kita dapat mengetahui lebih jauh lagi tentang pembelajaran PAI berbasis cyber dan di harapkan nantinya dalam pelaksanaan suatu pendidikan bisa berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan suatu pendidikan
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca. Apabila ada kesalahan tulisan maupun bahasanya kami mohon maaf . Kritik dan saran kami harapkan guna merevisi menjadi yang lebih baik ….
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching, Quantum Teaching, Jakarta, 2005.
Alex.MA, Kamus Ilmiah Populer, Alfa, Surabaya, 2000.
Armai Arief, Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam, Ciputat Press, Jakarta, 2002.
Azhar Arsyal, Media Pengajaran, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1997.
Disampaikan dalam Worskshop “ Pemanfaantan Internet yang Efektif dan Efisien “ bagi Pegawai STAIN Kudus tahun 2007
Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, PT. Bumi Aksara, Jakarta , 2009.
Maslikhah, Quo Vadis Pendidikan Multikultur, STAIN Salatiga Press, 2007.
Muhibbin Syach, Psikologi Belajar, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003.
Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002.
Saeful Bahri, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Pustaka Pelajar, Jakarta, 1997.
Syaiful Bahri Djamaran, Psikologi Belajar, PT.Rineka Cipta, Jakarta, 2002.
PENDAHULUAN
Diera modern yang dimulai sejak abad 20 hingga 21 pesatnya perkembangang teknologi sudah tidak dapat dibendung lagi. Salah satu hasil karya terbaik teknologi manusia abad ini adalah menciptakan dunia baru yang mereka sebut dunia cyber atau dunia maya. Untuk dapat masuk dan mengakses dunia cyber ini kita membutuhkan keterampilan SDM yang kompeten dan mampu menguasai program-program perantaranya dari media computer.
Dunia cyber menawarkan kemudahan dan kecepatan dalam mengakses data-data dari seluruh penjuru dunia. Akes data ini ada juga yang berhubungan dengan dunia pendidikan, sehingga pengetahuan dan pengalaman pendidikan kita akan semakin bertambah. Dunia pendidikan islam sebagai rumpun dari dunia pendidikan secara umum juga memerlukan akses data ini untuk mengembangkan konsep dan model pembelajaran mereka.
Pengalaman dilapangan selama ini, kita banyak mengetahui bahwa pembelajaran PAI masih terpaku pada model-model pembelajaran lama satu arah yaitu guru mentransfer pengetahuan dan pengalaman kepada siswa sehingga pengetahuan mereka terbatas pada apa yang disampaikan guru. Oleh Karena itu dalam makalah ini kami akan membahas mengenai model baru pembelajaran PAI yang berbasis teknologi dengan memanfaatkan dunia cyber, dengan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana deskripsi model pembelajaran PAI konvensional dan dunia cyber?
2. Kapan kita perlu menerapkan pembelajaran PAI berbasis cyber ?
3. Mengapa kita membutuhkan dunia cyber dalam pembelajaran PAI ?
4. Bagaimana cara menerapkan teknologi cyber dalam pembelajarn PAI ?
5. Apakah dunia cyber cocok bagi pembelajaran PAI dan respon masyarakat dewasa ini ?
BAB II
MODERNISASI PEMBELAJARAN PAI BERBASIS CYBER
A. DESKRIPSI PEMBELAJARAN PAI KONVENSIONAL DAN DUNIA CYBER
Pembelajaran merupakan suatu kegiatan proses belajar mengajar antara siswa dan guru dalam mencapai suatu tujuan. Pembelajaran berasal dari dua konsep yang tak terpisahkan yaitu konsep belajar dan mengajar. Dua konsep tersebut menjadi terpadu dalam satu kegiatan manakala terjadi interaksi guru dan siswa pada saat pengajaran berlangsung .
Pendidikan islam atau pendidikan menurut islam adalah pendidikan yang dipahami dan dikembangkan dari ajaran dan nilai-nilai fundamental yang terkandung dalam sumber dasarnya berupa Al-Qur’an dan Hadits. Sedangkan pendidikan agama islam atau pendidikan keislaman ialah upaya pendidikan agama islam atau ajaran islam dan nilai-nilainya agar menjadi way of life seseorang. Visi pendidikan islam merupakan persepsi tujuan akhir meliputi learning to think, learning to do, learning to be, learning to live together .
Kata konvensional menurut kamus ilmiah berarti sesuatu yang sudah biasa dilakukan atau sesuai lazimnya . Jadi model pembelajaran PAI konvensional maksudnya ialah model pembelajaran PAI yang masih menggunakan metode, materi dan media pembelajaran yang sudah lama dan biasa dijalankan dalam proses pembelajaran PAI selama ini. Seperti metode ceramah, hafalan, tanya jawab, memaknai kitab dan lain-lain. Pembelajaran PAI konvensional biasanya masih menerapkan model pembelajaran satu arah yaitu guru mentransfer pengetahuan pada siswa dan murid wajib mengikutiya, sedangkan pengetahuan guru terbatas pada pengalaman belajarnya. Bahan yang diajarkan masih menggunakan buku, kitab atau referensi lain yang sudah kuno sehingga dalam memberikan ulasan menggunakan praktek keagamaan pada zamannya. Umumnya hal ini terjadi pada pembelajaran fiqih disekolah-sekolah, sedangkan zaman dan kehidupan manusia akan terus berubah dan berkembang dari masa kemasa.
Istilah dunia cyber digunakan orang untuk menyatakan sesuatu yang berhubungan dengan Internet atau dunia maya. Wiener sebagai pencetus Cybernetics theory mengakui bahwa istilah Cyber sebenarnya pernah digagas oleh Ampere yang namanya digunakan sebagai satuan kuat arus. Oleh karena itu jika ditilik dari asal-usulnya, istilah cyber sebenarnya erat hubungannya dengan kawat listrik. Sehingga tidak mengherankan, jika istilah tersebut juga digunakan untuk organ buatan listrik CYBORG yang merupakan singkatan dari Cybernetics Organics. Disini dunia cyber lebih akrab dengan kita dengan sebutan Internet (Inter-Network) yang dapat diartikan sebagai jaringan komputer luas yang menghubungkan pemakai komputer satu dengan komputer lainnya dan dapat berhubungan dengan komputer dari suatu negara ke negara di seluruh dunia, dimana di dalamnya terdapat berbagai anekaragam informasi. Internet memiliki banyak sekali fasilitas layanan yang kapan pun bisa kita akses secara mudah dan cepat antara lain browsing, e-mail, searching, chatting, FTP, WWW, Newsgroup, Download dan lain-lain .
Pembelajaran PAI konvensional yang selama ini kita jalankan memang tidak ada salahnya jika dilestarikan karena setiap model pembelajaran pasti memiliki nilai positif dan negatif masing-masing serta model pembelajaran yang sudah terbiasa dilaksanakan akan lebih efektif jika ditunjang dengan model-model pembelajaran lain yang relefan. Namun dalam mengembangkan model pembelajaran baru kita harus melihat realita kehidupan yang berkembang dewasa ini. Dunia cyber atau dunia internet menjadi populer bagi masyarakat dunia abad ini untuk melakukan berbagai aktivitas interaksi dengan orang lain dan mencari pengetahuan serta pengalaman-pengalaman baru bahkan bisa juga dijadikan lahan bisnis untuk mencari materi. Ketika orang sudah banyak mengakses dan memanfaatkan kemudahan teknologi cyber, kita sebagai umat islam jangan sampai rugi dan ketinggalan karena tidak memanfaatkan kemudahan itu sebagai anugerah Allah. Begitu juga dalam proses pembelajaran PAI kita harus siap dan mampu memanfaatkan teknologi cyber untuk menambah pengalaman dan pengetahuan baru mengenai materi-materi agama serta peristiwa keberagamaan yang sedang terjadi didunia dewasa ini.
B. MENERAPKAN TEKNOLOGI CYBER DALAM PEMBELAJARAN PAI
Dalam buku Media pengajaran karangan Azhar Arsyal disebutkan beberapa model pengembangan media pengajaran antara lain berbasis pada manusia, media cetak, media visual, media audio visual dan media berbasis komputer . Media yang berbasis pada komputer dewasa ini dikembangkan lagi dengan adanya internet. Tidak cukup disitu Cyber atau internet berkembang lagi tidak hanya dapat diakses dengan menggunakan komputer namun sekarang bisa juga diakses dengan menggunakan telepon sellular handphone yang lebih praktis dan ekonomis pemakaiannya, tentu dengan syarat bila sudah didukung dengan fitur-fitur pendukungnya.
Proses pembelajaran PAI yang selama ini kita lakukan disekolah kebanyakan hanya bersumber dari kitab yang kita punyai saja atau sekedar buku paket dari pemerintah. Yang mana kitab atau buku paket tersebut hanya membahas dan memberikan konsep-konsep dasar hukum syariat islam. Sedangkan permasalahan kontemporer saat ini sedikit sekali dibahas, kadang hanya berdasarkan keterangan guru semata, sehingga pengetahuan siswa terbatas pada pemahaman dan hafalan mereka selama menerima pelajaran disekolah. Hal ini akan berdampak pada kebingungan siswa dalam menentukan langkah dan sikap sebagai muslim untuk menyikapi problematika keberagamaan yang sedang mereka hadapi. Sehingga kadang mereka mengambil sikap yang menurut pandangan subyektif mereka sudah sesuai syariat padahal pada prakteknya melenceng dari ajaran agama.
Namun dengan memanfaatkan dunia cyber kita dapat bebas mencari referensi berkenaan dengan problem kehidupan itu. Sebelum kita menggunakan media cyber ini dalam pembelajaran PAI, setidaknya ada beberapa pendekatan yang mengarahkan kita pada media ini antara lain :
1. Pendekatan fungsional, dengan pendekatan ini seorang pendidik dalam menyampaikan materi PAI harus lebih mampu menekankan pada segi kemanfaatan ilmu agama dan internet bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari . Dengan pendekatan fungsional ini siswa diberikan pengarahan apa manfaat yang dapat kita peroleh ketika kita mampu mengkombinasikan materi pelajaran disekolah dengan menggunakan dunia maya untuk mencari topik-topik permasalahan umat dewasa ini sebagai bahan pembelajaran aktif. Sehingga dunia cyber difungsikan sebagai bahan pembelajaran alternatif untuk mengembangkan pengetahuan yang sudah diterima disekolah.
2. Pendekatan pengalaman yaitu pendekatan dengan memberikan pengalaman keagamaan khususnya yang berkaitan dengan masalah keberagamaan kepada siswa dalam rangka penanaman nilai-nilai keagamaan . Dengan pendekatan ini siswa diberikan pengalaman-pengalaman baru tentang perilaku manusia berkenaan hukum-hukum agama dengan melakukan studi kasus menggunakan media internet untuk dibahas bersama-sama sebagai bahan diskusi dan mencari jalan keluar dari permasalahan itu.
Setelah kita melakukan beberapa pendekatan kemudian kita mencari manfaat dan kekurangan dari dunia cyber berkenaan dengan PAI antara lain :
1. Manfaat dari dunia cyber bagi pembelajaran PAI adalah :
a. Konektifitas dan jangkauan internet bersifat global tanpa mengenal ruang ,waktu dan tempat sehingga dalam pembelajaran PAI kita dapat mengakses informasi keberagamaan umat islam diseluruh dunia. Bahkan disedikan pula literatur atau materi yang sudah kuno hingga yang terbaru.
b. Kecepatan aksesnya 24 jam, Dengan memanfaatkan dunia cyber ini siswa atau guru tidak perlu hawatir kalau internet tutup dan akses data yang diberikan sangat lama karena layanan yang diberikan bersifat 24 jam nonstop dan akses datanya lebih cepat dari pada kita mencari referensi kitab-kitab agama secara manual satu-persatu.
c. Informasi yang diberikan bisa bersifat up to det atau referensi-referensi yang sudah kuno, karena di sini menyediakan perpustakaan yang konvensional sehingga kita dapat mencari buku-buku PAI yang belum kita miliki.
2. Dunia cyber selain memberikan manfaat bagi kita, juga banyak efek negatif yang bisa ditimbulkan darinya sehingga dibutuhkan kontrol yang ketat dan bimbingan yang baik oleh guru, orang tua serta pihak yang terkait lainnya kepada peserta didik. Efek negatif itu antara lain mudahnya mengakses hal-hal yang berbau pornografi, game online yang membuat lupa waktu, ajang cari teman yang keblabasan, ancama virus, literatur-literatur yang menyesatkan dan lain sebagainya.
Sedangkan di dunia cyber sendiri disediakan beberapa layanan yang bisa diintegrasikan dengan pembelajaran PAI antara lain:
1. Browsing atau surfing dengan fasilitas ini siswa bisa melihat-lihat kejadian atau kabar terbaru atau lama tentang dunia PAI.
2. Searching dengan fasilitas ini kita dapat mencari data informasi yang berkaitan PAI dengan hanya memberikan kata kunci.
3. Chatting fasilitas ini bisa kita manfaatkan untuk bercakap-cakap dengan orang lain lewat komputer entah dengan teman, guru, atau tokoh-tokoh agama untuk sekedar ngobrol atau bertanya langsung mengenai persoalan keagamaan kita.
4. Mailing List, fasilitas ini digunakan untuk berdiskusi , bertukar pendpat atau informasi secara elektronik dengan menggunakan e-mail .dengan fasilitas ini pembelajaran PAI bisa dilakukan siswa dengan berdiskusi atau bertukar informasi mengenai sikap keagaman mereka masing-masing.
5. Download dengan fasilitas ini kita diberikan kemudahan dalam mengambil file-file atau data yang berkenaan dengan pembelajaran PAI.
Setelah mengetahui manfaat dan fasilitas dari dunia cyber kemudian kita memiliki beberapa trik yang bisa digunakan untuk mengembangkan pembelajaran PAI berbasis cyber antara lain :
1. Dalam menerapkan pembelajaran PAI yang berbasis cyber kita menggunakan teori pembelajaran condicioning dimana menurut Van P.Pavlov keberhasilan proses belajar dapat tercapai dengan penyesuaian kondisi yang diciptakan sehingga kondisi yang diciptakan tersebut merupakan syarat memunculkan refleks baru . Dengan berdasarkan teori ini seorang pendidik dalam menerapkan model pembelajaran PAI berbasis cyber harus mampu terlebih dahulu mengkondisikan situasi yang akan dilakukan mulai dari menyiapkan sumber daya manusia baik berupa keterampilan guru maupun siswa dalam memanfaatkan dan mengoperasian komputer maupun ketersediaan sarana dan prasarana penunjangnya.
2. Kemudian dalam memanfaatkan dunia cyber dalam pembelajaran PAI kita membutuhkan model-model pengembangan antara lain :
a. Menentukan mata pelajaran yang akan dikembangkan yaitu materi pelajaran agama islam beserta bagian-bagiannya.
b. Mengidentifikasi silabus mata pelajaran yang berkaitan dengan pendidikan agama islam.
c. Mengembangkan situs-situs yang bisa dijelajahi siswa dalam proses pembelajaran PAI.
d. Menyusun petunjuk penggunaan program berupa bagaimana mengelola informasi yang disajikan di internet untuk diaplikasikan pada mata pelajaran PAI disekolah.
e. Menyediakan jaringan berupa sarana dan prasarananya berkaitan dengan perangkat komputer dan jaringan internetnya .
C. RESPON MASYARAKAT TERHADAP PEMBELAJARAN BERBASIS CYBER
Dari berbagai uraian diatas ternyata pembelajaran PAI bisa lebih praktis jika memanfaatkan dunia cyber hal ini berdasarkan pertimbangan tingkat efisiensi dan efektifitasnya. Efisiensi adalah sebuah konsep yang mencerminkan perbandingan terbaik antara usaha dan hasilnya ( Gie, 1985 ). Suatu kegiatan belajar dapat dikatakan efisien apabila prestasi belajar yang diinginkan dapat dicapai dengan usaha yang minimal dan dengan usaha tersebut dapat memberikan prestasi belajar yang tinggi . Dengan internet siswa dapat menghemat biaya dan waktu dalam pembelajaran PAI dengan tidak terlalu banyak membeli buku-buku atau terjun langsung kesuatu lokasi untuk mencari permasalahan keagamaan berkaitan dengan PAI mereka cukup melakukan browsing diinternet.
Efektifitas merupakan kesesuaian antara orang yang melaksanakan tugas dengan sasaran yang ingin dicapai. Efektifitas adalah bagaimana seseorang berhasil mendapatkan dan memanfaatkan metode belajar untuk memperoleh hasil yang baik. Efektifitas merupakan kesesuaian antara siswa dengan hasil belajar, dapat dikatakan bahwa makna efektifitas itu berbeda sesuai dengan sudut pandang dan kepentingan masing-masing, pendapat itu diakui oleh Chong dan Maginson ( 1981 ) dalam Efektivienes Means Different to Different People . Dengan dunia cyber pembelajaran PAI bisa lebih efektif karena antara materi dan hasil yang dicapai siswa bisa lebih memuaskan dan penggunanya pun tidak cepat jenuh dalam memanfaatkan dunia cyber.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari berbagai pemaparan diatas maka pemakalah dapat memberikan kesimpulan bahwa modernisasi pembelajaran PAI berbasis cyber merupakan upaya perubahan dan perbaikan penggunaan media dan metode pembelajaran yang secara konvensional ( biasanya ) dilakukan dalam dunia pendidikan islam selama ini dengan melakukan pembaruan serta memanfaatkan hasil teknologi modern berupa dunia cyber atau yang sering kita sebut dengan internet. Untuk dapat menerapkan cyber dalam pembelajaran PAI dibutuhkan beberapa pendekatan berupa pendekatan fungsional dan pengalaman, kita juga harus dapat memahami dan memiliki pengetahuan yang cukup mengenai manfaat, fasilitas dan cara mengoperasikan internet agar pembelajaran yang kita kerjakan akan menjadi lebih efektif dan efisien.
A. PENUTUP
Demikianlah makalah ini penulis buat di harapkan dengan makalah ini kita dapat mengetahui lebih jauh lagi tentang pembelajaran PAI berbasis cyber dan di harapkan nantinya dalam pelaksanaan suatu pendidikan bisa berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan suatu pendidikan
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca. Apabila ada kesalahan tulisan maupun bahasanya kami mohon maaf . Kritik dan saran kami harapkan guna merevisi menjadi yang lebih baik ….
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching, Quantum Teaching, Jakarta, 2005.
Alex.MA, Kamus Ilmiah Populer, Alfa, Surabaya, 2000.
Armai Arief, Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam, Ciputat Press, Jakarta, 2002.
Azhar Arsyal, Media Pengajaran, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1997.
Disampaikan dalam Worskshop “ Pemanfaantan Internet yang Efektif dan Efisien “ bagi Pegawai STAIN Kudus tahun 2007
Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, PT. Bumi Aksara, Jakarta , 2009.
Maslikhah, Quo Vadis Pendidikan Multikultur, STAIN Salatiga Press, 2007.
Muhibbin Syach, Psikologi Belajar, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003.
Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002.
Saeful Bahri, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Pustaka Pelajar, Jakarta, 1997.
Syaiful Bahri Djamaran, Psikologi Belajar, PT.Rineka Cipta, Jakarta, 2002.
Langganan:
Postingan (Atom)